"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rukaayyah sudah tahu.
Hari sudah mulai larut, keheningan menyelimuti rumah mewah yang baru saja diguncang oleh badai pengungkapan. Setelah saling mengucapkan selamat malam, mereka berempat sudah memasuki kamarnya masing-masing, dengan segala pemikirannya sendiri-sendiri.
Hilman berbaring, mencoba memproses pengkhianatan ibunya dan perasaan barunya terhadap Rukayyah.
Zora dan Yusuf berdiskusi dengan suara pelan, menyusun strategi untuk menghadapi Tono dan mengamankan posisi Rukayyah.
Rukayyah sendiri, meskipun sudah lelah, tidak bisa tidur.
Kini, Rukayyah fokus pada misteri terakhir yang tersisa. Rukayyah penasaran dengan kehidupan ayah mertuanya, Tuan Faisal....
Ia tidak bisa membiarkan keraguan itu menggantung, apalagi setelah melihat betapa jauhnya tuan Faisal menempuh jarak untuk urusan pribadi itu.
Rukayyah mengeluarkan laptopnya dari tas, dan dengan keahliannya yang luar biasa, ia mulai meretas ponsel ayah mertuanya, Faisal....
"ayah... maafkan aku, aku telah lancang seperti ini, tapi aku ingin segera menyelesaikan masalah ini, aku ingin fokus pada rumah tangga ku nanti" ucapnya pelan.
Dengan cepat, Rukayyah berhasil menembus sistem keamanan Faisal. Ia tidak mencari data bisnis, melainkan data pribadi dan lokasi. Ia menemukan riwayat komunikasi, dan foto-foto terbaru,
Matanya membulat saat melihat apa yang ada di layar. Bukan foto-foto rapat atau proyek, melainkan.
"astaghfirullah...." Rukayyah membekap mulutnya sendiri, ia benar-benar sangat terkejut.
Foto-foto Selin di kursi roda, wajahnya terlihat pucat.
Rekaman suara Faisal berbicara lembut kepada Selin, memanggilnya Sayang dan Selin.
" Selin.... bukankah itu ibunya mas Hilman?" ucapnya pada diri sendiri.
Rukayyah juga melihat Bukti transfer dana besar secara rutin ke sebuah fasilitas perawatan rahasia di luar negeri.
Dan juga Lokasi ponsel tuan Faisal saat ini berada di bandara, bersiap untuk penerbangan kembali ke sini.
" Ya Allah... Ibu kandung Mas Hilman masih hidup." gumamnya masih tidak percaya, tapi melihat kebenaran di depannya ia merasa lega, kecurigaan nya ternyata salah...ia malah mengira ayah mertuanya itu memiliki istri muda disana... .
Rukayyah kini memegang rahasia terbesar dan paling mengejutkan dari semuanya. Ibu Hilman tidak meninggal dalam kecelakaan, dia koma dan baru sadar. Dan ayah Faisal telah memalsukan kematian istrinya selama dua puluh tahun.
Rukayyah menatap lekat pada foto-foto ibu mertuanya di kursi roda di layar laptop-nya. Hatinya dipenuhi rasa haru dan takjub.
Ternyata ibu Selin sangat mirip dengan Tante Selena, sebuah fakta yang membenarkan kebohongan yang dilakukan Selena selama bertahun-tahun. Perbedaannya hanya terletak pada kondisi fisik, wajah ibu mertua sangat tirus, kontras dengan Selena yang tampak terawat.
"Aku tidak tahu kalau seandainya Mas Hilman mengetahui rahasia ini... Dia baru saja hancur karena pengkhianatan Mama dan adiknya. Jika dia tahu bahwa ibunya sebenarnya masih hidup dan Ayahnya berbohong selama dua puluh tahun, dia akan benar-benar hancur, meskipun nanti ia pasti akan bahagia.
Rukayyah memutuskan untuk bertindak bijaksana. "Aku akan merahasiakan ini semua untuk saat ini. Ini adalah rahasia yang terlalu besar untuk diungkap melalui pesan singkat atau rekaman suara". Ucapnya pelan.
" Aku akan menanyakan langsung pada Ayah Faisal tentang kebenarannya." lanjutnya.
Ia akan menunggu ayah Faisal tiba dari penerbangannya. Hanya ayah Faisal yang memiliki hak dan kewajiban untuk menyampaikan kebenaran yang begitu besar kepada putranya.
" Biar nanti Ayah sendiri yang mengatakan kebenarannya." ....
Rukaayyah Menutup laptopnya lalu memasukkan nya kedalam tas kecilnya kembali...
