NovelToon NovelToon
Istri Kecil Om Dokter

Istri Kecil Om Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.

Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.

Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.

Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.

Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.

Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

1 Minggu Kemudian

Izhar baru kembali dari membeli makan malam untuk dirinya dan Ina, dikarenakan Ina belum begitu pandai memasak, terkadang makanan yang dibuatnya tak cocok dengan lidah Izhar. Walaupun begitu, ia selalu berusaha menikmati masakan istrinya itu, demi menghargai kerja kerasnya. Tapi, malam ini, Izhar memilih untuk membeli jadi saja, karena dirinya pun sedang tidak ingin memasak, tubuhnya lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit.

Izhar meletakkan plastik berisi makanan cepat saji di atas meja makan di dapur, kemudian pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah itu, Izhar keluar dari kamarnya dan menghampiri kamar Ina.

"Na, makanannya udah saya beliin, cepat keluar dan makan dulu sebelum tidur!" panggil Izhar.

"Ya!" sahut Ina.

Izhar pergi ke dapur lebih dulu dan duduk di meja makan, tanpa menunggu Ina.

Izhar mengambil piring yang telah diisi nasi dan mengambil lauknya juga, kemudian mulai menikmatinya.

Ina keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur, sambil bersenandung pelan.

Izhar menoleh ke arah Ina yang baru datang, tiba-tiba…

"Uhuk uhuk uhuk!" Izhar tersedak.

Ina dengan sangat khawatir, segera mengambil air minum dan memberikannya pada Izhar. Izhar meneguk airnya cepat, hingga terasa tenggorokannya lebih lega daripada tadi.

"Om ngapain sih makannya buru-buru banget? Emangnya mau kemana?" tanya Ina, dengan mengusap-usap punggung suaminya.

"Ka-kamu, ngapain pakai baju kayak gitu di depan saya?" Izhar balik bertanya, dengan memalingkan muka.

Ina melihat penampilannya sendiri, dia merasa tak ada yang aneh. Dia hanya mengenakan setelan baju tidur satin, sebuah tanktop dan celana sepaha, yang tentu saja membuat Izhar tersedak saat pertama melihatnya. Namun, bagi Ina itu dirasa biasa saja.

"Gak ada yang salah sama penampilan aku, kenapa Om tanya kayak gitu?" Ina kembali bertanya.

"Gak ada yang salah gimana? Kamu terlalu seksi!" jawab Izhar kesal.

"Idih, seksi apanya? Biasa aja kok! Mata Om aja yang jelalatan!" ledek Ina, tak merasa bersalah sama sekali.

Ina duduk di depan Izhar dan mulai makan, tak peduli dengan suaminya yang mengomentari penampilannya itu.

Izhar menatap Ina lagi, tanktop yang Ina pakai berbelahan dada rendah, yang sedikit menunjukkan belahan dadanya. Hal itu membuat Izhar semakin meradang, ia merasa tak nyaman.

"Kamu bilang, kamu gak mau saya menjamah kamu sebelum kamu lulus sekolah. Tapi kenapa kamu berpenampilan seperti itu? Memangnya, kamu pikir dengan kamu berpenampilan seperti itu gak akan membuat syahwat laki-laki bangkit?" Izhar mengingatkan Ina akan perjanjian mereka saat itu.

Ina menatap Izhar, "Om ini kok repot sih, penampilan aku biasa aja, ini gak seksi-seksi amat. Makanya, otaknya jangan ngeres dong, kalau gak ngeres ya gak bakalan mikir aku seksi!" Ina tak mau kalah, wajahnya menjadi tak ramah.

"Tapi jangan berpenampilan seperti itu juga, Na. Kamu 'kan bisa pakai kaos atau celana pendek yang gak sependek sepaha gitu, yang lebih sopan dikit."

"Brakkk!"

Ina meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar, bibirnya cemberut, matanya mendelik pada Izhar. Gadis cantik itu kemudian pergi, meninggalkan Izhar yang tadi mengomelinya.

