NovelToon NovelToon
Darah Rubah, Nafsu Naga

Darah Rubah, Nafsu Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Spiritual
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.

Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.

Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 — Pelukan di Bawah Pohon Hitam

​Lian Yue sendirian.

​Pintu Paviliun Utara telah dikunci dari luar dengan Formasi Pemisahan Qi, sebuah sihir kuno yang memastikan tidak ada Qi luar, terutama Qi Naga Shen Ryuko, yang dapat menembus atau menenangkan Lian Yue. Ini adalah Malam Pertama dari tujuh malam yang mengerikan.

​Lian Yue meringkuk di ranjang batu. Ia tahu bahwa Ryuko sedang berada di suatu tempat, mungkin di puncak gunung yang jauh, menahan dirinya dengan tekad yang mengerikan. Ryuko telah menyalurkan seluruh Qi Yangnya untuk yang terakhir kalinya sebelum pergi, tetapi energi itu dengan cepat terkuras oleh tuntutan Tanda Kepemilikan di lehernya.

​Rasa sakit itu dimulai perlahan, seperti dingin yang menusuk tulang, yang dengan cepat diikuti oleh demam Qi yang mengamuk. Spirit Rubah Ekor Perak, Yueyin, yang kini terikat erat pada Qi Ryuko, merasa terputus. Itu adalah siksaan bagi nalurinya.

​Lian Yue mencoba bermeditasi, mencoba mengingat ajaran Ryuko tentang kontrol. Ia mencoba menyerap Qi bulan yang masuk melalui jendela.

​Namun, itu sia-sia.

​Warisan Purnama yang liar itu hanya bereaksi pada Qi Yang yang ditakdirkan. Tanpa Qi Ryuko, Qi bulan itu hanya menambah bahan bakar pada amarah Yueyin.

​Putus! Hancur! Aku butuh dia! jerit Yueyin di dalam Alam Roh Lian Yue.

​Lian Yue menggigil. Ia mencengkeram jubahnya hingga robek, memaksakan dirinya untuk menahan.

​“Tahan, Yueyin,” Lian Yue bergumam, air mata membasahi pipinya. “Kita harus membuktikan kita kuat. Aku tidak mau Ryuko kehilangan posisinya karena aku.”

​Tetapi rasa sakit itu begitu besar, itu melampaui rasa sakit fisik. Itu adalah rasa kehilangan spiritual yang mematikan. Tanda Sisik Naga di lehernya terasa seperti dibakar dan ditarik pada saat yang sama, menariknya menuju sumber Qi Naga yang kini jauh.

​Tiga malam berlalu dalam penderitaan yang tak terlukiskan.

​Lian Yue telah kehilangan kemampuan untuk tidur. Ia hanya bisa meringkuk di lantai batu, tubuhnya gemetar, Qi-nya bergejolak. Ia menolak makan dan minum. Ia tidak peduli. Yang ia tahu hanyalah rasa dingin yang membunuh dan rasa haus yang tak terpuaskan untuk Qi Naga.

​Ia tahu jika ia tetap di dalam, ia akan gila.

​Pada Malam Keempat, di tengah keputusasaan yang ekstrem, Lian Yue mengambil keputusan yang berbahaya. Ia harus melihat Ryuko. Ia harus merasakan Qi-nya, meski hanya dari kejauhan.

​Mengabaikan peringatan Ryuko untuk tetap di dalam, Lian Yue bangkit. Dengan sisa tenaganya, ia menggunakan sedikit Qi Rubah liar untuk memecahkan Formasi Isolasi di jendela. Itu adalah langkah bodoh dan berbahaya, tetapi naluri Rubahnya menuntutnya untuk bergerak.

​Lian Yue menyelinap keluar dari Paviliun Utara, tubuhnya lemah, langkahnya terhuyung-huyung di tengah kabut yang dingin. Ia berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti naluri Tanda Kepemilikan yang menariknya ke arah puncak tertinggi Sekte, tempat Ryuko biasa bermeditasi.

​Ia berjalan ke Taman Meditasi Sekte—sebuah tempat yang biasanya tenang, tetapi kini terasa dingin dan penuh intrik.

​Lian Yue tersandung dan jatuh di bawah bayangan pohon pinus hitam yang besar, tempat di mana para murid sering bermeditasi. Ia bersandar di batang pohon yang dingin, menangis tanpa suara. Ia bukan lagi Lian Yue yang kuat. Ia adalah Rubah yang sakit, hampir mati karena putus asa.

​“Aku… aku tidak bisa menahannya lagi,” bisik Lian Yue, tubuhnya mulai kejang. Racun Qi Yin-nya yang meluap kini benar-benar mengambil alih. Ia merasa kesadarannya mulai memudar, dan ia akan jatuh ke dalam kegilaan.

​Dari kejauhan, di puncak gunung yang lebih tinggi, Ryuko merasakan gejolak Qi Lian Yue yang tiba-tiba meledak di Taman Meditasi.

​Ryuko berlumuran darah. Bukan darahnya, tetapi darah dari murid-muridnya yang ia hukum. Ia telah menggunakan kekerasan ekstrem untuk mengendalikan amukan Naganya sendiri yang menuntut kontak dengan Lian Yue.

​Saat ia merasakan keputusasaan Lian Yue, semua pengendaliannya runtuh. Ryuko tidak lagi peduli pada Hukum Sekte atau posisi Pewaris. Ia hanya peduli pada wanitanya.

