Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Seketika tubuh Aslan kaku langkahnya terasa berat, entah apa yang harus ia lakukan, ikut dengan anak-anaknya atau pergi sementara untuk menenangkan hatinya, karena ia tahu, dirinya bukanlah obat melainkan sebuah hama yang terus menerus menggerogoti hati wanita yang menjadi ibu dari anaknya.
Akan tetapi tangan-tangan kecil itu mulai menariknya, seolah tidak mau membiarkannya pergi lagi, langkah Aslan mulai terhenti wajah-wajah polos itu seolah memohon penuh harap agar dirinya tetap ada menjadi pelindung untuk menebus semua kenangan yang sudah hilang di makan oleh waktu.
"Papa ... ayo pulang, jangan pernah tinggalkan kami lagi, kami tahu kalau kami ada karena kesalahan, tapi kali ini kami jadi alasan untuk benar, kami bertiga butuh Papa," ucap Aruna sambil memeluk kaki Aslan seolah tidak rela melepas orang yang selama ini sudah iya nanti-nanti.
Aslan menunduk wajahnya mulai melihat, lalu tangannya mulai terulur untuk mengelus kepala mereka masing-masing.
"Sayang, maafkan Papa, kalian benar, begitupun juga Papa tidak mau melepasmu begitu saja, akan tetapi Papa tahu kalau belum waktunya Papa bersatu dengan Bunda," sahut Aslan.
"Tidak Pa, ayo datang, aku ingin punya keluarga yang utuh seperti teman-temanku yang lain, mereka punya ayah dan ibu, tapi kenapa kita tidak ... Apa tidak pantas kita mempunyai ayah," mohon Arjun yang membuat dada Aslan sesak.
"Pa, pulanglah semua orang sudah menunggu, jika kalian berdua (Papa dan Anika) tidak saling cinta setidaknya Papa sudah berkorban untuk mereka yang tidak tahu menahu tentang urusan kalian," mohon Marvin mempertahankan hak adik-adiknya.
Aslan tersadar egonya mulai merendah logikanya mulai terpakai, bukan dia tidak ingin menjaga hati Anika, akan tetapi jika dia pergi akan ada tiga hati yang hancur dan sedih melihat kepergiannya.
Pria itu mulai membungkuk menyamaratakan tubuhnya dengan tubuh anak-anaknya, di depan bibir pantai ini dengan di temani angin laut yang sepoi-sepoi, Aslan mulai memberanikan tekadnya untuk melangsungkan akadnya dengan ibu anak-anak.
"Baiklah Sayang, Papa akan pulang kali ini kalian tidak akan kesepian lagi dan kalian tidak akan pernah kehilangan sosok Papa lagi," ucap Aslan sambil menatap wajah-wajah polos itu.
Wajah polos itu mulai menyunggingkan senyum kebahagiaan di sudut bibirnya mereka tahu kalau hari ini keluarganya akan benar-benar utuh seperti yang mereka impikan.
☘️☘️☘️☘️☘️
Mempelai wanita masih menunggu kedatangan calon mempelai pria yang masih belum datang, Anika hanya bisa menangis dan meremas ujung kebaya putihnya, perempuan cantik itu benar-benar sudah menyesali akan kesalahannya, ternyata ucapannya yang seperti itu mampu membuat Aslan tersinggung dan merasa tidak pantas untuk bersanding dengan dirinya.
"Maaf kan aku Om, aku memang masih belum bisa menerima semua ini, tapi bukan berarti aku harus bercerita dengan orang lain masalah ini hingga membuatmu harus pergi seperti ini, maaf ...," ucapnya lirih.
Pak penghulu sedari tadi sudah menunggu dan para warga kampung yang sudah di undang oleh Anika semuanya sudah hadir, akan tetapi mereka masih menunggu kedatangan calon mempelai pria yang tak tahu kemana perginya.
"Bu, Anika ini gimana apa masih bisa di lanjut?" tanya Pak penghulu.
"Pak, mohon di tunggu sebentar lagi ya, calon mempelai masih ada di perjalanan," sahut Anika dengan nada gugup.
Anika benar-benar tidak tahu keberadaan Aslan ada di mana bahkan sedari tadi Marvin dan Nivea sulit untuk di hubungi, hingga membuat hatinya semakin tidak karuan, sebagai seorang perempuan dia sadar, ketidak hadirannya Aslan di hari akadnya akan menjadi bahan pembicaraan hangat para tetangganya, apalagi sejak dulu mereka sudah mengecap Anika sebagai perempuan yang melahirkan tanpa suami.
