Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Wajah Reno mulai terang, ibunya benar kos itu dia dirikan dan beli atas nama ibunya, jika diperkarakan maka tidak akan masuk harta bersama, tapi yang harus dia pikirkan bagaimana jika Wina meminta hak nafkah yang tidak pernah dia berikan selama ini belum lagi uang yang diambil oleh ibu dan adiknya dari Wina.
"Aku hanya khawatir bu, tadi Wina memberikan aku rekening koran dan memperlihatkan aku jumlah dana yang ibu dan juga Rena ambil dari Wina, jika dia memperkarakan itu ke pengadilan maka kita dalam masalah".
Kini Surti langsung memusatkan pandangannya pada sang anak, dia bukan tidak tahu apa maksud anaknya itu tapi mendengar langsung membuatnya kini ketakutan.
"Itu tidak mungkin Ren, bagaimana bisa uang dan segala sesuatu yang telah diberikan malah diperkarakan ke pengadilan, itu tidak masuk akal". Bu Surti memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut hebat.
"Memang benar bu, tapi Wina memiliki semua bukti transfer pada kalian selama ini begitu juga denganku, masalahnya aku tak pernah memberinya nafkah dan itu bisa di perkarakan di pengadilan, yang aku khawatirkan dia akan membawa kalian ikut serta dengan hal itu".
Wajah bu Surti memucat seketika, jika dia disuruh mengganti uang yang dikeluarkan Wina selama ini, maka semua yang dia miliki akan habis tanpa sisa, karena hampir semuanya dia belikan perhiasan dan juga emas serta tas dan juga pakaian mahal.
"Jangan menakuti ibu Reno, itu semua tidak lucu, ibu harus bertemu dengan Wina, ibu tidak akan biarkan dia melakukan ini pada kita, dia sudah mengambil rumah dan juga mobil dan sekarang dia menuntut kita mengganti semua yang dia berikan, kita tidak akan punya apapun". Panik Bu Surti dengan wajah pias.
"Itulah bu, makanya aku bilang sedang pusing, aku kesini mencari solusi untuk kita semua bukan rengekan atau protes dari kalian, biarkan aku mencari jalan keluar, toh ini semua untuk kita".
Reno tidak berhenti mengusap wajahnya dengan kasar, dia baru menyadari jika dia bukan siapa-siapa tanpa Wina, dan sekarang istri yang selalu menuruti apapun perkataannya sudah memberontak dan tak bisa diatur.
Keduanya langsung terdiam membayangkan apa yang terjadi nantinya, mereka yakin Wina tidak akan tinggal diam setelah ini.
Setelah cukup lama terjadi keheningan diantara mereka Bu Surti akhirnya membuka suara.
"Kita harus bisa bertemu dengan Wina nak, ibu akan bicara dengan baik padanya, mungkin dia hanya marah padamu tapi tidak dengan ibu".
Reno menghela nafas, benar Wina tak akan mau bertemu dengannya, berkali-kali dia mencobanya dia selalu gagal karena entah mengapa Wina begitu membencinya, dia yakin Wina tahu semua rencana yang telah dia susun dan juga masalah perselingkuhan dirinya dengan Dena.
"Terserah ibu saja, aku hanya berharap ibu berhasil meyakinkan Wina, setidaknya jika dia ingin bercerai, dia tidak menuntut semua yang dia berikan kepada kita selama ini begitu juga dengan nafkah".
"Jika dia tidak mau melakukannya, paksa dia dengan menggunakan anakmu, ibu yakin dia akan melakukan apa saja untuk Wira, kamu tahu sendiri dia begitu mencintai anaknya itu".
Mendengar nama Wira disebut, wajah kecewa dan acuh anaknya melintas di benaknya, dia sadar jika selama ini dia tidak pernah ada waktu untuknya, belum lagi sikapnya yang kasar dan selalu membentak sang anak.
Dia teringat bagaimana dia sampai mendorong sang anak sampai terbentur meja karena kesal terus memintanya untuk bermain dan juga melihat apa yang dia lakukan padahal saat itu dia sedang asyik berbalas pesan dengan Dena.
