NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:26.3k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Sellina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Sellina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Sellina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Sellina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Memilih pergi.

Kata-kata itu seakan meruntuhkan ego Tristan. Giginya terkatup, rahangnya mengeras, lidahnya kelu seakan suaranya tercekat.

Serangan balik Sellina telak menghantamnya. Desahan kalian berdua. Tuduhan itu menggema di ruangan, mencabut semua amarah cemburu yang tadinya membakarnya, dan menggantinya dengan rasa malu yang dingin dan pahit.

Pikirannya berputar, mencari jawaban yang dia sendiri bingung harus berkata apa.

Sebelum salah satu dari mereka sempat bergerak dari posisi yang tegang itu, suara langkah kaki tergesa di lorong disusul bentakan tajam.

"Tristan! Ngapain kalian, ha!"

Seperti disambar petir, Tristan terlonjak kaget. Cengkeramannya pada pergelangan tangan Sellina yang menyatu di atas kepala terlepas seketika.

Reykha berdiri membeku di ambang pintu yang terbuka lebar. Matanya yang disipitkan penuh amarah membelalak, memindai pemandangan di depannya dengan ngeri.

Tristan yang masih setengah menindih tubuh lain di atas ranjang, kemejanya kusut, dan Sellina yang terbaring di bawahnya, jilbabnya acak-acakan dan pipinya basah oleh air mata.

Bagi Reykha, kesimpulannya hanya ada satu.

"Oh, jadi ini!" suara Reykha bergetar karena murka. "Ini yang kamu lakuin di belakang aku?! Kamu ..."

Tristan berguling ke samping dengan gerakan panik, menjauh dari Sellina. "Rey! Ini ... ini nggak seperti yang kamu lihat!"

"Nggak seperti yang aku lihat?!" jerit Reykha, melangkah masuk ke kamar. Telunjuknya menuding lurus ke wajah Tristan. "Aku lihat kamu di atas dia, Tristan! Di kamar dia! Kamu mau bilang apa lagi?!"

Bagi Sellina, kemunculan Reykha adalah neraka sekaligus penyelamat.

Saat Tristan bangkit dari ranjang untuk menghadapi Reykha, Sellina menggunakan kesempatan itu. Dengan sisa tenaga, ia merangkak mundur seperti kepiting ke ujung kepala ranjang, menarik lututnya ke dada, berusaha menutupi dirinya sendiri. Ia merasa kotor, terhina, dan terekspos di depan dua orang yang telah menghancurkan malamnya.

"Rey, dengerin aku dulu! Dia ... dia baru pulang sama cowok lain!" Tristan mencoba membela diri, suaranya terdengar putus asa dan menyalahkan.

"Aku nggak peduli dia pulang sama siapa!" raung Reykha. "Yang aku lihat, kamu yang mau 'makan' dia!"

Reykha seperti kehilangan kendali mengamuk dan membuang semua barang yang ada di dekatnya. Ia melihat vas bunga yang pecah, mengambil serpihan itu dan menodongkannya ke arah Sellina.

"Kau! Pasti kau yang udah godain Tristan kan? Kau mau rebut dia dariku!" pekiknya, langkahnya cepat menerjang ke arah Sellina.

Melihat bahaya Tristan segera meraih pinggang dan menghentikannya. "Cukup, hentikan! Maaf, ini salahku. Aku khilaf, aku gak akan ninggalin kamu. Aku gak tertarik dengannya."

Demi meredam emosi Reykha, Tristan terpaksa berbohong padanya dan Sellina. Lalu matanya menatap Sellina yang tengah meringkuk tak berdaya. Ia sadar telah membuat Sellina kembali terluka dengan sikapnya tadi.

Takut Reykha semakin nekat, ia menggendong dan membawanya keluar.

"Dasar pelakor!" teriak Reykha sebelum benar-benar hilang dari pandangan.

Tetesan air mata keluar tak tertahankan saat mereka telah meninggalkan kamar. Sellina memeluk tubuhnya meringkuk di dalam selimut tebal.

Entah apa yang ia pikirkan. Sorot matanya kosong menatap ke arah pintu yang terbuka lebar. Ia tahu yang menyentuhnya adalah suaminya tapi, sentuhan itu asing dan menakutkan.

Kamar Tristan.

Suara memekakkan telinga dari kaca yang pecah dan plastik yang terbanting ke lantai marmer terdengar beruntun. Botol-botol parfum mahal, sisir, dan kotak perhiasan yang disapu bersih dari meja rias kini menjadi puing-puing di kakinya.

Reykha berdiri di tengah kekacauan itu, dadanya naik turun dengan cepat. Tangannya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih, urat-urat di lehernya menonjol. Sorot matanya tajam membara, menatap Tristan yang hanya berdiri mematung di dekat jendela, pucat pasi dan penuh penyesalan.

Ia mengambil langkah, perlahan, melintasi pecahan kaca.

"Apa ini?" desis Reykha, suaranya rendah dan berbahaya. Ia berhenti tepat di depan Tristan, memaksanya menerima tatapan penuh api itu.

"Mana janjimu?!" bentaknya. "Kamu janji padaku, Tristan! Kamu bersumpah tidak akan menyentuh gadis itu sampai kamu menceraikannya. Itu—" ia menekan telunjuknya ke dada Tristan, "—satu-satunya alasan aku setuju kamu menikahi dia!"