'Astaga! Kenapa bisa sebodoh ini, kalaupun aku tidak menginginkan pernikahan ini kenapa tidak bilang jauh-jauh hari, kalau sudah seperti ini siapa yang mau di salahkan,' batin Anika yang menyadari akan keteledorannya.
Setelah sepersekian menit Aslan masih belum muncul hingga membuat Pak penghulu mulai, menegur Anika kembali karena setelah ini ia juga akan menghadiri pernikahan lain.
"Bu, ini waktunya sudah mepet, kalau memang mempelai tidak hadir maka acara akad akan di undurkan saja," ucap Pak penghulu tersebut.
Deg!
Hati Anika seperti teriris mendengar ucapan dari Pak penghulu tersebut, seharusnya Anika senang karena ia tidak jadi menikah dengan Aslan, akan tetapi kenapa hatinya bersedih mendengar ucapan dari penghulu tersebut.
Di saat Pak penghulu mulai beranjak dari kursinya tiba-tiba saja mobil putih yang di kendarai oleh Aslan berhenti di ujung jalan rumah Anika.
"Pak penghulu itu mobil calon suami saya, tolong beri kami kesempatan," mohon Anika.
Penghulu tersebut akhirnya bisa bernafas dengan lega. "Alhamdulillah, akhirnya Ibu jadi nikah," sahut Penghulu tersebut.
Anika sedikit tersenyum simpul, entah kenapa perasaannya masih terasa aneh, di tinggal tidak mau bersama pun masih ragu, ah memang perasaan wanita itu sulit untuk di tebak.
Aslan mulai membuka pintu mobilnya pria itu mulai menatap orang-orang yang sudah menunggu kedatangannya yang sedikit terlambat.
"Pa, ayo cepat mereka sudah menunggu kedatangan Papa," ucap Marvin.
Aslan mulai melangkah, pandangannya lurus ke depan melihat seorang wanita yang saat ini tengah menunggunya di kursi akad, mata Anika terlihat begitu sembab, dan hal itu membuat perhatian Aslan tertuju padanya.
'Dia menangis karena diriku apa karena takut pernikahannya ini gagal,' batin Aslan sambil menatap wajah sendu Anika.
"Maaf Pak penghulu sudah membuat anda menunggu, tadi ada kesalahan teknis," ucap Aslan.
"Baiklah kalau begitu, anda duduk karena akan segera terlaksanakan," sahut penghulu tersebut.
Seketika Penghulu mulai membuka dengan suara tenang dan berwibawa, menyebut nama lengkap mempelai pria dan wali dari mempelai wanita. Suasana menjadi semakin sakral saat ijab dimulai.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Ananda Aslan Dirgantara dengan, Anika Jelita binti Haris, dengan maskawin seperangkat alat salat dan emas sepuluh gram tunai."
Sejenak, waktu terasa berhenti. Semua diam. Mempelai pria menarik napas panjang, lalu menjawab dengan lantang namun penuh rasa haru:
"Saya terima nikahnya Anika Jelita binti Haris dengan maskawin tersebut, tunai!"
Seketika suasana hening sekejap hingga suara "Sah ... sah ... sah ...," terdengar cukup serentak memecah keheningan ruangan akad.
Semua orang yang ada di ruangan ini ikut terharu dan menyaksikan sendiri kebahagiaan yang saat ini tengah di rasakan oleh kedua mempelai dan ketiga wajah polos itu yang tidak bisa menyembunyikan lagi kebahagiaan karena mereka merasa memiliki keluarga yang utuh seperti yang lainnya.
Penghulu mulai mengarahkan Anika untuk mencium tangan suaminya, setelah itu giliran Aslan yang saat ini membingkai wajah istrinya lalu mulai mencium kening sang istri, suasana terasa hangat ketika Aslan mulai menempelkan telapak tangannya di kepala istrinya, lalu penghulu menuntunnya untuk membacakan doa.
Saat ini keduanya mulai duduk saking bersandingan di hari ini mereka benar-benar mengesampingkan egonya masing-masing, dan sadar kalau sejarang mereka bukanlah orang asing lagi melainkan sudah ada ikatan yang sah di mata agama dan juga negara.
"Terima kasih sudah datang meskipun kau sudah aku kecewakan," ucap Anika dengan lirih.
"Itu hal yang sangat wajar, aku harap setelah pernikahan ini kau bisa melihatku sebagai ayah yang mencoba untuk menebus dosa-dosaku di masa lalu, bukan seseorang yang selalu membuat luka lamamu terbuka kembali," pinta Aslan.
"Aku akan mencobanya, doakan saja agar aku bisa menghadapi semua badai ketakutan ini," ucap Anika.
Bersambung ...
Akhirnya sah juga ...