Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duel ekonomi makro
PAJAK 100%
Lady Aurum tidak lagi peduli dengan penampilannya yang bau sampah. Matanya menyala ungu, dan seluruh perhiasan emas di tubuhnya meleleh, menyatu dengan kulitnya, mengubahnya menjadi Avatar Emas Murni.
"Kau pikir sarung tangan butut itu bisa menghentikanku?" teriak Aurum. Suaranya berdengung seperti logam yang dipukul. "Aku adalah sumber kekayaan itu sendiri! Mana-ku tak terbatas!"
Dia menghentakkan kakinya.
SKILL: TSUNAMI LIKUIDITAS.
Gelombang emas cair setinggi sepuluh meter bangkit dari aspal, bergulung siap menenggelamkan Ji-woo, Valerius, Yuna, dan seluruh blok perumahan itu.
"Mati kau, Tikus Miskin! Jadilah patung abadi di tamanku!"
Ombak emas itu runtuh menimpa mereka.
Ji-woo tidak lari. Dia berdiri kuda-kuda, mengangkat tangan kanannya yang mengenakan Sarung Tangan Penagih Pajak.
"Sistem," ucap Ji-woo tenang. "Aktifkan Protokol: Amnesti Pajak Ditolak."
Dia meninju tepat ke jantung ombak emas itu.
ZWOOOOP!
Suara yang terdengar bukan ledakan, melainkan suara sedotan raksasa (seperti vacuum cleaner industri).
Sarung tangan itu menyedot emas cair tersebut. Ombak setinggi sepuluh meter itu terhisap masuk ke dalam permata merah kusam di punggung sarung tangan Ji-woo.
Hanya dalam 3 detik, tsunami itu hilang.
TING!
[LAPORAN PENYITAAN]
Objek: 50.000 Liter Emas Cair.
Tindakan: Disita oleh Negara (Dimensi Lain).
Keterangan: Barang Bukti Pencucian Uang.
STATUS JI-WOO: Saldo Tetap 0 (Karena uangnya masuk kas negara, bukan kantong pribadi).
EFEK: Stamina Pulih 100%.
Ji-woo menyeringai. Sarung tangan ini sempurna. Dia bisa memakan kekayaan musuh tanpa menjadi kaya.
"Apa?!" Aurum melongo. "Ke mana... ke mana perginya emasku?!"
"Masuk ke lubang hitam birokrasi," jawab Ji-woo sambil melangkah maju. "Dan sekarang, giliranmu."
KEMISKINAN YANG MENULAR
Ji-woo melesat. Aurum mencoba menembakkan peluru-peluru emas dari jarinya, tapi Ji-woo menepisnya dengan mudah. Setiap kali peluru itu menyentuh sarung tangan, peluru itu lenyap menjadi asap nota tagihan.
Ji-woo sudah berada di depan wajah Aurum.
"Audit Fisik!"
BUAGH!
Ji-woo meninju perut Aurum.
Wanita emas itu terbatuk. Tapi yang keluar dari mulutnya bukan darah, melainkan koin-koin emas yang berjatuhan ke aspal.
CLING! CLING! CLING!
"Ugh... Apa yang kau lakukan padaku?" Aurum mundur, memegangi perutnya. Dia merasa... kosong.
Valerius, yang mengintip dari balik tiang listrik, berteriak memberikan analisis.
"Tuan Han! Pukulan Anda tidak melukai fisiknya, tapi mengurangi Net Worth (Kekayaan Bersih)-nya! Sarung tangan itu memaksanya membayar denda di setiap pukulan!"
"Oh, begitu?" Ji-woo menyeringai jahat. "Kalau begitu, mari kita buat dia jatuh miskin."
Ji-woo melancarkan serangan bertubi-tubi (combo).
Jab Kiri: "Pajak Penghasilan!"
TING! (Aura emas di lengan kiri Aurum redup).
Hook Kanan: "Pajak Bumi dan Bangunan!"
TING! (Mahkota di kepala Aurum pecah jadi debu).
Uppercut: "PPN 11 Persen!"
TING! (Sepatu hak tinggi Aurum hancur menjadi sandal jepit karet).
Aurum menjerit ketakutan. "Hentikan! Hentikan! Baju desainorku! Kekuatanku!"
Setiap pukulan Ji-woo melucuti kemewahan Aurum. Gaun emasnya memudar menjadi kain goni kasar. Kulit emasnya mengelupas, kembali menjadi kulit manusia biasa yang pucat.
Mana-nya terkuras habis karena mana-nya bersumber dari saldo rekeningnya.
"TIDAK! JANGAN AMBIL HARTAKU!" Aurum menangis histeris, lebih takut kehilangan uang daripada nyawa. "Ambil saja ginjal kananku! Tapi jangan ambil sahamku!"
Ji-woo berhenti sejenak, napasnya teratur. Dia melihat Aurum yang kini berlutut, berpakaian compang-camping, menangis melihat saldo hologramnya yang terjun bebas menuju angka nol.
"Menyedihkan," kata Ji-woo. "Kau begitu bergantung pada angka di layar itu."
