Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Skorsing
"Waktu kalian selesai!" tiba-tiba saja di antara keheningan di ruangan kelas itu, suara Jack seperti sebuah petasan yang tiba-tiba meledak.
Bahu semua orang yang tadinya terlihat menegangg terangkat tinggi kaku, langsung turun secara bersamaan. Helaan nafas berat terdengar berjamaah. Semua tampak cemas dan pucat.
Sementara Jihan dan Maira saling pandang. Keduanya bahkan belum menulis setengah baris.
"Mampuss aku! ini berapa kata ya?" tanya Jihan melihat essainya yang baru terkumpul beberapa paragraf saja.
Maira juga sama, gadis itu menelan salivanya. Bahkan karena Jack bicara tiba-tiba mengatakan waktu mereka selesai. Tangan Maira yang kaku dan ikut terkejut membuat coretan panjang di akhir kalimat di paragraf terakhir yang dia buat.
Toby lebih parah, pria itu bahkan baru mengumpulkan belasan kata di kertas yang dia pegang. Itupun hasil adaptasi kanan dan kiri. Hasil dia memindahkan kata-kata yang terlihat di kertas teman-temannya. Di gabung-gabung begitu saja olehnya. Yang penting ada tulisan di kertasnya.
"Kumpulkan kertas itu sekarang!" kata Jack tanpa menoleh ke arah mahasiswanya di dalam kelas itu.
Satu persatu berdiri, mengumpulkan essai itu di atas meja Jack.
"Ini pak Jack gak bakalan beneran baca semuanya kan? apa dia akan hitung satu persatu katanya? gak mungkin kan? semoga saja ini mendekati..."
"Tiga!"
Bari Jihan dan Maria berharap ada keajaiban, hitungan mundur sudah di ucapkan oleh Jack.
"Haaaa" Jihan spontan berdiri dan berlari ke arah depan.
Maira juga melakukan hal yang sama, bukan mereka berdua saja sebenarnya. Semuanya berlari ke arah meja Jack.
"Dua!"
Brukk
"Minggir, ya ampun!"
"Awas, awas!"
"Buruan, minggir woi gantian!"
Suasana benar-benar kacau. Saling dorong dan saling sikut sungguh terjadi di ruangan itu demi mengumpulkan essai itu tepat waktu di atas meja Jack.
Jihan sudah sampai di depan menarik tangan Maira, supaya temannya itu bisa meletakkan kertasnya tepat waktu.
Namun tiba-tiba seorang mahasiswa lain yang panik ingin cepat meletakkan kertas itu tidak sengaja menyenggol Maira. Senggolan yang terjadi saat panik, meskipun niatnya tidak sengaja, tetap saja membuat langkah Maira tidak seimbang dan nyaris jatuh.
Grep
Maira melebarkan matanya. Dia pikir dia akan tersungkur ke lantai. Tapi ternyata Jack menggunakan tangganya menahan tubuh Maira agar tidak jatuh.
Deg deg deg
Maira melihat ke arah tangan Jack. Dia tertegun, terheran-heran, tapi juga kagum. Jack benar-benar hanya menggunakan satu tangannya. Bagian tangan, bukan lengan. Bisa dibayangkan betapa kuatnya Jack.
"Satu!"
Maira segera menghentikan kekagumannya dan membenarkan posisinya lalu meletakkan kertas itu di atas tumpukan kertas yang lain. Sayangnya Jack menepis kertas Maira.
Suasana sungguh menjadi tegang. Jihan yang menyadari Maira terlambat menyelesaikan tugas. Terlihat sangat sedih. Jihan menghela nafas dan terlihat sangat khawatir.
Maira sendiri sadar, dia memang terlambat. Tapi dia pikir Jack masih akan membiarkannya. Ternyata tidak!
"Pak tadi Maira sudah maju, cuma..."
"Waktu habis!" sela Jack.
Maira mengambil kembali kertas yang tadi mau dia letakkan.
"Maaf pak!" kata Maira mundur ke belakang.
Jihan menghampiri Maira dan mereka berdua kembali ke tempat duduk mereka. Sarah, yang tadi tidak sengaja menyenggol Maira segera berdiri mendekati Maira.
"Maafkan aku Maira, aku tidak sengaja" katanya dengan tatapan mata menyesal. Dia memang tidak sengaja, dia juga panik tadi.
