Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Tentang Masa Lalu Davin
Byan masuk ke dalam Apartemen sahabatnya ini, dia tahu sandi pintu karena Davin yang memberitahu semua temannya agar bisa masuk begitu saja. Diantara mereka memang jarang sekali ada rahasia, bahkan untuk masalah diantara Bara dan Davin pun, mereka semua tahu. Namun, tidak ada yang berani ikut campur, biarkan keduanya menyelesaikan semuanya.
"Davin" Byan mencari keberadaan pemilik Apartemen yang tidak terlihat di ruang tengah. Lalu, dia melihat pintu balkon yang terbuka, menghela napas pelan. "Kenapa lagi dia? Kenapa terlihat kacau sekali"
Byan menghampiri Davin, berserak botol minuman beralkohol dan juga beberapa bekas rokok. Byan menatap Davin yang duduk di lantai dengan sebatang rokok di tangannya, entah rokok keberapa yang dia hisap.
"Kau kenapa lagi?" tanya Byan, ikut duduk disamping Davin. Mengambil botol yang masih berisi dan meminumnya sedikit. "Terlihat sangat kacau"
"Aku bingung dengan semua wanita di dunia ini, Yan. Dulu, dia pergi meninggalkanku di saat aku masih setia dan mencintainya dengan tulus. Dan sekarang ... tiba-tiba muncul lagi di saat aku sudah tidak ingin lagi mengingatnya. Dia marah karena aku yang sekarang, tapi ... dia tidak sadar jika aku seperti ini karenanya"
"Farah maksud kamu?"
Davin menoleh pada Byan, menghembuskan asap rokok dengan kasar. "Semuanya mengecewakan"
"Untuk apa dia datang setelah bertahun-tahun? Aku rasa sudah tidak perlu kamu peduli padanya"
Davin menyandarkan kepalanya pada dinding di belakang tubuhnya. Kepulan asap terlihat mengudara sebelum pudar dan menghilang. "Kau tahu, aku malas terlihat lemah tapi ... aku cukup lelah saat ini"
Byan menepuk bahu Davin, meski tidak bisa tahu perasaan Davin yang sebenarnya. Tapi, Byan tahu masalah Davin. Mungkin semua orang yang berada di posisinya tidak akan sekuat Davin, tidak akan dia menjadi pemimpin Perusahaan yang baik, membuat kemajuan yang signifikan bagi Perusahaannya. Orang lain mungkin akan menghancurkan Perusahaan itu jika harus hidup penuh tekanan sepertinya.
"Semua orang hanya menilai salahku, menghakimi jika aku salah" Davin tersenyum miris dengan dirinya sendiri. "Tapi bukankah itu bagus ya, jadi citra aku tidak akan pernah terlihat lemah. Tidak peduli jika memang semua orang menganggap aku salah"
"Sebaiknya selesaikan satu persatu masalahmu, Dav. Urusan kamu dengan Bara juga bukan hal yang harus terus kau hindari, harus kau selesaikan. Sampai kapan kalian akan perang dingin seperti ini. Sebenarnya kau hanya perlu mencoba menerima jika Shafa adalah adikmu, dan dia menikah dengan Bara, sahabatmu"
Bara hanya tersenyum tipis tanpa menjawab ucapan Byan barusan. Bagaimana bisa, dia masih sulit menerima kenyataan. Jika Mamanya masuk penjara, kabar tentang Ayahnya yang punya anak perempuan dari wanita lain. Semua itu masih membuatnya bingung, marah, dan kecewa akan keadaan.
"Keluargaku tidak pernah harmonis, hingga semua kesalahan Mama terbongkar dan Papa yang menceraikannya. Semuanya masih sama, keduanya hanya memenuhi ego masing-masing. Tidak ada yang mengerti aku, tidak ada yang menanyakan keadaanku. Mereka semua hanya menganggap aku kuat"
Byan menatap Davin yang tersenyum miris akan dirinya sendiri. Mungkin jika ada satu orang saja yang benar-benar peduli dan menanyakan keadaannya, Davin tidak akan seperti ini.
*
Yumna tertegun saat melihat Shafa yang tidak datang seorang diri, tapi dia juga bersama suaminya. Padahal Yumna hanya memintanya untuk datang sendirian. Akhirnya dia jadi gelagapan menerima tamunya ini, mempersilahkan mereka masuk.
Mereka duduk di sofa ruang tengah, Yumna sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan dalam kepalanya pada Shafa sebagai adiknya Davin ini. Tapi sebelum itu, dia menyodorkan kotak jam tangan itu pada Shafa.