Wajah Reykha berubah. Ucapannya terjeda. Ia menarik napas dalam-dalam, tetapi udara seakan menolak masuk ke paru-parunya yang sesak. Matanya mulai berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena murka yang tak tertahankan.

"Tapi, kamu ..." katanya, suaranya bergetar hebat. "Kamu malah ... jatuh cinta ... sama dia!"

"Aaakkkh!"

Reykha berteriak. Itu bukan jeritan kaget, tapi raungan putus asa yang melengking, penuh dengan rasa sakit hati, kecemburuan, dan kekalahan yang meledak sekaligus. Suaranya menggema di dalam ruangan berdinding tinggi itu, menelan penyesalan Tristan dan mengukuhkan kehancuran malam itu.

Ia meronta frustasi, tubuhnya lunglai lemas hingga terjatuh ke lantai. Tristan spontan menangkap tubuhnya mendekapnya erat.

"Maaf, Sayang. Maafkan aku," ucapnya lirih, keningnya menyentuh kening Reykha.

Ia berjanji pada dirinya sendiri tak akan lagi mengecewakan Reykha. Sebisa mungkin ia ingin mengabaikan perasaannya demi wanita yang telah lama bersamanya.

****

Pagi itu tidak lagi sama.

Bagi Sellina, pagi bukan lagi awal yang baru, melainkan sebuah tuduhan. Sinar mentari yang biasanya hangat kini terasa seperti mata-mata tajam yang menelanjanginya, menyorot tanpa ampun sisa-sisa kejamnya malam tadi.

Ia membuang muka dari jendela. Cermin di meja rias memantulkan sosok yang nyaris tak ia kenali: mata yang sembab dan bengkak, dikelilingi lingkaran gelap yang pekat. Sisa-sisa tangisan yang mengering terasa kaku di pipinya.

Ia menjadi pendiam. Suaranya sendiri terasa asing.

Tadi pagi, ia menghabiskan waktu hampir dua jam di kamar mandi. Di bawah pancuran air terpanas yang bisa ia tahan, ia menggosok kulitnya hingga memerah. Ia menggosok lengan, bahu, dan lehernya—berusaha menghapus jejak ingatan dari cengkeraman Tristan, aroma napasnya yang menderu, dan tatapan liarnya.

Walau pria itu belum berhasil menelanjanginya, Sellina merasa kotor sampai ke tulang.

Kini, keheningan adalah satu-satunya tujuannya. Lari. Menjauh. Sekadar mencari tempat di mana ia bisa bernapas tanpa merasa tercekik.

Ia menarik ritsleting koper besarnya dengan sekali sentak yang kasar. Roda-roda koper itu berderit memprotes di lantai saat ia menariknya keluar kamar. Suara itu terdengar memekakkan telinga di rumah yang pagi itu terasa sunyi senyap, seolah dinding-dinding itu sendiri menahan napas.

Langkahnya tergesa-gesa, nyaris tersandung kakinya sendiri. Ia tidak berani menoleh ke arah pintu kamar Tristan. Ia hanya ingin segera pergi dari neraka itu, sebelum ada orang lain yang melihat.

Namun, saat ia melangkahkan kakinya melewati pintu, diam-diam Tristan menatapnya dengan tatapan menyesal. Ia tak menghentikan khawatir Reykha akan marah dan menambah masalah. Ia akan mencari Sellina saat semua kembali tenang.

1
kim elly
🙄uler mah uler aja ngadu ngaduin
kim elly
🤣🤣mas nggak tuh
mama Al
Pergi saja pergi dari hidupmu
bawa semua rasa bersalahmu
mama Al
Saya suka kepanasan ini
mama Al
mantap
Iyikadin
Keren sekali perkataan mu kaaaa bagusss!! tingkatkan, harus berani dengan lantang sih
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
Ezra benar2 sdh berubah
Iyikadin
Skakmatttt, jawab tuh cepet jawabbb ah elah
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
cintamu terlambat Tristan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
cerita nya bagus Thor.. perjuangan seorang istri yg hanya di jadikan tameng untuk menutupi hubungan suaminya dengan wanita lain 🥺🥺
Sunaryati
Semoga setelah penderitaan yang kau alami karena Tristan dan Rekha, dan semuanya kau Terima dengan sabar , nanti berbuah manis Sellina.
Sunaryati
Juga perbaiki diri. Nak Erza tunaikan kewajiban kamu jadi seorang hamba. Bertaubat dengan menjahui semua maksiat. Tuntut secara hukum pada Tristan bila terbukti melakukan pelanggaran hukum. Untuk Sellina tenang diri, bangkit, dan menerima taqdir dengan ikhlas, semoga proses cerai dengan Tristan lancar.
🦋RosseRoo🦋
lu aja kepolosan. Udah tau hubungan toxic begitu, masih mau pertahanin. Kalo gue juga udah kabur... ☹️
🦋RosseRoo🦋
hayoo loo... mau jawab apa
Nuri_cha
ya iyalah takut.. kalau Erza tahu, dah pasti kamu juga dipecat sebagai cewek mainannya
Nuri_cha
biasa aja dong pak... emosi bgt
Nuri_cha
sellina melindungi imej Erza di depan karyawannya /Good/
Nuri_cha
hati-hati Erza, itu udah termasuk dalam pelecehan di dunia kerja. Sellina bukan perempuan yg biasa kamu temui
Nuri_cha
kamu gak berhak ngatur2, krn buat Erza kamu bukan siapa2 🤭
Nuri_cha
wkwkwk, pada gak tau tempat ya. ngamar apa ngamar 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!