Maira memakluminya.
"Tidak apa-apa" katanya pelan sambil tersenyum.
Jihan menghela nafas ketika mereka duduk.
Toby yang melihat Maira sedih, mendekati Maira. Niatnya untuk menghiburnya. Tapi hal tak lepas dari perhatian Jack.
"Jangan sedih Maira, ini baru kedua kalinya kamu tidak mengerjakan tugas dengan baik. Aku saja sudah berkali-kali tidak masalah..."
"Itu sih kamu yang malas!" sela Jihan memandang kesal pada Toby.
"Tobias Pratama!" panggil Jack.
Toby dan yang lain menoleh ke arah Jack.
"27 kata, 4 kata yang di ulang, 12 kata tidak sinkron sama sekali. Minus 30"
Mata Toby terbelalak.
"Pak Jack benar-benar menghitungnya? cepat sekali. Habislah aku!" gumam Jihan sambil mengusap wajahnya kasar.
Satu persatu Jack menyebutkan kekurangan jumlah kata semua mahasiswa yang mengumpulkan tugas. Nyaris tidak ada yang benar.
"Jihan Anisa, 345 kata, 200 masuk akal, sisanya omong kosong! Minus 20!"
Jihan mengusap sekali wajahnya frustasi. Semua orang terlihat kecewa, semuanya memang sudah tahu, Jackson Romero adalah dosen yang paling tidak bisa di ajak negosiasi. Paling galak, dan paling tidak bisa di bantah. Semua benar-benar mendapatkan nilai minus.
"Satu-satunya yang tidak selesai? Maira!" arah pandangan Jack tertuju pada Maira.
Dan gadis itu hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Maira..." panggil Jihan perlahan, supaya temannya itu melihat ke arah Jack, "pak Jack memanggil namamu!" kata Jihan lagi mengingatkan.
Maira menghela nafas, dia menoleh ke arah Jihan lalu ke arah Jack.
"Skorsing 3 hari! Selamat siang!"
Jack yang langsung meninggalkan kelas itu setelah mengatakan kalimat terakhirnya, yang langsung membuat Maira menghela nafas sangat berat dan menunduk sedih.
"Maira, aku sungguh minta maaf" kata Sarah lagi, dia kembali menghampiri Maira.
Tapi Maira terlihat sangat sedih, dia tampak tidak bereaksi pada permintaan maaf Sarah. Jihan segera menepuk lengan Sarah.
"Tidak apa-apa, kembalilah ke mejamu! sudah terjadi juga, tidak bisa di ubah. Tidak apa-apa!" kata Jihan.
Sarah kembali ke mejanya dengan wajah yang terlihat sedih. Meski dia juga mendapat nilai minus, tapi kan Maira di skorsing. Poinnya tentu saja bisa berkurang banyak. Padahal mereka sudah payah mengumpulkan poin-poin nilai itu.
Jihan mengusap punggung Maira beberapa kali.
"Coba minta keringanan Maira, selama ini kamu selalu mengerjakan tugas dengan baik kan. Aku rasa..."
"Pak Jack bukan orang yang bisa di ajak bernegosiasi! aku akan menemanimu Maira. Aku juga akan bolos 3 hari!"
Plakk
Jihan memukul lengan Toby dengan cukup keras.
"Pergi sana! itu sih mau kamu memang bolos. Pergi sana!" dorong Jihan pada pemuda yang malah semakin membuat Maira sedih itu.
"Aku temani ke ruangan pak Jack, yuk!" ajak Jihan.
Dia pikir kan selama ini memang Maira adalah mahasiswi yang baik. Mungkin pak Jack akan sedikit bermurah hati.
"Kayaknya mustahil deh, Jihan. Shella anak sebelah, bukannya dia paling berprestasi. Mana ada kata pengecualian bagi pak Jack! dia juga di skorsing kan?" tanya Nia, teman yang duduk di depan Jihan dan Maira.
Maira juga mendengar itu, dia memegang tangan Jihan. Memang sepertinya mustahil.
"Tidak apa-apa, sudahlah!" kata Maira pasrah saja. Dia rasa itu juga mustahil. Buktinya, dia benar-benar mendapatkan hukuman di skorsing, bukan hanya pengurangan poin. Artinya Jack, memang tidak akan pernah menganggap dia sebagai pengecualian.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