NovelToon NovelToon
AWAN MERAH

AWAN MERAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:24
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Seorang pemuda tampan yang katanya paling sempurna, berkharisma, unggul dalam segala bidang, dan yang tanpa celah, diam-diam menyimpan sebuah rahasia besar dibalik indahnya.

Sinan bingung. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa akan mimpi aneh yang terus menerus hadir. Datang dan melekat pada dirinya. Tetapi lama-kelamaan pertanyaan yang mengudara juga semakin menumpuk. "Mengapa mimpi ini ada." "Mengapa mimpi ini selalu hadir." "Mengapa mimpi ini datang tanpa akhir."

Namun dari banyaknya pertanyaan, ada satu yang paling dominan. Dan yang terus tertanam di benak. "Gadis misterius itu.. siapa."

Suatu pertanyaan yang ia pikir hanya akan berakhir sama. Tetapi kenyataan berkata lain, karena rupanya gadis misterius itu benar-benar ada. Malahan seolah dengan sengaja melemparkan dirinya pada Sinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A M BAB 34 - teman baru.

"Beberapa harian ini kamu kenapa gamau diantar jemput si.. tega, gak sayang aku lagi kamu ya." Lesu. Menopang dagu sambil menyorot wajah datar itu. "Tega.. dasar."

"Bacot bat njir." Kata Jack. Rengekan Sinan terasa begitu menganggu di telinganya. Juga membuat bulu kuduknya terangkat semua.

Tersangka hanya berdecak. Menatap risih pemuda tempramen itu sebelum kembali bertopang dagu dan memainkan punggung tangan Dinya. Mengelus bagian tersebut.

"Am i do somethin' wrong.. tell me.." pelan dan hati-hati. Meringis karena tidak digubris. "Aku nangis aja deh."

Melipat kedua belah tangan di atas meja. Menelungkupkan wajah disana. Membiarkan kekehan geli nan mengejek melayang pada punggungnya yang lebar.

"Cowonya nape uring-uringan mulu mut." Berkomentar. Bergabung dengan ketiga orang itu. "Masa sawan berkepanjangan."

"Pfftt sawan.. anak mami yang ada." Jack menyambar lagi. Berujar penuh mengejek. Menatap bocah melas dengan seringai. "Akibat keseringan dimanja, iya nggak."

"Apasi lo pada." Menggerutu. Mengangkat pandangan. Bangkit dengan kesal dan menggandeng si gadis. "Ini masalah rumahtangga, pake ikut nimbrung."

Membawa gadis itu berjalan menjauh dari area kelas. Mengarahkan si gadis untuk duduk pada kursi panjang di penghujung lorong yang kebetulan sedang sepi.

"Apa." Menantang lempeng. Menatap datar pada dirinya yang sedang bersidekap dada.

"Sayang.." menyerah. Meluncur bersimpuh ke bawah. Menatap Dinya lemah. "Kamu kenapa jadi gini, kalau aku ada salah bilang. Jangan malah ngejaga jarak.. aku gak suka."

"Yang ngejaga jarak siapa." Menyahut. Mengherankan Sinan yang selalu mendramatisir keadaan. "Aneh."

"Gue udah bilang alasan gue gak mau dijemput. Mustahil orang kayak lo sampe gak ngerti. Lagian apa salahnya juga."

Cemberut. Mengangguk lemah sebelum bangkit. Duduk disamping si gadis.

Dinya memang bilang bahwa alasannya tidak ingin dijemput adalah karena ia ingin naik bus saja. Berkata bahwa gadis itu memiliki seorang kenalan akrab disana.

"Gue bukan bayi. Apa-apa harus dianter jemput, apa-apa harus diawasin, apa-apa harus sama lo." Sungguh nyelekit.

"Maafin.. aku minta maaf." Menghentikan. Takut dirinya akan benar-benar mewek ditempat. "Aku minta maaf ya, udah jangan marah lagi. Aku bener-bener minta maaf."

Begitulah kira-kira isi perbincangan keduanya sebelum mereka kembali. Mengikuti pembelajaran seperti biasa.

"Heum.. kurang tepat." Kata Sinan. Menyerahkan kertas yang penuh dengan coretan matematika. "Coba lagi."

