30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Kekesalan
"Aduh kalian berdua ini setiap hari seperti ini ya, bertengkar tidak jelas?" tanya Nadien.
"Ini anak sangat menyebalkan bagaimana tidak membuat orang kesal setiap hari dan lihatlah mobilku sampai saat ini belum juga diganti," jawab Nafisha.
"Itu terus yang diungkit, lihatlah pengorbanan adikmu ini yang membawa tubuh berat ini untuk berjalan sangat jauh," sahut Angga tidak kalah kesalnya juga mengungkit pekerjaannya.
Nadien asal bertanya hanya menghela nafas dan geleng-geleng kepala.
Langkah tiga orang itu tiba-tiba saja terhenti. Ternyata atasan mereka juga berada di tempat tersebut yang sedang berjalan bersama dengan Sandrina dan mereka saling berhadapan.
"Pak!" tegur Nadien dengan menundukkan kepala.
"Nafisha, jadi ini alasan kamu membatalkan pernikahan, ternyata kamu punya selera seperti ini," sindir Sandrina dengan tersenyum miring.
"Eh, apa maksudmu?" tanya Angga kesal.
"Turunkan Angga!" titah Nafisha dengan pelan.
"Pak, jangan salah paham dulu. Saya bekerja bukan cinta-cintaan. Ini Kakak saya, bukan pacar saya," ucap Angga sembari menurunkan Nafisha dari gendongannya.
Arthur sama sekali tidak peduli yang seperti biasa memperlihatkan wajah datarnya dan sementara Nafisha sangat kesal dengan kata-kata Sandrina yang ikut campur urusannya.
"Ibu jangan asal menuduh begitu saja. Jangan membawa pernikahan Kakak saya!" tegas Angga.
Nadine tersenyum dengan adik sahabatnya itu ternyata membela kakaknya dan Nadien juga sangat tidak menyukai Sandrina terlalu iri dalam pekerjaan dan sekarang merasa sangat bersyukur diberi nasehat oleh Angga.
"Kamu tidak tahu berbicara dengan siapa?" sahut Sandrina.
"Sudah hentikan!" sahut Arthur.
"Maaf. Pak, tetapi tidak semudah itu bisa dihentikan, di dalam pikiran ibu ini pasti berpikir yang aneh-aneh menganggap kakak saya sembarangan digendong oleh laki-laki lain dan dia tidak tahu kalau saya adik kandungnya, ibu kami berdua sama ayah kami berdua sama darah kami mengalir menjadi satu!" Angga begitu sangat cerewet menjelaskan kepada Sandrina.
"Angga stop, dia atasan kamu dan ada bos!" tegas Nafisha berbicara dengan pelan agar adiknya itu menjaga kata-katanya di depan Arthur.
"Kakak tidak perlu mengajariku. Aku juga tahu dia bos yang sebenarnya dari Perusahaan ini. Dia juga beberapa kali mengatakan Kakak pulang ke rumah," celetuk Angga dengan entengnya yang membuat Nafisha kaget.
Nadien juga melotot dan langsung melihat ke arah sahabatnya itu yang baru mendengar pernyataan dari Angga hal itu cukup mengejutkan baginya.
Sandrina mengerutkan dahi yang mencoba mencari tahu kebenarannya tentang Arthur yang mengantar Nafisha pulang.
"Diamlah!" Nafisha menginjak kaki adiknya itu.
"Auhhh, sakit!" Angga sampai melompat kesakitan.
"Makanya kamu diam!" tegas Nafisha.
"Pak, Arthur maaf jika kami sudah menghalangi jalan bapak. Saya dan Nafisha sedang mencari komposisi untuk produk baru dan kita sedang ingin menuju tempat buah lontar yang minta diantarkan oleh Angga," ucap Nadine yang berusaha menjelaskan karena adik kakak itu sedang sibuk saling bongkar satu sama lain.
"Dan kalian ingin berjalan menuju tempat pohon lontar?" tanya Arthur.
"Hmmmmm,"
"Saya juga ingin melihat tingkat kematangannya. Mari pergi bersama-sama," ajak Arthur berjalan terlebih dahulu dengan mereka memasuki mobil golf beberapa bangku menuju tempat pohon tersebut.
Nafisha menghela nafas yang merasa sangat malu dengan mulut Angga yang terlalu banyak berbicara.
Angga yang duduk di samping Arthur karena Angga memang pasti tahu di mana tempatnya sebagai penunjuk jalan dan sementara di belakang mereka berdua Nafisha sama dengan Nadien dan yang di belakang Mereka lagi Sandrina yang terlihat kesal.