Izhar terdiam saat Ina pergi, ia merasa bersalah karena telah mengomentari penampilan Ina. Padahal, memang sangat wajar jika Ina berpenampilan seperti itu di depan suaminya sendiri. Hanya saja, Izhar takut itu akan mempengaruhi dirinya, syahwatnya tak akan bisa ditahan jika melihat Ina se-seksi itu.

'aduhhh… Salah ngomong… Dia pasti ngambek nih!' batin Izhar.

Izhar jadi tak nyaman sekarang, takut Ina marah dan ingin pulang.

Tapi…

Kemudian, terdengar suara langkah kaki menggunakan sandal, Izhar menunggu, itu pasti Ina.

Benar saja, Ina kembali, namun dengan penampilan yang baru, membuat Izhar melongo.

Ina berjalan ke meja makan dan kemudian duduk kembali di tempatnya tadi, sementara Izhar masih melongo menatapnya.

"Kenapa lagi? Apa aku harus pakai bed cover sekalian biar ketutup semua?!" tanya Ina sengit, masih sebal pada Izhar.

Izhar menggelengkan kepala, tanpa berkata apa pun, namun masih melongo.

Bagaimana tidak, Ina mengganti baju tidur seksinya dengan gamis yang menutupi seluruh tubuhnya. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan jilbab sekalian, sehingga seluruh tubuhnya benar-benar sangat tertutup.

Izhar kembali fokus pada makanannya, namun dalam hati bergumam, 'Kayaknya lebih baik kayak tadi, kalau kayak gini jadi kayak ibu-ibu pengajian.' batinnya.

Walaupun Izhar tak setuju dengan penampilan Ina itu, tapi ia tak dapat komplain lagi, karena dia sendiri yang telah mengomentari penampilan Ina tadi.

Izhar tidur di kamarnya, setelah tadi sempat mengobrol dengan Dokter Hasyim di telepon. Pria itu, tidur sangat nyenyak, seakan sudah beberapa hari tak tidur.

Sementara itu, Ina di kamarnya tak dapat tidur, walaupun tubuhnya berada di bawah selimut, tapi kedua matanya tak dapat terpejam.

"Haaah… Gue gak bisa tidur!" gumamnya kesal, sambil bangun dari baringnya menjadi duduk.

Ina tadi siang sudah tertidur sangat lama, wajar saja jika di malam hari dia kesulitan untuk tidur lagi.

Ina turun dari ranjangnya, mengambil ponsel dan menghubungi Kinara, dengan harapan sahabatnya itu bisa menjadi teman mengobrol.

Namun, Kinara tak kunjung menerima telepon darinya, tampaknya dia telah terlelap.

Ina melihat jam di ponsel, yang ternyata sudah pukul 12 malam.

"Pantesan aja udah gak ada sahutan, si Kinara pasti udah tidur deh!"

Ina menyimpan ponselnya kembali, keluar dari kamar, berjalan-jalan di sekitaran kamarnya dan kamar Izhar.

Saat melihat pintu kamar Izhar, Ina jadi penasaran ingin tahu apakah suaminya tidur atau tidak. Perlahan-lahan, Ina memutar gagang pintu kamar suaminya dan membukanya, kemudian memasukkan kepala untuk mengintip.

Dilihatnya Izhar tidur nyenyak, Ina jadi ingin tidur bersamanya.

Ina masuk ke kamar Izhar, berjalan mengendap-endap mendekati kasur, lalu naik dan masuk ke dalam selimut yang Izhar gunakan.

Ina menghadap Izhar yang tidur dalam posisi miring, gadis itu menatap wajah suaminya yang tengah tidur. Wajah tampan dan kalem pria itu membuat Ina terpesona.

"Lagi tidur aja gantengnya gak luntur, emang Om Iz se-good looking itu sih, gantengnya gak ada obat!" gumam Ina pelan, sambil terus memandangi wajah suaminya.

Ina terus menatap wajah suaminya, bibirnya juga terus menerus senyum-senyum sendiri melihat wajah tampan itu. Hingga tak terasa, matanya mulai mengantuk, Ina memeluk Izhar dan menelusupkan wajahnya ke dada sang suami.

"Gak apa-apa 'kan Om, kalau cuma tidur meluk doang? Aku pengen tidur jauhan, tapi malah aku gak bisa tidur, lebih enak kalau kita tidur barengan, lebih hangest dan bikin nyenyak!" ucap Ina lagi, sangat nyaman dalam pelukan suaminya.

