NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Jangan Panggil Ibukku Wanita Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh
Popularitas:39.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Ardina Larasati, sosok gadis cantik yang menjadi kembang desa di kampung Pesisir. Kecantikannya membuat seorang Regi Sunandar yang merupakan anak pengepul ikan di kampung itu jatuh hati dengannya.

Pada suatu hari mereka berdua menjalin cinta hingga kebablasan, Ardina hamil, namun bukannya tanggung jawab Regi malah kabur ke kota.

Hingga pada akhirnya sahabat kecil Ardina yang bernama Hakim menawarkan diri untuk menikahi dan menerima Ardina apa adanya.

Pernikahan mereka berlangsung hingga 9 tahun, namun di usia yang terbilang cukup lama Hakim berkhianat, dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan Ardina, dan hal itu benar-benar membuat Ardina mengalami gangguan mental, hingga membuat sang anak yang waktu itu berusia 12 tahun harus merawat dirinya yang setiap hari nyaris bertindak di luar kendali.

Mampukah anak sekecil Dona menjaga dan merawat ibunya?

Nantikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab16

Di Pagi buta itu tanpa berkata pada siapa-siapa Regi memutuskan untuk mengintip sebentar kampungnya, entah kenapa perasaannya mengenai Dona begitu kuat.

  Perjalanan yang biasanya ditempuh jarak singkat terasa lama, dadanya sesak sepanjang jalan, firasat buruk menekan pikirannya tanpa alasan yang jelas.

Mobil melesat ke arah jalanan kota, nampak sepi dan sedikit lenggang, tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat sehingga memudahkan perjalanannya dengan kecepatan tinggi.

Begitu mobilnya membelok memasuki jalan kecil menuju rumah Dona, matahari mulai bersinar, cahaya keemasan memantul dari kaca mobilnya, Regi menambah kecepatan mobil jemarinya mencengkeram kemudi semakin kuat.

Sunyi, tidak seperti biasanya, tak ada suara anak-anak bermain, dan tak ada bisikan warga yang biasanya sudah sibuk menjemur ikan asin, ataupun sekedar menyapu halaman rumah.

Rumah kayu itu tampak tertutup rapat, mata Regi mengedar, namun tak ada satupun dari mereka yang keluar rumah. Regi turun tergesa, langkahnya cepat menghampiri pagar bambu yang setengah terbuka.

“Dona?” panggilnya.

Tak ada jawaban. Ia mendorong pintu kayu yang berderit pelan, kakinya mulai memasuki halaman kecil itu, namun kekosongan memadati suasana ini.

Tak ada suara, tak ada aktivitas, hanya lantai kayu dingin dan bangku kecil di teras, masih berada di tempatnya, seolah Dona baru saja berdiri dari sana.

Jantung Regi seolah jatuh ke dasar dadanya, ada ketakutan yang saat ini begitu mencengkam kuat, di saat matanya tidak menemukan gadis kecil itu.

“Don…” gumamnya parau.

Ia berbalik, mendatangi rumah tetangga terdekat.

“Bu… Dona di mana?” tanyanya cepat.

Perempuan yang membuka pintu tersentak, kaget melihat kedatangan Regi. Ia menoleh ke kiri dan kanan, lalu menunduk.

“Maaf Mas… saya nggak tahu.”

Regi beralih ke rumah sebelah, kebetulan ada sosok lelaki tua yang sedang berdiri entah apa yang terjadi melihat Regi lelaki itu seolah ingin menghindar.

“Pak! Dona di mana?!”

Pria itu pura-pura sibuk mengikat tali jemuran. “Kurang tahu, Mas…”

Regi berpindah lagi, ke rumah satu-satu, rumah demi rumah sudah ia datangi, tapi hasilnya sama, tidak ada jawaban hanya diam yang menggantung. Mereka diam seolah tidak tahu dengan apa yang terjadi terhadap Dona.

Kadang yang di dapat Regi, hanya gelengan kepala, senyum canggung, tak satu pun mau menatap matanya. ada ketakutan yang menggantung di udara, Regi berdiri mematung di tengah gang sempit.

Keringat dingin mengalir di pelipisnya, mereka tahu sesuatu… tapi memilih bungkam.

Ia menghela napas berat. “Kenapa kalian semua diam?! Aku cuma mau tahu Dona di mana!”

