Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.
Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.
Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.
Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 22: Janeth Andra?
Andra berjalan keluar dari kamar, akhirnya setelah belajar Fisika selama 20 menit Andra dapat tertidur pulas. Terlihat sahabat-sahabatnya sedang duduk santai bermain video game sembari makan di ruang tamu. "Akhirnya bangun juga lu," ucap Bagas setelah menyadari keberadaan Andra.
...(kira-kira ini sofa tempat mereka nyantai)...
Farel mengambil piring yang diatasnya terdapat nasi bungkus dan memberikannya ke Andra. "Nih nasi uduk."
"Thank you," Andra mengambil piring itu dan duduk pada sofa. Andra membuka bungkusan, terlihat nasi, telur balado, dan orek tempe benar-benar menggoda.
"Kata Bagas kau ada yang mau diomongin, apa itu Dra?" tanya Debrong dengan mata yang fokus ke tv.
Andra berdeham, ia menelan makanan dulu sebelum akhirnya menjawab. "Foto cewek kemaren itu ibu kandung gua," seketika semuanya kecuali Bagas kaget. "Dan Andrew saudara tiri gua," tambah Andra yang membuat semua termasuk Bagas kaget kembali.
Janeth memasang wajah kaget. "jadi tante Rachel itu bukan ibu kandung kamu?"
Farel menghentikan permainan, menaruh piringnya. "Jadi gini, waktu umur setahun kurang, Andra diadopsi, dirawat sama almarhum papa angkatnya, om Fahri. Diumur lima enam tahun baru di rawat lebih lagi sama tante Rachel."
"Inget banget kayaknya lu rel, gua aja lupa loh," ucap Andra kagum.
Farel memutar bola matanya malas. "Babi, gua kenal sama lu gak cuma sebulan, 60 kali gua denger itu dari om Fahri sama tante Rachel."
"Kau tau darimana kalau foto cewek semalam ibu kandungmu sama Andrew saudara tirimu?" tanya Debrong.
"Mimpi," jawab Andra sembari terkekeh, ia tahu apa tanggapan teman-temannya.
"Pantek!" berbeda dari yang lain yang hanya memutar bola matanya malas, Debrong menepuk kencang paha Andra. "Anjing kau, ku pijak batang leher kau ya, udah percaya aku, kau tipu rupanya."
Andra terkekeh. "Eh tai, sabar, jangan emosi dulu, gua dari dulu sering mimpiin masa lalu. "
Indra tampak tak percaya. "Coba kasih ceritain ke kita, lu udah pernah cerita ke kita belum soal ini. "
Farel yang duduk disamping Indra menyikut pelan sahabatnya itu. "Dia udah pernah cerita," bela Farel yang mendapat tatapan tak percaya dari Indra. "Makanya jangan keseringan nonton bokep."
Indra balas menyikut. "Tai apa hubungannya."
"Udah udah," lerai Andra. "Ntar gua tanya nyokap pas pulang."
"Loh?" Mora memasang wajah bingung. "Kenapa gak nelpon sekarang aja?"
"Bro, biar building character nya bagus," jawab Andra ngasal.
"Go--"
Belum sempat Mora memaki, terdengar bunyi bel, tak lama seorang penjaga datang. "Den, ada wanita namanya Rachel, katanya dia ibunya den Andra."
Mereka pun kaget. "Lah! Panjang umur," ucap mereka berbarengan.
"Bawa masuk fred," titah Farel, pria bernama Alfred itu mengangguk dan berjalan meninggalkan mereka.
"Jangan mama Rachel bisa baca mimpi lu Dra!" heboh Indra.
Andra memasang wajah kesal, lalu menampar pelan pipi Indra. "Mata lu kotak, kalo emak gua baca mimpi, keluarga gua kaya dari kapan tau."
"Kok bisa?" bingung Janeth,
"Janeth, Andra ini esper, kalo ada pertandingan bola, di malam pertandingan, dia akan mimpi dan hasil pertandingannya sama kayak di dunia nyata," jawab Bagas.
"Assalamualaikum," mereka menengok, Rachel, wanita dengan sweater tebal dan celana panjang itu memasang senyuman hangat.
"Walaikumsalam," balas mereka sembari ikut tersenyum.
Rachel duduk disamping Andra, ia melihat nasi uduk yang masih utuh dan tangan kanan Andra sudah terangkat. "Dra, kamu bisa makan pake tangan kanan? Kan biasanya pake tangan kiri."