"Ayah, aku ingin main sama ayah, boleh". Wira datang mendekati sang ayah yang sedang duduk bersantai sambil bermain handphone.
"Main sama bibi saja, ayah sedang ada pekerjaan". Reno tidak memperdulikan perkataan sang putra dan tetap fokus pada benda pipi yang berada di tangannya.
"Ayah, ayolah main sebentar saja, Wira ingin main sama ayah". Ucap Wira sambil merengek manja.
Wina sedang keluar karena urusan jadi tak bisa bisa menemani sang anak dihari libur, dan kebetulan Reno berada dirumah jadi dia duduk melihat anaknya tapi bukan menjaganya melainkan sibuk sendiri.
"Apasih Wira, kamu tidak lihat yah, ayah sudah bilang ayah sedang sibuk". Hardiknya dengan penuh emosi.
Dia tidak suka aktivitas nya diganggu oleh sang anak, apalagi dia sedang berbalas pesan dengan pujaan hatinya.
"Tapi kan ayah tidak pernah main sama Wira ayah, hanya kali ini saja, Wira ingin seperti anak lain yang bisa main sama ayahnya, tidak selalu sama bunda saja".
Mendengar anaknya terus saja merengek seperti itu membuat Reno semakin emosi, dia bahkan tidak fokus sekarang.
Dia menatap tajam putranya itu membuat nyali Wira menciut seketika, Reno yang dikuasai emosi pun mendorong sang anak.
"Dasar anak menyebalkan, sudah diberi tahu jika ayah sibuk masih saja ngeyel, dasar anak nakal".
Dia kembali mendorong sang anak sehingga badannya terbentur meja, dia melihatnya saja tanpa mau peduli dengan raut kesakitan sang anak, dia bahkan meninggalkan anaknya yang mulai menangis.
Reno menutup matanya, ada rasa menyesal dalam hatinya saat memperlakukan anaknya seperti itu, biar bagaimanapun Wira adalah anaknya, walau dia tak pernah punya waktu untuknya.
Bayangan bagaimana perlakuannya selama ini pada anaknya kini menari di benaknya, akankah Wira mau bertemu dengannya setelah semua yang dia lakukan bahkan pertemuan terakhir mereka pun Wira bahkan berjalan tanpa melihatnya sama sekali
"Reno, reno, kamu melamun?? ". Sang ibu sejak tadi memanggilnya pun langsung menepuk tangannya.
Dia tersentak kaget dari lamunannya tentang sang anak dan perlakuannya selama ini.
"Kenapa bu??". Reno menatap ibunya yang kini menatapnya dnegan seksama.
"Apa yang kamu pikirkan, kenapa tiba-tiba kamu melamun seperti itu?? ".
Bu Surti memandang anaknya dengan menuntut jawaban, sejak tadi dia berbicara panjang kali lebar tapi tak diperhatikan.
"Aku hanya mengingat Wira bu, sikapnya sangat berbeda dari sebelumnya, biasanya dia akan merengek meminta perhatianku dan selalu memintaku untuk bermain dengannya tapi kemaren dia bahkan berjalan tanpa melihatku sama sekali dan terkesan tidak peduli".
"Biarkan saja, dia cuma cari perhatian, lagian nanti juga dia akan mencari mu, biar bagaimanapun kamu ayahnya, kamu harus cari perhatiannya, biar dia membujuk ibunya untuk tidak pisah sama kamu".
"Ibu benar, aku akan dekati anak itu, biar dia bisa bujuk Wina untuk memaafkan ku dan kembali padaku".
Reno langsung menemukan ide untuk mengembalikan istrinya ke pangkuannya, dia akan menggunakan putranya untuk membujuk Wina kalau perlu dia akan mengancam anaknya untuk bisa bersama istrinya.
"Aku harus bisa membujuk Wira bagaimanapun caranya, tidak akan kubiarkan aku jatuh".
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️