Tak ada satu pun menjawab, tatapan mereka menghindar. sebagian menutup pintu perlahan, agar tidak terlibat dalam pertanyaan itu, amplop-amplop itu sudah berhasil membuat semuanya diam dan tutup mulut.

Regi mengepalkan tangan, mengatasi semua warga yang hanya diam seolah tidak peduli dengan nasib anak kecil itu. Amarah bercampur putus asa menggerogoti dadanya, seolah kepergiannya itu suatu petaka bagi Dona.

Dan saat itu… Saat dirinya sudah hampir menyerah tiba-tiba saja, satu nama terlintas, dalam benaknya. "Pak RT."

Satu-satunya orang yang harus ia tujuh, meskipun dirinya tidak yakin dan khawatir jika RT di sini akan sama dengan mereka, namun entah kenapa langkah kakinya terus membawanya ke rumah Pak RT.

Regi berbalik cepat, melangkah panjang menuju ujung gang.

Di depan rumah kecil Pak RT, ia mengetuk pintu dengan tak sabar.

“Pak! Pak RT!”

Tak lama, pintu terbuka. Raut wajah Pak RT berubah ketika melihat Regi berdiri di sana ia seolah menemukan air segar di tengah-tengah gurun pasir. Pria itu langsung menyapa Regi dengan Isak yang tertahan di kerongkongannya.

“Mas Regi…”

“Jangan panggil saya Mas dulu, Pak,” suara Regi bergetar. “Tolong katakan yang sebenarnya. Dona di mana?”

Pak RT terdiam, nafasnya berat, matanya berkilat menahan amarah dan rasa bersalah yang terpendam terlalu lama, bukannya ia membiarkan petugas membawa Dona tapi apalah daya satu banding banyak.

“Mas… kemarin petugas datang," ucapnya dengan nada getir.

Regi membeku. “Petugas apa?”

“Dinas sosial," sahutnya kembali.

Regi, menatap Pak RT dengan tatapan terselebung.

“Kok bisa?!” tegasnya, napasnya mulai terengah. “Dia bukan anak terlantar! Aku yang ngurus dia! Aku yang tanggung hidupnya, meskipun baru bertemu, semua orang di sini tahu siapa Dona!"

Pak RT menggeleng lirih, wajahnya penuh rasa bersalah. “Laporan sudah masuk duluan, Mas… lengkap… ada tanda tangan warga.”

Lagi-lagi Regi tercekat. “Warga?”

Sebuah tawa kecil keluar dari tenggorokan Pak RT—bukan tawa bahagia, melainkan getir yang menyesakkan.

“Amplop lebih dulu datang ke rumah-rumah mereka…”

Kalimat itu menghantam lebih keras dari tamparan, kepalan tangan Regi mengeras sampai urat-uratnya menonjol.

“Siapa yang gerakkan ini, Pak?” suaranya bergetar, antara menahan marah dan kecewa.

Pak RT menatapnya lama, seolah ragu menyebutkan kebenaran yang sudah sama-sama mereka tahu, namun rasa sayang Pak RT lebih kuat dari pada ancaman usahanya.

“Mas Regi… Mas tahu sendiri… siapa yang punya kuasa dan uang di kampung ini.”

Nama itu tak perlu disebutkan lagi bahkan anak kecil pun tahu siapa orang yang paling kuasa di kampung Pesisir ini Halik dan Nindi, dua nama yang tidak asing, bahkan nama itu terdengar hingga ke penjuru kota ini.

Untuk kedua kalinya Regi merasa tercabik-cabik hatinya, bayangan kedua orang tuanya yang begitu lembut dan baik, menyuruhnya untuk mengurus perusahaan yang ada di pusat, ternyata dibalik itu semua ada rencana yang tersembunyi.

Sakit yang kali ini ia rasakan sudah berkali-kaki lipat, ia sudah bodoh, menuruti semua kemauan orang tuanya, termasuk lari dari tanggung jawab, dan sekarang.

Ternyata orang tuanya masih belum selesai , mereka seolah tidak akan tinggal diam jika Regi mencoba untuk berhubungan baik dengan anaknya darah dagingnya sendiri.

"Pa ... Ma, kenapa kalian begitu tega berbuat sekeji itu terhadap anakku, dia itu cucu kalian juga," gumam Regi dengan kepalan tangan yang begitu kuat.

