Si Culun Mendadak Jadi Istri Presdir

Milan berada di sebuah restoran mewah, sedang menyantap makan siang bersama Kay sambil membahas perkerjaan .

“Tentang proyek kerja sama di jepang, udah lama kita tidak ke sana. Bagaimana minggu depan kita akan ke sana untuk mengeceknya?” ucap Kay sembari menyantap makan siang.

Milan memasang wajah malas menatap Kay.

“Tunda saja, Aku sedang tidak ingin ke mana-mana,” kata Milan tak bersemangat.

“Tunda, tumben.” alis Kay berkerut dalam, tidak pernah sahabatnya ini menunda urusan perkerjaan. Tapi, kali ini berbeda.

Milan hanya membalasnya dengan mengendikan bahu. Menatap suasana sekitar.

Iris mata Milan pun tertuju pada seorang perempuan tak dia kenal, duduk di seberang mereka mengenakan kacamata sama seperti Nara, seketika dia teringat pada si culun.

Telah seminggu Milan tidak pernah bertemu dengan Nara. Dia tidak menyangka dia merindukan kehadiran si culun, terutama saat bangun pagi di mana dia selalu di sambut dengan kata move on dari gadis berkacamata itu. Milan mengira seiring waktu dia akan melupakan si culun ternyata tidak.

Kay terus mengajak Milan berbincang, namun hanya balas sekenanya oleh pemuda itu. Ia pun mengarahkan pandangannya memeriksa apa yang sedang Milan liat.

Kay mengela napas berat melihat gadis berkacamata yang di pandang Milan.

“Kau merindukan Nara ya?” tebak Kay.

"Ha." balas Milan mengarahkan kembali netra hitamnya pada Kay tak mengerti.

“Selama Nara tidak ada kau menjadi pendiam, galau, kau seperti patah hati,” ucap Kay yang telah memperhatikan tingkah Milan selama ini.

“Itu tidak mungkin!” ketus Milan masih tak terima.

“Aku ini mengenalmu sangat baik Lan, kita sudah bersahabat lama. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, termaksud kau mulai mencintai Nara,” jelas Kay.

“Aku bilang jangan sembarangan bicara!”

“Kau merindukannya Lan!” sosor Kay memasang wajah dingin.

“Aku sudah menebak ini, jika kau pasti akan mudah jatuh cinta pada Nara. Dia gadis yang baik, tulus, pekerja keras dan aku sangat senang posisi Zeline telah terganti oleh Nara,” terang Kay.

“Hentikan! Aku tidak mungkin merindukan si culun!"

Milan menatap tajam Kay tak suka akan ucapan sahabatnya. Pemuda galak yang telah kesal ini kemudian bangkit meninggalkan Kay.

“Lan!”

“Lan!” teriak Kay namun panggilannya tak di idahkan pemuda ini berlalu.

Milan pergi dengan rasa kesal, memikirkan ucapan Kay.

Merindukan dan mencintai Nara?

Oh ... Itu tidak akan terjadi. Tidak mungkin hatinya dengan mudah berpaling dari Zeline kekasih yang telah tiga tahun menempati hatinya dan berganti pada si culun yang selalu membuatnya kesal. Ah ini gila ....

Kay masih menikmati santap siangnya.

Dret ... dret ....

Panggilan masuk ke ponsel Kay, pemuda ini pun merogoh saku celananya, mengangkat panggilan.

“Ya, sha.” Kay.

“Pak ada yang ingin bertemu dengan pak Milan dari tadi saya tidak bisa menghubungi ponselnya.”

“Siapa?”

“Saya tidak tahu pak. Tapi katanya penting.”

“Baiklah aku akan menemuinya.

Panggilan terputus, kay pun bergegas menuju kantor.

****

Kay telah berada di dalam ruangan kantor, menemui orang yang mencari Milan.

Entah ke mana pemuda galak itu pergi setelah kesal mendengar ocehannya.

Kay telah berada di kantor Maxkal, berhadapan dengan lelaki bertubuh tegap. Kay tahu lelaki ini adalah orang yang di suruh oleh Milan untuk menyelidiki ke mana hilangnya Zeline.

“Katakan apa yang akan kau laporkan? Aku akan memberitahunya nanti,” tanya Kay.

“Kami ingin menyampaikan laporan yang di minta tuan Milan tentang nona Zeline,” ucap lelaki yang bernama Mark ini.

“Cepat apa yang kalian dapatkan.”

“Kami telah memeriksa beberapa tempat yang rekaman cctv ternyata belum hilang, kami menyelusuri jejak nona Zeline, dia menghilang setelah menuju sebuah klinik.” Ada jeda sejenak.

“Sebelum hilang Nona Zeline bersama adik tuan Milan, Nona Chelsea bersama ke dokter,” jelas Mark.

“Sea,” ulang Kay tak percaya.

"Iya, pak. Coba Anda melihat rekamannya.” Mark pun memeriksa ponselnya lalu memperlihatkan pada Kay.

Kay menatap rekaman itu dengan lekat. Terlihat Chelsea bersama Zeline masuk ke dalam sebuah klinik.

"Sea,” gumam Kay.

“Iya, dari rekaman itu kami merasa nona Chelsea terlibat dalam hilangnya nona Zeline, tapi kami belum yakin akan menyelidiki lebih jauh lagi, sementara itu hanya ini yang kami laporkan," jelas Mark panjang lebar pada Kay yang masih terdiam menatap gambar di layar ponsel.

“Sea, apa yang membuatmu mengacaukan pernikahan kakakmu,” batin Kay tak habis pikir.

Kay telah selesai, ia mengembalikan ponsel Mark.

“Selidiki semua, tapi setelanya laporkan padaku lebih dulu, karena ini menyangkut adik pak Milan,” alibi Kay sebenarnya dia tidak ingin kakak adik ini terlibat pertengkaran karena Milan pasti akan marah besar pada Chelsea.

“Baik pak, saya permisi.” Pamit Mark.

“Oh, iya jangan lupa kirim rekaman itu padaku.”

“Baik pak.”

Lelaki itu telah keluar dari ruangan Kay, pemuda ini lalu duduk di sofa memikirkan apa maksud Chelsea melakukan semua ini. Untung saja dia yang bertemu Mark. Ada baiknya juga Milan kesal padanya. Kalau tidak entah apa yang akan terjadi antara kakak dan adik ini.

“Sea apa tujuanmu?” batin Kay.

Tring suara pesan masuk, berarti rekaman itu telah di kirim padanya.

Kay menatap ponselnya, sekali lagi melihat gambar itu.

“Tapi aku yakin kau memiliki alasan yang kuat, aku tahu kau sangat menyangyangi Milan, kau mungkin hanya ingin melindungi kakakmu, aku percaya padamu Sea,” batin Kay.

Setelah melihat rekaman di ponselnya, tiba-tiba di kepala Kay bak ada sebuah lampu menyala, ia menemukan sebuah ide brilian untuk Chelsea.

“Sea aku tidak tahu apa maksud melakukan itu? Tapi saat ini aku memegang kartu rahasiamu. Rekaman ini bisa aku pakai untuk dekatmu,” rancau Kay. Ya itulah yang langkah yang ada di pikirannya.

“Maaf Sea, aku percaya padamu, tapi aku akan menggunakan ini untuk kembali dekat denganmu,” Senyum Kay terkembang di wajah tampannya.

Rencana-rencana untuk mengambil hati adik sahabatnya telah berputar di pikiran Kay.