WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-EPISODE 35-
Laura bertanya pada Zafran dengan malu-malu, gadis itu tidak berani menatap wajah Zafran.
"Mansion ini di bangun persis dengan desain yang kita gambar, kau harusnya tahu dimana ruangan itu."
Kata Zafran tersenyum.
"Cobalah kau cari sendiri."
Laura keluar dari ruangan baca, berdiri sejenak untuk memandangi seluruh bangunan. Lalu langkah kaki nya seolah tidak asing dengan denah Mansion tersebut.
"Aku sangat hafal desain Mansion yang ku gambar dengan Zafran saat masih sekolah, impian kami berdua..."
Kata Laura dalam hatinya.
Laura berjalan pelan diikuti oleh Zafran yang merasakan kelegaan dalam hati dan perasaannya. Seharusnya Zafran tahu Laura adalah satu-satunya gadis yang ia cintai, namun ego dan kenangan buruk masa lalu menutupi pikirannya.
"Apakah ini?"
Tanya Laura, gadis itu tiba-tiba tersenyum pada Zafran, bibirnya seolah tertarik sendiri, entah kenapa Laura merasa hangat dengan sikap Zafran yang sekarang, Laura merasa Zafran telah kembali dengan sosok yang ia kenal dulu.
"Bukalah."
Kata Zafran tersenyum.
Laura membuka pintu besar di depannya, ruangan itu di penuh sinar cahaya yang terpancar dari jendela-jendela besar, gadis itu merasakan ia kembali pada jaman remajanya. Laura dan juga Zafran setuju, untuk membangun ruangan yang khusus menyimpan barang-barang kenangan mereka ketika berpacaran.
Laura mendekati sebuah lukisan, dan memegangnya dengan lembut.
"Aku ingat kita melukis ini bersama."
Kata Laura.
"Kemarilah."
Zafran menarik lembut tubuh Laura dari belakang dan mengarahkan pada dinding yang di penuhi dengan foto-foto mereka.
"Astaga... Zafran bagaimana mungkin kau menyimpan ini semua."
Laura menutup mulutnya, gadis itu menitik kan air di sudut matanya.
"Aku selalu menyimpannya, aku mencuci dan mencetaknya sendiri."
Zafran memandangi semua foto tersebut dengan kepuasan dan kelegaan.
"Apakah ini foto ketika pertama kali kita berkencan?"
Tanya Laura mengambil pigura kecil yang berdiri di atas meja.
"Hm... Saat itu kau sakit perut.... Karena..."
"Jangan katakan itu zafran... Aku akan malu."
Laura memukul Zafran pelan.
Zafran tertawa mengingat betapa menggemaskannya Laura saat itu.
"Kenapa kau dulu menahan untuk buang air?"
"Aku bilang jangan di bahas Zafran..."
Laura masih memukul pelah dada Zafran.
"Saat itu aku sangat malu, karena itu adalah kencan pertama kita, dan aku minum terlalu banyak karena gugup."
"Dan kau akhirnya sakit periut karena menahannya... Kita harus mencari kamar mandi umum terdekat."
Kata Zafran tersenyum.
"Aku sudah katakan jangan dibahas lagi..."
Laura memukul Zafran lagi, namun kali ini tangannya di tangkis oleh Zafran dan di genggam.
"Aku mencintaimu..."
Kata Zafran.
"Aku sangat mencintaimu..."
Zafran memandang Laura dan mendekatkan wajahnya sedikit demi sedikit.
Pria itu memeluk tubuh Laura, tangan kekarnya berada di pinggul Laura, dan tangan satunya menggenggam jari-jari Laura.
"Aku ingin mencium mu."
Kata Zafran.
Laura menutup matanya, Zafran mulai mencium bibir Laura dengan lembut, sangat lembut dan penuh kerinduan.
Kerinduan akan hubungan mereka yang dulu sempat membara, kerinduan saat mencium Laura dengan perasaan cinta dan kasih sayang.
Laura menerima ciuman Zafran, mereka saling menekan dan saling memagut, sebelah tangan mereka saling menggenggam.
***
Zafran meninggalkan Laura di Mansion, ia percaya Laura akan baik-baik saja karena suasana hati gadis itu berangsur-angsur kembali.
Pria itu berpesan pada para pengawal dan pelayan bahwa Laura akan menjadi Nyonya di Mansion tersebut, semua harus mentaatinya.
Perjalanan menuju tempat tinggalnya yang biasa ia tempati tidak terlalu jauh dan Zafran sudah tiba di sana.
