Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin Baru
Mas Roni mengajakku masuk ke dalam kamarku yang cukup besar, ya, itu adalah kamar pengantin kami, hari ini kami baru saja melangsungkan pernikahan kami.
Syahroni adalah nama laki-laki yang kini berstatus sebagai suamiku yang sah, perkenalan kami singkat saja, kami saling kenal dari media sosial, saat itu kami saling chat dan berkenalan.
Ternyata kami saling nyambung dan merasa ada kecocokan, apalagi sifat Mas Roni yang manis dan sangat perhatian padaku, membuat pertahanan hati ini luluh seketika.
Di tambah lagi ibuku, yang memang selalu mendesak aku segera berumah tangga, mengingat usiaku yang hampir kepala tiga ini, namun tak kunjung menemukan jodoh.
Bukan karena aku pemilih terhadap laki-laki, atau sibuk bekerja, atau tak ada yang melirikku, namun memang belum ada laki-laki yang cocok di hatiku, entah ini kebetulan atau apa, aku menemukan kecocokan pada sosok Mas Roni, dan dalam waktu singkat aku sudah merasa kalau aku jatuh cinta padanya.
Aku juga bingung mengapa secepat itu, hatiku seperti tersihir melihat pesonanya, Mas Roni itu tampan, hidungnya mancung, kulitnya bersih cerah, dan suaranya itu membuat aku menjadi candu, dulu kalau telepon selalu ingin berlama lama mendengar suaranya.
Padahal banyak juga laki-laki yang berminat meminangku, namun entah mengapa tidak ada satupun dari mereka yang sreg di hati, berbeda dengan Mas Roni, kehadiran Mas Roni seolah memberikan aku sebuah harapan besar, bisa membina rumah tangga dengannya.
Apalagi dari setiap ucapan bibirnya selalu membuat hatiku tersihir dan terpesona, mungkin inilah yang dinamakan cinta.
Tiga bulan kami berkenalan melalui media sosial, dan kami berkomunikasi melalui pesan singkat ataupun video call, Kemudian Mas Roni memutuskan untuk bertemu denganku.
Pertemuan kami yang pertama kali adalah di sebuah Cafe yang terletak tidak jauh dari rumahku, ketika pertama kali bertemu, entah mengapa aku benar-benar jatuh cinta padanya, wajah Mas Roni sangat manis, dia terlihat sangat tampan dan tutur katanya juga lembut.
Tak lama kemudian Mas Roni mengutarakan niat hatinya untuk meminangku, karena aku yang sudah terlanjur jatuh cinta padanya, tentu saja aku pun tidak menolaknya, Dia kemudian datang ke rumahku dan melamarku Pada Ibuku, dan sebulan setelah Mas Roni melamarku akhirnya kami pun memutuskan untuk menikah, meskipun ada yang aneh, Mas Roni tidak membawa keluarganya dalam acara pernikahan kami, yang dia bawa hanyalah adik laki-lakinya yang usianya tidak jauh dari mas Roni, setelah itu dia tidak membawa anggota keluarganya yang lain.
Namun, aku tidak terlalu ambil pusing, karena Mas Roni mengatakan kalau dia hanya memiliki seorang ayah dan kini ayahnya itu sudah tua dan sakit-sakitan.
Wajar saja kalau Ayahnya tidak bisa datang untuk menghadiri acara pernikahannya, sedangkan anggota keluarga yang lain tinggal jauh di luar kota.
Jadi menurutku tidak masalah kalau Mas Roni hanya mengajak adik kandungnya saja untuk hadir di acara pernikahan kami, toh yang penting tujuan kami menjadi suami istri dan membina rumah tangga sudah tercapai, dan aku merasa sangat bahagia, akhirnya aku bisa melepas masa lajangku ini dan menerima pinangan dari mas Roni, meskipun pertemuan dan perkenalan kami begitu singkat.
"Lagi melamun apa Dek? Ini Mas dulu atau kamu dulu yang mau mandi?" tanya Mas Roni membuyarkan lamunanku.
"Aku dulu saja deh Mas yang mandi, nanti setelah itu baru Mas Roni yang mandi!" jawabku cepat.
"Ya sudah kalau begitu duluan deh, nanti mas tunggu di sini, setelah itu siap-siap ya nanti malam kita bertempur, layani Mas dengan sepenuh hati!" ucap Mas Roni sambil mengedipkan sebelah matanya.
Seketika itu tubuhku langsung meremang, aku tidak pernah membayangkan kalau malam ini aku akan menyerahkan mahkota yang selama ini aku jaga pada Mas Roni, yang kini telah menjadi suamiku yang sah, di mata hukum dan agama.