"Dia tidak mau menerimanya" Bahkan membuangnya, tapi Yumna tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Takut akan semakin melukai hati Shafa yang dengan tulus memberikan hadiah untuk Kakaknya.
Shafa menerima kotak jam tangan itu dengan raut wajah sedih. Namun, sudah cukup terbiasa dengan penolakan Davin padanya. "Wajar saja, karena Kak Davin menganggap jika aku adalah perusak dalam keluarganya"
Yumna langsung menatap Shafa dengan penuh tanya. "Maksud kamu apa? Sebenarnya aku juga bingung kenapa dia begitu tidak mau menerima hadiah pemberianmu, padahal kamu adalah adiknya"
"Istriku dan Davin adalah saudara beda Ibu yang bertemu setelah dewasa. Davin mungkin tidak bisa menerima kehadiran Shafa, karena tahu Ayahnya mempunyai wanita lain. Meski hubungan itu sudah lama berakhir, dan bukan Ayahnya juga yang sepenuhnya salah, tapi Mamanya juga ikut andil"
Penjelasan Bara membuat Yumna semakin bingung, tapi dia mencoba untuk tetap diam dan menyimak cerita dari Bara yang mungkin lebih tahu tentang kepribadian Davin. Karena mau bagaimana pun dia adalah sahabatnya.
"Davin terlahir dari keluarga yang tidak harmonis sejak kecil. Pertengkaran orang tuanya sudah sering dia lihat dan dengar. Sejak kecil hidupnya hanya penuh tekanan untuk dia bisa melakukan banyak hal. Ambisi Papa dan Mamanya sama-sama besar pada Davin"
"Itu juga yang membuatnya terkenal dengan sang cassanova sekarang?"
"Mungkin tekanan itu juga, tapi dia berubah menjadi pemain wanita karena seorang wanita meninggalkannya begitu saja. Membuat dia tidak percaya lagi pada wanita mana pun, ketulusan sudah hilang di hatinya"
Yumna masih terdiam, merasa jika semua tentang Davin seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Banyak sekali kisah terpendam, masa lalu di balik seorang Davin sang cassanova itu.
"Percayalah, dia bahkan tidak punya sandaran untuk benar-benar membuatnya nyaman dan untuknya bercerita. Selama ini semuanya dia hadapi sendirian. Maaf, hanya itu yang bisa aku ceritakan, karena aku tidak berani cerita lebih, itu adalah hak Davin ingin atau tidak kisah hidupnya diketahui oleh kamu"
Yumna mengangguk mengerti, mungkin memang benar juga Bara tidak menceritakan semuanya, karena Davin bisa saja tidak terima kisah hidupnya diceritakan pada orang lain tanpa seizinnya lebih dulu.
"Terima kasih untuk semuanya, setidaknya aku sedikit lebih tahu bagaimana Pak Davin itu"
"Yumna, aku yakin kamu bisa merubah Kakakku. Tolong jaga dia ya, coba untuk memahaminya. Karena hanya kamu yang cukup di izinkan Kak Davin untuk masuk ke dalam kehidupannya" ucap Shafa.
Yumna hanya mengangguk dan tersenyum tipis yang sebenarnya penuh beban. Jika semua orang bergantung dan menaruh harapan padanya, Yumna juga tidak yakin bisa menjalaninya dengan baik. Apa akan sesuai dengan harapan orang-orang, atau mungkin sebaliknya.
"Aku akan berusaha"
"Terima kasih ya Yumna, kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku"
"Iya Shafa, terima kasih"
Setelah Shafa dan Bara pergi, Yumna duduk termenung sendirian di ruang tengah. Mendengar cerita dari Bara, cukup membuatnya sedikit lebih mengerti kenapa Davin seperti ini. Meski tidak sepenuhnya dia tahu apa yang terjadi dalam hidup Davin.
"Mungkin wanita yang meninggalkannya itu adalah Farah, wanita tadi siang yang datang menemuinya. Atau mungkin kemarahan dia barusan juga karena moodnya yang sedang kacau atas kedatangan wanita masa lalunya. Sepertinya begitu"
Yumna mulai menyimpulkan sendiri berdasarkan info yang dia dapat dan pikirannya sendiri. "Pantas saja saat itu dia terlihat sangat rapuh sekali, mungkin karena dia tidak tahu harus pergi kemana, bersandar pada siapa dan cerita pada siapa. Kasihan juga ya"
Yumna menghembuskan napas kasar, cukup merasa iba pada Davin. Meski dia tidak sepenuhnya tahu apa yang terjadi padanya.
Semoga semuanya hanya sebatas rasa kasihan saja. Tapi ... apa mungkin hanya rasa kasihan saja?
Bersambung