Dada Regi terasa sesak, namun untuk pertama kalinya ia tidak lagi ingin runtuh. Yang tumbuh justru sebuah tekad keras, sekeras batu karang di bibir pantai. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat.

Jika dunia harus berdiri berlawanan dengannya, maka ia siap melawan dunia. Ke mana pun Dona dibawa, sejauh apa pun mereka dipisahkan, ia tak akan berhenti sampai menemukan anaknya.

Karena kali ini Regi sadar, ia tidak hanya ingin menemukan Dona tetapi ia juga ingin membawanya pulang.

Angin pagi berembus lembut menyapu kampung pesisir yang perlahan mulai terang dengan sinar matahari yang mulai merekah. Sementara itu, di tengah sepi yang menekan dada, seorang ayah mengikat sumpah dalam diam, tak akan ada lagi siapa pun yang berhak merenggut Dona darinya.

"Nak Papa memang pernah bodoh, tapi untuk kali ini Papa tidak akan tinggal diam," ucapnya penuh tekad.

Bersambung ...

Semoga suka ya Kakak ....

1
Wanita Aries
hadehh hakim nihhh dasar bebal
Sugiharti Rusli
padahal secara tidak langsung Dona juga membantu papanya membuat strategi agar si Hakim berhenti juga menerornya yang sekarang sengaja disasarkan kepada Dina calon istrinya,,,
Sugiharti Rusli
kamu sangat beruntung Regi, karena Dona tahu apa yang harus dilakukan demi menolong sang ibu dari keterpurukan yang sama dari orang yang sama di masa lalu yah,,,
Sugiharti Rusli
dan setelah cukup mengumpulkan bukti, dia bicara kepada papanya agar bisa bertindak dan memberikan pengamanan terhadap ibu dan dirinya,,,
Sugiharti Rusli
karena pengalaman masa lalu yang membuat Dona bertindak di luar usianya yang masih sangat muda sih,,,
Sugiharti Rusli
ternyata Dona memang sudah bersikap dewasa dalam menghadapi teror terhadap sang ibu yah,,,
Iccha Risa
bahwa Dona punya ingatan tentang luka dan punya bukti menghentikan perbuatan hakim yg merusak mental ibunya, kebahagian belum benar2 hinggap ke mereka
kaylla salsabella
alhamdulillah akhirnya dona jujur sama Regi
Lisa
Hakim ini egois banget g mikir kalau dia udh bikin Dina terpuruk..sekarang dtg² mau mempengaruhi Dina lg..liat aj Dona yg akan melawanmu..
muthia
semangat Dona buat hakim g bs berkutik dan persatukan ibu dan papamu dalam ikatan suci pernikahan 🙏🥰
I Love you,
kasian Dona jgn ok,ntar mental nya keganggu
kaylla salsabella
ku tunggu kehancuran mu kim... hakim
Wanita Aries
dasarr hakimm sinting.. masih nanya 3 thn apa gk cari tau. trllu sombong merasa gk pny kesalahan
ari sachio
ayo don...nanti siang pulang sekolah labrak si hakim....ak ikutttt....💪💪💪💪
Kasih Bonda
next Thor semangat
Iccha Risa
Hakim ternyata tidak tau apa2 tentang Dina setelah kepergiannya.. salah sasaran kalo kamu lakuin itu, buat malu tau ga... liat layar belakangnya dulu doong, Dona jadi saksi rasa sakit ibunya padamu, cemoohan yg mereka terima karenamu
Sugiharti Rusli
semoga apa yang nanti akan Dona perbuat terhadap kamu, bisa membuka mata hati kamu Hakim kalo seorang anak bisa melindungi ortunya dari serangan apapun
Sugiharti Rusli
padahal peran Dona sangat besar dalam kesembuhan ibunya dan bersatunya kembali kedua ortu kandungnya sekarang dan nanti dalam ikatan yang sah,,,
Sugiharti Rusli
dia hanya berpikir apa yang bisa dilakukan oleh mantan anak sambungnya sekarang, hanya anak kecil yang ga tahu apa",,,
Sugiharti Rusli
sepertinya si Hakim tidak pernah menganggap seorang anak kecil yang dulu menjadi saksi keterpurukan sang ibu di masa lalu yah,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!