Terlihat Stark sudah menunggu dan membuka kan pintu mobil untuk Zafran.
"Selamat datang kembali tuan, bagaimana keadaan Nona Laura."
"Sudah lebih baik, dimana wanita itu."
"Ada di ruang bawah tanah."
Zafran kemudian berjalan dengan cepat diikuti Stark menuju ruang bawah tanah.
Terlihat Gaby sangat berantakan, rambutnya acak-acakan dan bajunya serba terbuka.
"Kenapa dia?"
Tanya Zafran.
"Ehem..."
Stark berdehem canggung.
"Dia... berusaha menggoda saya dengan tubuhnya agar saya melepaskannya, dia membuka pakaiannya sendiri, tidak mau makan, tidak mau apapun, pelayan datang untuk mengganti bajunya pun ia tidak mau."
"Apa dia gila?"
Tanya Zafran.
"Sepertinya hanya pura-pura."
Bisik Stark pada Zafran yang berdiri di belakang Zafran.
Kemudian Zafran mendekat pada Gaby, dan wanita itu berbalik melihat siapa yang datang.
"Zafraan... Kau datang... Bukan aku Zafran, aku tidak mungkin melakukan itu, kau tahu kan?"
Kata Gaby ingin memeluk Zafran namun dengan cepat Stark menghadangnya, Zafran memundurkan badannya seolah ia tidak ingin di sentuh.
"Adalah kesalahan ku... Pernah ermain dan bersenang-senang denganmu, tapi tak lebih dari 1 hari aku sudah bosan denganmu, dan kau masih tidak menyadari itu, aku memberikanmu waktu untuk pergi sendiri namun kau justru terus menempel dan membuat Laura celaka."
"Zafran aku mohon jangan tinggalkan aku..."
Gaby menangis.
"Apa uang yang ku berikan masih belum cukup mengobati rasa haus dan ketamakanmu pada uang?"
"Dengar, aku sudah membunuh Ramon, dan ku pastikan kau akan menyesal hingga seumur hidupmu."
"Apa...!!!"
"Kenapa kau membunuh adikku dasar bedebah!!!"
Teriak Gaby.
Zafran kemudian mencengkram rahang Gaby.
"Aku bedebah dan kau pelacur. Kita sudah impas!"
"Aku akan membunuh Laura, membalaskan dendamku."
"Sebelum kau membunuhnya, aku akan lebih dulu menghabisimu."
Kata Zafran.
"Ya... Bunuh lah aku... Bunuh aku Zafran, bunuh aku sekarang, dan Laura akan jijik denganmu, kau adalah seorang pembunuh!!!"
Teriak Gaby.
"Tutup mulutmu!!!"
Zafran semakin keras mencengram rahang Gaby dan kemudian melemparkan gadis itu ke lantai.
Dengan kesal Zafran kembali naik menuju lantai utama, dan membiarkan Gaby tetap berada di ruang bawah tanah.
Zafran ada di ruangannya dan di susul oleh Stark.
"Apa ada perintah Tuan."
"Kita tidak bisa melepaskan dia begitu saja, wanita itu sangat berbahaya, apalagi untuk Laura."
Kata Zafran datar.
"Aku harus pulang, Laura pasti sedang menungguku."
"Baik tuan."
Dengan semangat dan suasana hati yang baru Zafran kembali pulang menuju Mansion.
Zafran teringat kalimat Gaby yang sedikit membuatnya resah.
"Edward benar, seharus nya aku tidak bermain-main dengannya."
Kata Zafran memandangi jalanan yang cukup tampak lengang.
Sebuah kesalahan besar Zafran memiliki permainan dengan Gaby, dan ia menyesali semua itu, bukan karena Gaby selalu menghambur-hamburkan uang nya namun masalah yang di timbulkan wanita itu sangat mengerikan, terlebih Zafran tidak ingin kejadian yang menimpa Laura terulang lagi atau kejadian-kwjadian yang membuat Laura dalam bahaya.
"Putar balik, kita pergi ke pemakaman."
Kata Zafran pada sang supir.
"Baik Tuan."
Supir memutar balik mobil mewah Zafran dan menuju tempat yang Zafran maksud.
Tak butuh waktu lama dan beberapa mobil telah terparkir di halaman tempat pemakaman dengan setengah pengawal bersiaga di sana, dan setengahnya lagi bersama Zafran masuk ke dalam area pemakaman.
"Aku datang lagi..."
Kata Zafran di depan pusara kedua orang tua Laura.
.
.
.
~bersambung~