"Apa bocah itu berbicara sembarangan, dia mengatakan kalau Pak Arthur mengantar Nafisha pulang," batin Sandrina ternyata masih memikirkan celetukan dari adik rekan kerjanya itu.
"Nafisha, apa yang dikatakan Angga tadi benar, kamu diantarkan pulang Pak Arthur?" tanya Nadien berbisik-bisik ternyata juga sangat penasaran.
"Sudahlah, mulut Angga itu sembarangan berbicara, diam!" jawab Nafisha tidak ingin memberi jawaban apapun.
Akhirnya mereka sampai juga di pohon lontar dan salah satu petani yang bertugas di bagian pohon tersebut mengambil buahnya menggunakan alat yang pasti sudah sangat dimengerti oleh mereka. Mereka juga tampak duduk di tempat yang teduh dan menunggu petani tersebut membelah buahnya.
Nafisha bersama yang lainnya mencoba mencicipi.
"Kamu yakin bisa dipadukan dengan ceri yang kamu bawa itu?" tanya Arthur.
"Saya yakin sangat bisa dan hasilnya akan bagus," jawab Nafisha.
"Baiklah, kamu minta bantuan pada pihak pabrik untuk membuatnya sampelnya," ucap Arthur.
"Baik, Pak," jawab Nafisha.
Nafisha dan timnya juga langsung bergegas. Angga ternyata sejak tadi ikut-ikutan yang mendampingi Kakaknya. Dari mereka berada di perkebunan mencicipi buah-buahan dan sampai mereka juga menuju pabrik yang ada di dekat sana sebagai bahan percobaan.
Sampai akhirnya Nafisha dan yang lainnya terlihat menunggu. Akhirnya orang yang bekerja di pabrik tersebut salah satu keluar dari ruangan tersebut yang tampak menggunakan pakaian lengkap dengan sangat higienis seperti ahli gizi.
"Ini silahkan dicoba!" wanita tersebut mempersilahkan dengan sangat ramah.
Nafisha terdiri dari tempat hidupnya yang mengambil alih untuk menuangkan dari teko kaca tersebut ke dalam gelas kecil.
"Bismillah," ucap Nafisha dengan peran yang mencicipi sample tersebut.
"Hmmmmm, ini bener-bener sangat segar. Kak Nafisha sungguh bisa menciptakan minuman seenak ini. Kakak kau ini benar-benar pintar memiliki ide cemerlang bisa mengkombinasikan dua buah yang sangat tidak masuk akal dan hasilnya sangat dingin di tenggorokan," ucap Angga menjadi orang yang pertama yang memuji kakaknya diantara yang lain.
"Shuttt, diamlah Angga!" ucap Nafisha dengan pelan yang pasti yang dia harapkan dalam memberi tanggapan adalah atasannya.
Nafisha juga terlihat deg-degan yang menunggu Arthur yang masih mencoba meneliti rasanya apakah benar-benar cocok atau tidak.
"Pak Arthur bagaimana?" tanya Nafisha.
"Ternyata rasanya cocok," jawab Arthur membuat Nafisha tersenyum yang menghela nafas dan begitu juga dengan Nadine yang mana usaha temannya dihargai dan hanya Sandrina yang terlihat tidak suka.
"Apa ini menggunakan sedikit gula lagi?" tanya Arthur pada ahli gizi tersebut.
"Kami tidak menambahkan gula, untuk rasa manis dari kedua buah dan ditambah dengan potongan daging longan sebagai jelly sudah menciptakan rasa manis yang sempurna, takaran air yang sesuai diminta oleh nona Nafisha sudah pas dan tidak perlu ditambahkan gula atau racikan apapun lagi," jawab wanita tersebut.
"Wau artinya rasanya benar-benar khas dari buah tanpa komposisi lain, ini murni minuman dengan rasa buah yang segar dan tidak membuat sakit di tenggorokan," sahut Nadien.
"Tetapi mau dipasarkan harga berapa minuman seperti ini? Jika rasa manis dari buah dengan komposisi air yang diberikan, maka saya untuk satu kemasan saja akan sangat mahal dan harga yang dikeluarkan Perusahaan pasti tidak sama dengan harga pasaran. Kita bukan hanya mementingkan kualitas dalam minuman tetapi juga harus mementingkan pasaran, karena target kita juga dari kalangan bawah sampai atas," sahut Sandrina yang memberikan pendapatnya.
Mungkin apa yang dikatakan Sandrina memang benar, terkadang sesuatu yang murni itu membutuhkan harga cukup mahal.
"Bagaimana Nafisha kamu mengatur tarif harga pasarannya dan apa kamu yakin akan laris terjual dengan patokan harga tinggi, karena kualitasnya yang tinggi." tanya Arthur mengembalikan semua kepada Nafisha.
Bersambung...
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa