Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Gelap.
Tak ada atas, tak ada bawah. Hanya dingin yang merambat dari kulit ke tulang, perlahan menggigit kesadaran yang nyaris padam.
Sesuatu terdengar berdetak dalam dirinya. "Tuk... tuk... tuk..." seperti denting jauh di kedalaman.
Lalu sunyi lagi.
Dari kegelapan itu, tubuh Tian Long perlahan bergerak.
Ombak kecil menggeser rambut hitamnya yang melayang lembut di air, seolah hela laut tengah mencari tau apakah dia masih hidup? atau sudah mati?
Udara tak ada, tapi dadanya bergetar. Sekilas, seberkas cahaya biru keluar dari luka di dadanya, berputar lambat seperti nyala lentera yang menolak padam.
Gumpalan darah itu mengembang, berpendar halus, lalu pecah menjadi serpihan kecil yang menari di air asin. Setiap serpihan menyala sebentar, lalu menghilang, meninggalkan riak spiritual yang merambat jauh ke sekeliling.
Suara dalam pikirannya muncul, berat dan tenang.
“Jangan buka matamu dulu, Tian Long!. Rasakan dulu napas dunia di sekelilingmu.”
“Guru…” Tian Long bergumam lemah. “Aku masih hidup?”
“Antara hidup dan mati hanya ada satu helaan napas.”
Tian Long menarik napas pelan, tapi yang masuk bukan udara, melainkan energi laut yang dingin dan asin. Urat-urat spiritualnya bereaksi. Di dalam dantiannya, dua arus kekuatan saling bertubrukan: satu biru jernih, satu merah keemasan.
Rasa sakitnya seperti ada dua naga saling mencabik di dalam tubuhnya.
Tian Long menahan teriakan, menggenggam dada, dan darah biru keemasan keluar dari sudut bibirnya.
“Itu darah naga sejati,” kata Long Zhen Tian, suaranya bergema lembut. “Darah yang tidak akan mati bahkan di dalam lautan kematian.”
Tian Long membuka matanya perlahan.
Laut di sekitarnya bersinar. Bukan sinar dari atas, melainkan dari dasar, ratusan batu spiritual memantulkan cahaya biru muda. Di antara batu-batu itu, ia melihat sesuatu yang besar: reruntuhan kuil kuno, pilar-pilarnya berbentuk naga melingkar, retak tapi masih memancarkan tekanan luar biasa.
Ia bergerak pelan, menyentuh permukaan pilar itu.
Kulitnya seperti tersengat listrik dari pilar itu keluar arus qi yang mengalir ke lengannya, menunjukkan bayangan masa lalu.
Sekilas ia melihat ribuan naga terbang di atas laut, dan di antara mereka, satu sosok manusia berjubah putih berdiri di puncak istana naga, menatap langit dengan mata sedih.
Tian Long terdiam. “Itu… siapa?”
“Dia bagian dari masa lalu dan masa depanmu,” jawab Long Zhen Tian.
................... .........................
Gelombang energi tiba-tiba muncul di kejauhan.
Laut bergetar.
Dari celah reruntuhan, muncul bayangan raksasa seekor naga laut berwarna tembaga, dengan sisik rusak dan mata kosong yang memancarkan cahaya merah samar.
Tian Long merasakan tekanan yang membuat dadanya sesak.
Makhluk itu tidak hidup, tapi juga bukan roh, ia seperti sisa dari perang ribuan tahun lalu, tubuh naga yang disegel di dasar laut namun masih menyimpan kesadaran.
Suara berat menggema di air.
“Darah baru naga sejati… kenapa kau datang ke sini?”
“Aku tidak datang,” jawab Tian Long, menahan rasa sakit. “Aku jatuh.”
“Jatuh? Tidak ada yang ‘jatuh’ ke dasar lautan naga.”
Seketika air di sekeliling Tian Long berubah.
Arusnya berputar seperti pusaran, lalu membentuk dinding air yang menutup semua arah.
Naga tembaga itu menunduk, mata merahnya menatap lurus ke mata Tian Long.
"Hanya pewaris naga yang layak masuk ke wilayah ini!"
“Kalau kau benar pewaris naga, buktikan di sini. Di tempat kami dikubur oleh langit sendiri.”
Tian Long tidak punya waktu untuk berpikir.
Naga itu menyerang, membuka rahangnya selebar gua, gelombang air menghantam dari segala arah.