Aku kemudian segera mandi di kamar mandi yang memang ada di kamar pengantin kami, tubuhku terasa segar sekali setelah sepanjang hari ini aku menjadi ratu sehari, dengan dada yang sedari tadi berdegup dengan kencang, dan setelah hampir 15 menit aku habiskan untuk mandi dan membersihkan seluruh tubuhku, Aku kemudian langsung mengambil pakaian yang sudah aku persiapkan sebelumnya.
Jujur saja aku masih merasa malu dan risih di hadapan Mas Roni, meskipun kini aku telah menjadi istri sahnya, Tapi tetap saja aku tidak bisa langsung buka-bukaan di hadapannya.
"Aku sudah selesai Mas!" Seruku pada saat keluar dari kamar mandi.
Tidak ada jawaban dari mas Roni, Ke mana perginya Suamiku itu? Bukankah tadi dia menunggu di sini.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan kamar yang cukup besar ini, tiba-tiba aku melihat dari arah balkon, Mas Roni sedang berdiri di sana, Sepertinya dia sedang menelepon seseorang.
Ah, barangkali saja dia hanya menelepon temannya karena kan hari ini hari pernikahannya, atau teman yang mengucapkan selamat padanya, itu adalah hal yang wajar, perlahan aku pun berjalan menghampiri Suamiku itu.
"Mas Roni di sini rupanya, Aku sudah selesai mandi!" kataku sambil terus berjalan mendekatinya.
Reflek Mas Roni mematikan ponselnya dan dia terlihat kaget sambil menoleh ke arah ku.
"Eh kamu sudah selesai Dek, cepat sekali, Baiklah sekarang gantian Mas yang mandi ya, kamu istirahat saja dulu di tempat tidur!" sahut Mas Roni yang terlihat sedikit gugup.
Aneh sekali, Kenapa Mas Roni mengatakan aku sebentar mandinya, padahal aku sudah merasa kalau aku berada di kamar mandi cukup lama, sekitar 15 menit, Apakah Mas Roni menelepon sampai tidak tahu waktu.
Aku melihat Mas Roni langsung masuk ke dalam kamar mandi, sementara ponselnya dia letakkan di atas meja yang ada di sudut kamar ini.
Aku mulai membaringkan tubuhku di tempat tidur ini, lelah juga setelah seharian berdiri menyambut tamu, di luar sana masih banyak sekali saudara dan kerabatku yang masih berbincang, meskipun sebagian besar di antara mereka sudah pulang ke rumah masing-masing.
Ibu juga pasti masih sibuk mengobrol dengan saudara-saudaraku yang lumayan banyak itu.
Tiba-tiba ponsel Mas Roni berbunyi, tapi Sepertinya itu bukan suara bunyi telepon, lebih tepatnya lagi itu bunyi suara pesan singkat yang sudah familiar sekali aku dengar.
Aku kemudian beranjak dari tempat tidur hendak mengambil ponsel Mas Roni, barangkali saja ada pesan penting.
Namun pada saat aku meraihnya, ternyata ponsel Mas Roni diberi kode, sehingga aku tidak dapat membukanya, tapi dari notifikasi di ponsel itu ada beberapa pesan singkat yang masuk, dari namanya tidak tahu apakah itu teman laki-laki atau perempuan karena hanya memakai inisial EV.
Ceklek!
Tiba-tiba saja Mas Roni sudah membuka pintu kamar mandi, aku sedikit terkejut, matanya melotot melihat ke arahku yang sedang memegang ponselnya.
"Mas Roni? Kok cepat mandinya Mas?" Tanyaku reflek.
"Dek, tolong jangan pegang-pegang ponselnya Mas ya, Meskipun kita sudah menikah tapi ponsel itu adalah privasi, Jadi kalau kamu ingin mengambilnya Tolong izin Mas dulu!" jawab Mas Roni sambil mengambil ponselnya dari tanganku.
Aku sedikit termangu melihat sikap Mas Roni, memang ku akui sebelumnya aku tidak pernah mau tahu tentang ponselnya itu, siapa saja temannya pun aku tidak terlalu peduli karena memang perkenalan kami begitu singkat, Jadi kami hanya mengobrol seputar aku dan Mas Roni saja.
"Maafkan mas ya Dek, bukannya apa-apa, namanya juga selama ini Mas kan sendiri, jadi kaget saja kalau tiba-tiba ada orang lain apalagi barang pribadinya dipegang oleh orang lain, sekali lagi Mas minta maaf ya dek!" Ucap Mas Roni.
Orang lain? Mengapa Mas Roni menganggap aku orang lain? Bukankah saat ini aku adalah istri sahnya? Kenapa baru hari pertama menikah aku sudah melihat ada keganjilan di atas diri Mas Roni, Sebenarnya apa yang dia sembunyikan dariku? Apakah itu hanya perasaanku saja?
Bersambung ....