Aurum mendongak, matanya penuh dendam. "Kau... kau pikir kau menang? Dewan Tinggi punya dana tak terbatas..."
Dia mencoba mengaktifkan kartu as-nya. Sebuah liontin permata terakhir di lehernya.
[SELF-DESTRUCT: MARKET CRASH]
(Peledakan Diri setara Nuklir Ekonomi).
"Jika aku bangkrut, aku akan membawa kota ini hancur bersamaku!" teriak Aurum. Liontin itu bersinar menyilaukan.
Ji-woo tidak panik. Dia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.
"Sistem. Gunakan SKILL ULTIMATE Sarung Tangan."
[KONFIRMASI SKILL: THE GREAT DEPRESSION (Depresi Besar)]
Efek: Membatalkan segala bentuk inflasi energi di area sekitar.
Target: Pasar (Area Pertarungan).
Ji-woo mengepalkan tangannya.
"BUBAR!"
WOOOOOM.
Gelombang energi abu-abu menyebar dari tangan Ji-woo.
Seketika, cahaya di liontin Aurum mati. Emas di jalanan berubah kembali menjadi aspal hitam. Bunga permata layu menjadi rumput liar.
Segala bentuk "Nilai Lebih" dihapuskan. Semuanya kembali ke nilai dasar (Basic Value).
Aurum menatap liontinnya yang kini hanyalah batu kali biasa yang diikat tali rafia.
Dia bengong.
"Apa yang terjadi?" bisiknya.
"Resesi," jawab Ji-woo singkat. "Pasarmu baru saja runtuh."
KOMISI YANG TIDAK DIINGINKAN
Aurum pingsan karena syok berat (serangan jantung finansial).
Valerius dan Yuna keluar dari persembunyian, bertepuk tangan.
"Luar biasa, Tuan Han!" seru Valerius. "Anda mengalahkan salah satu Eksekutif High Table tanpa meneteskan darah, hanya air mata kemiskinan."
Ji-woo melepas sarung tangan itu dan memasukkannya kembali ke saku.
"Kerja bagus. Ayo kita pergi sebelum polisi data..."
Tiba-tiba, ponsel Ji-woo bergetar hebat.
Layarnya menyala merah, lalu berubah hijau terang.
[NOTIFIKASI SISTEM: IMBALAN JASA]
Karena Anda berhasil menyita aset ilegal senilai 50 Triliun Won atas nama Semesta...
Sesuai UU Perpajakan Antar-Dimensi Pasal 9...
Anda berhak mendapatkan KOMISI INSENTIF sebesar 10%.
Mata Ji-woo melotot. "Tunggu... apa?"
[TRANSFER DIPROSES]
Nominal: 5.000.000.000.000 Won (5 Triliun).
Status: BERHASIL.
Saldo Anda: 5 Triliun Won.
"TIDAAAAAAK!" Ji-woo berteriak lebih keras daripada saat diserang monster.
Tubuhnya kaku seketika. Otot Warlord-nya lenyap. Dia jatuh tersungkur ke aspal, kembali menjadi miliarder lumpuh yang menyedihkan.
"Yuna! Valerius! Tolong!" rintih Ji-woo yang wajahnya menempel di jalan. "Transfer balik! Sumbangkan! Bakar uangnya!"
Valerius menggeleng prihatin. "Maaf, Tuan Han. Itu dana resmi pemerintah. Tidak bisa didonasikan sembarangan tanpa proses audit yang memakan waktu minimal 6 bulan."
"ENAM BULAN?!" Ji-woo menangis. "Aku harus jadi lumpuh selama 6 bulan?!"
"Ada satu cara..." kata Valerius ragu-ragu.
"APA?! KATAKAN!"
Valerius menunjuk ke langit.
Sebuah retakan dimensi baru terbuka. Kali ini bukan eskalator emas yang turun, tapi sebuah Pesawat Luar Angkasa Rongsokan yang mengeluarkan asap hitam.
"Kita bisa kabur ke Pasar Gelap Galaksi," kata Valerius. "Di sana, inflasinya gila-gilaan. Segelas air harganya 1 Triliun. Uang Anda akan habis dalam seminggu untuk biaya hidup."
Ji-woo, dengan sisa tenaga terakhirnya, menatap pesawat rongsokan itu dengan penuh harapan.
"Pasar dengan inflasi gila? Di mana uang tidak ada harganya?"
Ji-woo tersenyum lemah.
"Surga..."
Dia menoleh ke Yuna.
"Yuna... seret aku ke pesawat itu. Kita pergi ke luar angkasa."
Yuna menghela napas panjang, lalu mulai menarik kaki bosnya yang seberat dosa itu.
"Baik, Bos. Selamat tinggal, Bumi. Halo, kemiskinan intergalaksi."
Pesawat rongsokan itu menyalakan mesinnya. KROTAK-DUM-DUM!
Mereka bertiga naik (Ji-woo diseret).
Pesawat itu melesat menembus langit, meninggalkan Lady Aurum yang masih pingsan dan kembali miskin di pinggir jalan Seoul.