Waktu mereka bersama terbilang berkurang sehingga mereka harus sedikit mengakali kegiatan ajar mengajar. Yang awalnya berlaku ketika sepulang sekolah, kini menjadi kapan saja saat mereka senggang.

"Kenapa matematika harus ada." Mengeluh dengan tangan yang aktif mengerjakan. Sementara pemuda di depannya menyuapi dia. Berkata lagi. "Becissansetsmasmatika."

"Jangan sayang, nanti keselek." Menegur. Menatap bagian Dinya menelan semua makanan yang ada di mulutnya. "Astaga."

"Woi pasutri! Ada yang nyari noh." Kata Jefry—salah seorang teman. "Di didepan."

Menoleh pada seseorang yang tadi berujar. Lantas menggulirkan pandangan ke arah pintu. Bangkit dan berujar pada gadis itu untuk tetap mengerjakan soal darinya.

"I'll be right back." Mengelus punggung tangan si gadis sekilas. "Inget ya sayang, ngerjainnya harus yang santai. Sebentar."

"Gundulmu santai." Langsung terkekeh. Membiarkan sumpah serapah melayang di balik punggungnya. "Kalau gue pinter.."

Sesampainya di depan pintu. Sinan lantas ingin mengambil langkah keluar, tetapi seseorang yang menunggu di sana malah tidak bergeser sama sekali. Sejengkal pun.

"Jangan lama." Berujar lebih dulu. Berpikir bahwa gadis tinggi tersebut pasti datang karena dirinya. "Tunggu apa lagi, udah gu-"

"Minggir." Mengangkat alis. Bingung akan maksudnya. "Minggir. Si cantik. Ketemu."

"KIM!!" Belum sempat tersadar dari kebingungan. Suara yang paling ia kenal malah terdengar. Datang dari arah belakang dan berkata begitu akrab. "Masuk masuk."

Kedua orang gadis itu lantas berlalu. Meninggalkan si pemuda yang hanya dianggap angin. Mengikuti dengan alis bertaut. Kapan Dinya dan Kim akrab.

"Kapan mereka akrab njir." Jack yang baru kembali dari rapat Osim mewakili. Bersama Lilie yang nampaknya juga tak kalah heran.

Srek.

Saling tatap, lalu mengangguk. Mereka lantas tanpa ragu-ragu lagi mengambil langkah mendekat. Penasaran. Keheranan. Bergabung bersama kedua orang gadis itu. Menguping dengan begitu kepo. Menyimak.

"Permisi ini kenapa ya." Dinya berujar. Melirik mereka bertiga. Sungguh zaman sudah semakin canggih. Bahkan sekedar cara menguping saja turut di upgrade.

"Mut.." ragu-ragu. Beberapa saat kemudian mulai cemberut. "Kalian kapan akrabnya.."

"Tau." Membenarkan. Menyetujui. Juga merasakan sedikit kesedihan dari si gadis berpita. "Cepet jelasin sebelum nih bocah nangis kejer, kasian.. kalau dibiarin kita bisa kehujanan tiga hari tiga malam. Suer dah."

Ternyata Lilie adalah tipikal teman pencemburu. Mengangguk paham. Karena tidak ingin mencari masalah, ia dengan segera saja mulai memuntahkan cerita. Tentu tanpa menyinggung insiden penculikan. Menggantinya akan alasan lain.

Dan meski ambigu, tampaknya itu sudah cukup dimengerti. Terbukti dari ketiga orang itu yang mulai mengangguk dan tersenyum.

"Okelah.. lain kali kita girls night." Polos Lilie. Menatap kedua gadis datar tersebut. Nyengir penuh. "Girls night-nya jangan di bawah jembatan tapi, itu nyeremin tau."

"Emang nyeremin, Li." Membenarkan. Lantas terkekeh sambil menatap Kim. "Kita juga ketemu setan, pokoknya creepy abiss!"

Tak butuh waktu lama untuk mereka semua berbaur satu sama lain. Mengobrol hal ini itu yang rupanya membuat hampir seisi kelas keheranan. Apa circle itu merekrut member dari kelas depan. Atau apa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!