Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Helena
"Aku bermimpi bertemu Ibu yang sedang sekarat di tepi sungai."
Deg!
Jantung Helena berdentam, tubuhnya bergetar, tangannya yang memegang kedua bahu Keano pun gemetar. Peluh sebesar biji-biji beras pun bermunculan, mengalir dari pelipis. Wajahnya memucat, seperti mayat yang tak dialiri darah.
"Ibu, apa Ibu baik-baik saja?" tanya Keano cemas, ia memegangi kedua tangan Helena yang gemetar.
Beberapa saat Helena memejamkan mata, menepis bayangan kematian di kehidupannya yang lalu. Begitu tragis, merenggut semua kepercayaan terhadap orang-orang yang hidup di sekitarnya. Ia membuka mata kembali dan mendapati wajah cemas Keano dengan matanya yang berkaca-kaca ingin menangis.
Helena tersenyum, mengusap rambut Keano dengan lembut. Dia meyakinkan hatinya bahwa anak yang saat ini dia asuh tak akan pernah menyakitinya.
"Ibu tidak apa-apa, sayang. Sebaiknya kita kembali tidur saja. Pagi masih jauh," ucap Helena yang diangguki Keano.
Bergandengan tangan mereka kembali ke atas ranjang, merebahkan diri, bergelung dalam selimut. Malam terasa lebih dingin menusuk dari pada malam-malam sebelumnya. Helena dan Keano saling memeluk satu sama lain, menghantarkan kehangatan.
Lima belas menit lamanya, Keano pun tertidur. Sementara Helena membuka matanya, beranjak pelan-pelan turun dari ranjang. Berjalan pelan keluar setelah mengenakan mantel cukup tebal. Ia menoleh ke atas ranjang memastikan Keano sebelum menutup pintu.
Bocah itu ternyata belum tertidur, dia membuka mata dan menyibak selimut. Menatap pintu di mana Helena baru saja keluar.
"Apa yang ingin ibu lakukan di tengah malam begini? Aku harus diam-diam mengawasi agar tidak ada yang berbuat jahat terhadap ibu," katanya seraya beranjak turun dari ranjang.
Tanpa mengenakan mantel ataupun jaket, Keano keluar secara perlahan. Dia sudah terbiasa dengan dinginnya udara, tidur di atas tanah beratapkan langit. Bila hujan berteduh di mana saja, bila panas bersandar di bawah pohon. Hidup sebatang kara tanpa orang tua. Terlunta mengais rezeki sendiri.
Ia mengendap dan bersembunyi di balik sebuah pilar. Mengawasi Helena yang berjalan tenang menuju sebuah kamar.
"Ada apa di kamar sana? Aku akan tetap di sini mengawasi," gumamnya dengan suara lirih.
Helena berjalan pelan, tenang dan tanpa suara. Menuju ruang kerja suaminya. Dari luar ruangan itu, dia bisa mendengar suara-suara tak mengenakan di dalam sana.
"Beruntung kau datang tepat waktu, jika tidak pelayan tak tahu diri itu akan terus memaksaku untuk kembali ke kamar itu. Aku tidak suka, di sana pengap dan bau busuk," ucap Lusiana dengan nada manja mendayu.
Helena menghela napas panjang, kakinya memaku di lantai. Ia tak ingin mengganggu aktivitas kedua sejoli itu. Diam-diam Helena menyimpan perekam di atas pintu, ia tersenyum.
"Tidak usah kau pikirkan. Aku juga tidak mengerti mengapa Helena menjadi keras seperti itu. Tidak seperti biasanya Helena yang penurut dan tidak pernah membantah kata-kata ku," sahut Ferdinan diakhiri helaan napasnya yang berat.
Aku bukan Helena yang dulu, Ferdinan. Aku sudah tidak dibutakan cinta lagi. Bersenang-senanglah kalian malam ini sebelum bencana yang sebenarnya kalian hadapi!
Helena bergumam di dalam hati, sambil menahan rasa sakit karena selama satu tahun menikah dia hanya dipermainkan.
"Tapi sekarang kita sudah berkumpul. Aku merindukanmu, bisakah kau memuaskan aku malam ini?" ujar Ferdinan menggoda Lusiana.
Kau sama sekali tidak pernah menyentuhku, ternyata kau lebih menyukai rubah licik itu. Tunggu saja, bila waktunya tiba kau pun akan dikhianatinya. Suara hati Helena.
"Tapi bagaimana jika dia terbangun dan memergoki kita di sini?" Lusiana berpura-pura cemas. Ia melirik pintu, khawatir Helena akan membukanya tiba-tiba.
"Kau tenang saja, aku sudah memastikannya. Dia sudah tertidur lelap bersama anak sialan itu." Ferdinan menggeram penuh kebencian bila teringat pada Keano.
Anak yang kalian sebut sialan itu yang akan menghancurkan harapan kalian!
"Kau benar, karena anak itu Helena tidak mau menerima Julian. Sepertinya kita harus menyingkirkannya," ucap Lusiana dengan kejam.
"Ya kau benar." Mereka tertawa cekikikan, kemudian disusul dengan suara-suara menggelikan.
Kalian ingin menyingkirkan anakku? Coba saja jika kalian mampu! Manusia-manusia yang tidak punya hati.
Helena mengepalkan tangan kuat-kuat, apapun rencana mereka ia tak akan membiarkan mereka berhasil melakukannya. Apa lagi ingin menyakiti Keano, seujung kuku pun mereka tak akan pernah bisa.
Ia berbalik dan kembali ke kamarnya, memastikan Keano masih terlelap di atas ranjang memeluk guling sebagai ganti dirinya. Helena tersenyum melihat anak itu. Berjalan mendekat, mengusap pipinya pelan. Mengecup pelipisnya penuh cinta.
"Ibu tidak akan membiarkan siapapun menyakiti mu. Kau sudah menjadi anakku sekarang, maka aku akan melindungimu untuk seumur hidupku," ucap Helena lirih.
Ia kembali beranjak, ada hal yang harus dilakukan. Keano membuka mata, menatap tajam pada udara yang tak terlihat. Dia yang akan melindungi Helena dari kekejaman semua orang.
Kau tenang saja, Ibu. Anakmu ini bukan orang yang lemah. Tak ada siapapun yang bisa menyakiti aku ataupun kau, Ibu. Aku akan melindungi mu.
Hati Keano bergumam, kemudian kembali terpejam. Kerasnya kehidupan mengajarkan Keano untuk menjadi sosok yang kuat dan tangguh. Menghadapi kejahatan, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Keano tidak takut apapun dan siapapun. Ia hanya takut orang-orang itu berhasil menyakiti Helena.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