Ina perlahan-lahan tidur juga, Izhar bergerak memeluk gadis itu, tanpa tahu kalau yang dipeluknya buka bantal guling, melainkan istrinya sendiri.

Ina seolah lupa akan prinsipnya yang tak mau 'jebol' sebelum lulus, malah dirinya sendiri yang seolah-olah memancing suaminya sendiri untuk menjamah tubuhnya.

***

Keesokan Harinya, pukul 06:30

Izhar mengerjap, ketika sinar mentari menelusup lewat celah jendela kamarnya yang tak tak di tutup gorden semalaman. Izhar merasa silau, hingga menutup matanya dengan tangan, berniat untuk tidur kembali.

Namun, Izhar tersadar kemudian, saat ia ingat bahwa cahaya silau tadi adalah cahaya matahari. Yang memberi arti, bahwa hari sudah siang, bukan malam lagi.

Izhar membuka matanya lebar, menoleh ke arah jendela, dimana matahari sudah terang menyinari dunia.

"Astaghfirullah... Aku kesiangan, aku tidur terlalu nyenyak!" gumamnya penuh sesal.

Izhar tak pernah kesiangan seperti itu sebelumnya, biasanya ia akan bangun ketika adzan subuh berkumandang dan melaksanakan shalat subuh. Tapi hari ini, ia malah kebablasan, padahal tidur dari jam 9 malam.

"Harus di qadha," gumamnya malas.

Izhar menggerakkan tubuhnya lagi sebelum akan turun dari ranjang, tapi tubuhnya seolah merasa sangat hangat, terlebih ia juga merasakan sebuah debaran

jantung di sampingnya. Izhar membuka selimut, matanya membulat saat melihat sebuah tangan melingkar di perutnya. Izhar menoleh ke arah samping, dimana si pemilik tangan berada, matanya semakin membulat ketika melihat Ina lah sang pemilik tangan itu.

Si gadis cantik masih terlelap sambil memeluknya.

"Astaghfirullah... Kapan dia masuk kamarku? Kenapa dia tiba-tiba bisa tidur disini?" Izhar bertanya pada diri sendiri.

"Hmmm..." Ina bergumam dalam tidurnya.

Izhar mencoba untuk melepaskan tangan istrinya dari perut perlahan-lahan, agar tak mengganggu tidur si gadis bar-bar yang random itu.

Setelah tangan Ina lepas dari perutnya, Izhar hendak turun. Tapi, tangan Ina kembali mendarat di perutnya, membuat Izhar tak bisa peri.

"Hmmm..." Gumam Ina lagi.

Tangan putihnya yang mulus dan bening itu, bergerak mengelus-elus perut Izhar, lalu kemudian tangannya bergerak ke bawah, menuju si belalai gajah yang terlelap dalam tidurnya.

Izhar jadi cemas, takut jika tangan itu akan mendarat di si belalai gajah, yang akan membuat masalah besar padanya.

Dengan sigap, Izhar mencengkeram lengan Ina, dengan sekali dorong Izhar menjauhkan tubuh Ina dari kasurnya, sehingga,

Brukkk

Tubuh Ina jatuh ke lantai dalam posisi terlungkup.

Izhar pun terkejut, ia tak menyangkan akan seperti itu jadinya.

"Auwww... Aduhhh..." Ina mengaduh.

Ina terbangun dari tidurnya, dia duduk dan memegangi dada dan hidung yang tertekan pada lantai yang keras, mengakibatkan rasa sakit.

Ina menatap Izhar dengan tatapan sengit.

"Jahat! Sama cewek kok kasar! Gak punya hati! Kalau gak suka aku tidur disini, ya bicara baik-baik, jangan sekasar ini!" Ina memarahi Izhar.

Gadis itu berdiri dan segera pergi keluar dari kamar Izhar karena kesal. Dia merasa Izhar keterlaluan padanya.

Setelah Ina keluar, Izhar justru mematung di tempat, seolah kena mental oleh ucapan istrinya.

...***Bersambung***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!