​Naga terbangun!

​Ryuko melesat ke udara, Qi Naganya bergemuruh. Ia terbang menuju Taman Meditasi, melanggar janji Pemisahan Qi, melanggar Formasi yang ia patuhi selama ini.

​Saat Ryuko mendarat di Taman Meditasi, ia melihatnya.

​Lian Yue terbaring di bawah pohon pinus hitam, tubuhnya didera kejang Qi yang mengerikan. Cahaya perak Yueyin memancar liar, mengancam untuk merobek tubuh gadis itu.

​Tepat di sebelah Lian Yue, berdiri dua sosok. Shen Zhaoling dan Feng Ruyin.

​Zhaoling tersenyum licik, memegang gulungan Pemisahan Qi. “Lihat, Ryuko. Dia gagal. Dia melanggar aturan. Gadis Rubahmu terlalu lemah untuk takdir ini!”

​Ruyin melihat kesempatan. Ia melangkah mendekat, mengeluarkan belati. “Kita harus mengakhiri penderitaannya, Ryuko. Kirim dia ke Ruang Isolasi, atau dia akan mati.”

​“JAUH!” raung Ryuko, suaranya dipenuhi amarah Naga murni.

​Ryuko mengabaikan Zhaoling dan Ruyin. Ia melesat ke Lian Yue, mengabaikan Formasi Pemisahan yang ia injak, mengabaikan ancaman politik.

​Ryuko berlutut, dan tanpa ragu, ia meraih tubuh Lian Yue. Ia tidak peduli jika Zhaoling menyaksikannya.

​Ia memeluknya. Erat-erat.

​Lian Yue merasakan sentuhan Qi Yang yang hilang itu. Itu adalah sentuhan paling manis di dunia.

​FUUUSSSIII!

​Qi Naga Hitam Ryuko mengalir deras, membanjiri Lian Yue. Naga dan Rubah bersatu dalam pelukan yang penuh penderitaan dan gairah.

​Lian Yue tersentak, kejangnya berhenti. Ia mengangkat tangannya yang dingin, memeluk leher Ryuko. Ia tidak berkata apa-apa, ia hanya membenamkan wajahnya di dada Ryuko, menghirup aroma maskulin yang dingin yang kini menjadi satu-satunya nafas spiritualnya.

​Ryuko memejamkan mata, menahan rasa sakit dan kelegaan.

​“Aku di sini, Sayangku. Aku di sini,” bisik Ryuko, suaranya serak. Ia memeluk Lian Yue erat-erat di bawah bayangan pohon hitam.

​Di kejauhan, di sudut taman, Lord Hei Wenzhan dan Priestess Mei Ronghua sedang mengintai.

​“Lihatlah,” bisik Hei Wenzhan, matanya bersinar. “Ryuko melanggar sumpah. Dia melanggar Hukum Sekte. Sekarang, dia rentan terhadap Zhaoling dan Istana. Dan Warisan Purnama... Warisan itu kini sangat tidak stabil. Waktunya tepat untuk menculik gadis itu.”

​Di bawah pohon pinus hitam, Lian Yue merasakan Qi-nya stabil, tetapi ia juga merasakan kesadaran kembali.

​“Ryuko…” bisik Lian Yue, air mata mengalir. “Kau melanggar janji. Kau kehilangan posisi Pewaris. Semua karena aku.”

​Ryuko menundukkan kepalanya, menyandarkan dagunya di atas rambut Lian Yue. “Aku tidak peduli. Kehilangan posisiku jauh lebih baik daripada kehilanganmu. Tanda Kepemilikan itu menguasai segalanya. Naga tidak meninggalkan apa yang diklaimnya.”

​Lian Yue mengangkat tangannya, menyentuh pipi Ryuko. Ia melihat kelelahan, tetapi juga cinta yang terpendam di mata Ryuko.

​Dan pada saat itu, di bawah pohon hitam itu, Lian Yue untuk pertama kalinya mengakui pada dirinya sendiri, tanpa didorong oleh Spirit Rubahnya.

​“Aku… tidak ingin jauh darimu.”

​Pengakuan itu lembut, tetapi menghantam Ryuko seperti badai. Ryuko tidak menjawab. Ia hanya memeluknya lebih erat, mencium kening Lian Yue, mengukuhkan janji posesifnya.

​“Kau tidak akan jauh dariku lagi,” janji Ryuko.

​Zhaoling, yang menyaksikan momen intim itu, meraung marah. “Zhaoling! Kau telah melanggar Sumpah Pemisahan Qi! Kau menghina Sekte! Kau tidak layak menjadi Pewaris!”

​Ryuko berbalik, tanpa melepaskan Lian Yue. Ia menatap Zhaoling dan para Tetua yang kini mulai berkumpul.

​“Aku tahu,” kata Ryuko dingin. “Ambil posisiku. Ambil gelarku. Tapi kau tidak akan mengambil milikku.”

​Ryuko memeluk Lian Yue, dan dengan Qi Naganya yang baru saja pulih, ia menghilang dari Taman Meditasi, meninggalkan kekacauan, intrik politik, dan ancaman baru yang menunggu mereka di Paviliun Utara.

​Ritual Pemisahan Qi telah gagal. Takdir mereka telah menang.

1
Noveni Lawasti Munte
ko makin berbelit2 ya..itu2 muli konflikny
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!