Dhuar!
Benturan pertama membuat seluruh laut bergetar.
Tian Long menangkis dengan tangan kirinya, memunculkan pusaran biru dari dalam tubuhnya.
Air laut di sekitarnya membentuk perisai, tapi tekanan dari naga terlalu besar.
Kraak!
Perisainya retak, tubuhnya terpental menabrak batu karang.
“Arghh!” Tian Long memuntahkan darah.
Tangannya gemetar, namun matanya tetap menatap lurus.
“Bangkit, Tian Long,” suara Long Zhen Tian menggema. “Kau sudah menahan kekuatan naga terlalu lama. Saatnya menggunakannya dengan benar.”
Tian Long menggertakkan gigi, menekan tangannya ke dada.
Energi biru mulai berputar di tubuhnya.
Cahaya naga menyala di seluruh dasar laut.
Urat-urat spiritual di kulitnya berubah menjadi sisik bercahaya.
“Baiklah…”
Ia menatap naga tembaga itu dengan tatapan tajam.
“Kalau ini panggilan naga, maka biar aku menjawabnya sebagai naga sejati.”
Ia mengangkat tangannya.
“Teknik Qinglong— Taring Langit Membelah Samudra!”
Whuuussshh!
Air laut terbelah, membentuk dua pusaran raksasa yang memutar ke arah naga tembaga.
Benturan berikutnya membuat dasar laut berguncang.
Dhuarrr! Dhuarrr!
Cahaya biru dan tembaga bertabrakan, menimbulkan gelombang yang menghancurkan batu-batu karang di sekitarnya.
Naga tembaga meraung keras, menyapu dengan ekornya.
Tian Long menangkis, tapi kekuatannya tidak seimbang.
Tubuhnya terpental lagi, darah menetes dari bibirnya.
Namun di saat yang sama, cahaya di dadanya menyala makin kuat — kekuatan naga dalam tubuhnya bereaksi.
“Jangan takut pada kekuatanmu, Tian Long,” suara Long Zhen Tian terdengar lagi. “Takdir naga bukan untuk menaklukkan dunia, tapi untuk menenangkan badai.”
Tian Long berhenti sejenak.
Di tengah kekacauan itu, ia menutup matanya, menenangkan napas.
Gelombang yang tadi menggila perlahan mereda, mengikuti ritme detak jantungnya.
Semakin tenang ia bernapas, semakin lembut arus laut di sekitarnya.
Naga tembaga berhenti menyerang, matanya yang merah mulai redup.
Cahaya biru menyebar dari tubuhnya, menembus air laut, melingkari naga tembaga.
Satu per satu sisik rusak di tubuh naga itu kembali berkilau, warna tembaganya perlahan berubah menjadi emas.
“Darah naga sejati…”
Suara naga itu perlahan melemah.
“Kami… telah menunggu…”
Tubuh naga raksasa itu perlahan hancur menjadi butiran cahaya.
Sebelum benar-benar lenyap, naga itu menundukkan kepala di hadapan Tian Long, dan meninggalkan satu kalimat terakhir:
“Gerbang Naga… sudah terbuka.”
................... .........................
Cahaya keemasan menyelimuti seluruh dasar laut.
Reruntuhan kuil kuno yang tadi remuk perlahan berguncang.
Sebuah retakan besar muncul di tengah lantainya, mengeluarkan kilau biru pekat seperti mata naga yang baru terbangun.
Tian Long menatapnya dengan napas berat.
“Guru… apa ini?”
“Itu, Tian Long, adalah Gerbang Naga,” jawab Long Zhen Tian perlahan. “Tempat semua naga sejati beristirahat. Dan hanya darah naga sepertimu yang bisa membukanya.”
Cahaya di gerbang makin terang, menerangi seluruh dasar laut.
Tian Long berdiri di tengah cahaya itu, tubuhnya diselimuti aura biru keemasan.
Rasa sakit, ketakutan, dan kelelahan lenyap digantikan ketenangan yang dalam.
“Guru…”
“Kalau di balik gerbang itu ada takdirku, maka biarlah aku memasukinya tanpa rasa takut.”
Ia melangkah ke depan.
Setiap langkahnya menimbulkan gelombang yang beriak seperti nyanyian naga.
Begitu telapak kakinya menyentuh cahaya gerbang, seluruh dasar laut meledak dengan sinar biru yang menyilaukan.
Dan dunia pun kembali gelap.