Rukayyah tahu, meskipun ia kini memegang semua kartu dan siap menghadapi badai terhebat, semua kekuasaan duniawi itu tidak akan memberinya kedamaian sejati. Pikirannya terlalu penuh dengan rahasia, pengkhianatan, dan strategi...
Karena tidak bisa tidur juga, Rukayyah memutuskan untuk mencari ketenangan di tempat yang paling ia yakini,
Ia bangkit dari tempat tidurnya. Dengan langkah tenang, ia mengambil air wudhu. Dinginnya air membasuh wajah dan anggota badannya, seolah membersihkan semua kegelisahan dan debu duniawi yang ia hadapi hari itu.
Setelah berwudhu, ia menggelar sajadah. Rukayyah melaksanakan sholat sunnah dua rakaat. Dalam sujudnya, ia menyerahkan semua beban dan rahasia besar Keluarga Effendi ke hadirat Ilahi, memohon petunjuk dan kekuatan untuk menghadapi hari esok.
Setelah sholat, ia duduk bersila, lalu membaca Al-Qur'an. Suaranya yang merdu kini hanya terdengar lirih di dalam kamar, mengalunkan ayat-ayat suci yang menenangkan. Setiap ayat yang ia baca terasa meresap, mengisi kembali energinya, dan memantapkan hatinya bahwa ia berada di jalan kebenaran.
Dalam ketenangan malam dan kehangatan iman, Rukayyah bersiap menghadapi fajar dan kedatangan Tuan Faisal, membawa kebenaran pamungkas yang akan mengubah segalanya.
***
Begitupun di kamar utama, Hilman juga tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh campuran rasa bersalah, kemarahan atas pengkhianatan Selena, dan kekaguman yang semakin besar pada Rukayyah.
Terutama ia masih sangat khawatir mengingat mobil istrinya disabotase. Bayangan buruk tentang apa yang mungkin terjadi pada Rukayyah jika ia tidak mengajaknya pulang terus menghantuinya.
"Bagaimana seandainya kalau aku tidak mengajaknya pulang bersama? Aku hampir kehilangan dia karena kejahatan yang dilakukan di bawah atapku sendiri." gumamnya dalam hati.
Kekhawatiran dan rasa bersalah itu terasa tulus. Hilman menyadari betapa dalam perasaannya telah berubah. Hilman sudah merasa nyaman dengan Rukayyah, sebuah kenyamanan yang tidak pernah ia temukan dalam hubungan lamanya yang dangkal.
Karena tidak bisa tidur juga, Hilman akhirnya bangkit. Ia melihat cahaya lembut dari kamar Rukayyah di seberang lorong, dan ia tahu apa yang sedang dilakukan istrinya. Rasa malu menyelimutinya, ia yang menjadi kepala rumah tangga, tetapi justru istrinya yang menjadi penenang dan teladan.
Hilman mengambil keputusan. Ia memilih untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat sunnah yang sudah lama ia tinggalkan. Ia merasakan kedinginan air wudhu dan berdiri menghadap kiblat. Ini adalah pertama kalinya ia sholat tanpa paksaan, tanpa kewajiban.
"Aku harus berusaha menjadi pribadi yang baik agar pantas menjadi imam untuk istriku" ucapnya pelan...
Dalam sujudnya, Hilman tidak hanya memohon ampunan atas dosa-dosanya, tetapi juga memohon kekuatan untuk menjadi suami yang layak bagi Rukayyah. Pada malam itu, di tengah kehancuran keluarga, Hilman mengambil langkah pertamanya untuk membangun kembali dirinya, menirukan ketenangan yang ia lihat pada istrinya.
***
Sedangkan di kamar tamu yang ditempati suami istri itu, antara Zora dan Yusuf, sedang melakukan murojaah atau mengulang hafalan Al-Qur'an, sebuah kebiasaan yang selalu mereka jaga. Seharian ini mereka disibukkan dengan perjalanan jauh yang melelahkan, juga masalah keluarga Effendi yang sangat menguras energi.
Zora berbaring miring, Yusuf menyusun bantal hamil yang selalu ia bawa, agar istrinya merasa nyaman saat tidur... Lalu Zora menyimak lantunan ayat suci dari suaminya. Yusuf mengaji sambil mengelus perut istrinya yang besar, memberikan keberkahan melalui setiap ayat yang ia baca kepada calon buah hati mereka... Begitupun sebaliknya, saat Zora mengaji, Yusuf yang menyimak.
Keluarga Effendi kini dipenuhi oleh orang-orang yang berdoa, Rukayyah dan Hilman di kamar mereka masing-masing, dan Zora serta Yusuf di kamar tamu. Mereka semua bersiap menghadapi fajar yang akan membawa Tuan Faisal, dan bersama dengannya, kebenaran terakhir yang paling menyakitkan.