"Insyallah bisa ma," Andra tersenyum kecil.
Rachel menggeleng. "Nggak-nggak, mama suapin aja deh, daripada mubazir nasi uduknya."
"Rel, dapur dimana ya?" tanya Rachel, belum sempat Farel menjawab, Alfred sudah menawarkan diri. "Oh, makasih ya mas."
Andra memasang wajah malas setelah Rachel di tuntun Alfred ke dapur, ia melirik ke sahabat-sahabatnya yang sudah siap mengejeknya. "Kenapa kau dra, nggak happy ku tengok," ucap Debrong.
Andra menghela napas kesal. "Gua sahabatan sama kalian lebih dari sepuluh tahun, dan gua masih inget, kalo ada hal-hal kayak gini, kalian pukyangse."
"Jangan suudzon dra," ucap Indra membela diri. "Kita ini udah berubah, itu mah buat anak kecil."
"Tai anjing," kesal Andra.
Tak lama Rachel datang dengan yang sudah basah setelah mencuci tangannya, ia duduk ditempatnya tadi, ia mencampur nasi uduk. “Bismillah, ayo buka mulutnya.”
Terpaksa Andra membuka mulutnya, ia melirik para sahabatnya yang sudah mendekatkan diri dengan wajah mengesalkan. “Kok bisa ya, manja banget, udah gede padahal,” cemooh Indra.
“Biasa, anak tunggal, kalo kenapa-napa gak ada yang gantiin,” timpal Bagas.
“Eh bajingan!” Andra mengangkat sedikit tangan kirinya yang masih disanggah.
Rachel bersama yang lain terkekeh melihat Andra yang dongkol. Mereka pun mengobrol sejenak, kecuali Janeth, gadis itu hanya ikut sedikit, selebihnya hanya bisa menatap Andra.
Rachel tersenyum karena menyadari itu. “Mama Rachel ngapain kesini? Cuma mau suapin Andra?” tanya Bagas membuat yang lain tertawa kecuali Andra si tukang dongkol.
“Oh iya tante lupa, Janeth kamu udah cuci tangan?” tanya Rachel yang dijawab anggukan oleh Janeth. “Tolong gantiin tante ya, yang tante bawa ada di bagian tersembunyi, takutnya kelamaan kalo kamu yang cari.”
Andra mengerutkan keningnya tanda kebingungan, berbeda dengan Janeth yang gelagapan. “Ee... tante beneran aku yang suapin Andra?”
“Iya,” jawab Rachel yang membuat Andra semakin bingung. “Kenapa? Nggak mau?”
“Eee,” Janeth tampak ragu-ragu. “Mau deh tante.”
“Yaudah, nih, tante mau cuci tangan,” Rachel beranjak dari tempatnya menuju dapur.
Janeth berdiri dan duduk ditempat Rachel, ia mengambil sedikit telur dan tempe orek lalu mengepalnya, mencampurkannya dengan nasi. “Nih.”
“Cielah, Andra di suapin Janeth,” goda Farel yang dibalas jari tengah oleh Andra.
“Akikikiw!” racau Indra yang membuat orang-orang tertawa kecuali Bagas.
Mora merangkul Bagas. “Kenapa lu? Padahal si autis ini lucu banget.”
Indra menjitak kepala Mora. “Babi, kita semua autis, bukan cuma gua doang.”
“Eh lu nyadar gak sih? Janeth mirip banget sama Rachel,” ucap Bagas. “Janeth, tanggal ulang tahun lu 8 November ya?”
“Apa hubungannya?” bingung Andra.
Janeth mengangguk. “Kok tau?”
“Lah sama kayak mama Rachel,” kaget Mora, Indra, dan Debrong.
Andra melebarkan tangannya dan mendekatkan diri, seperti ingin memeluk. “Mama mama.”
“Mama mau nenen,” ucap Farel.
“Ngomongnya,” Andra beranjak dari tempatnya dan memukul leher Farel. “Susah banget sahabatan sama orang yang punya bibit Dajjal.”
“Sorry ya Janeth,” ucap Farel.
Janeth tersenyum. “Santai-santai, gua tau kok, kalo nongkrong atau becanda sama cowok gak usah bawa hati.”
Andra tertegun menatap Janeth, senyum manisnya, kulit sawo matangnya, tatapanmya yang biasanya dingin kini menghangat, jantungnya berdetak sangat kencang, entah kenapa.
To be continue