Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencuri Ciuman
Alula langsung membenamkan wajahnya di dada Zian dan menggelengkan kepalanya.
Zian menangkup kepala Alula dengan senyum geli lalu cowok tampan itu membuai rambut Alula dengan usapannya sambil berkata, "Aku bercanda, tapi kalau kamu ijinkan aku mencium bibir kamu, aku tidak keberatan"
Alula memukul pelan dada Zian dan semakin membenamkan wajahnya di dada bidang kekasih tampannya.
Zian tertawa ngakak lalu mencium pucuk kepalanya Alula beberapa kali. Kemudian cowok tampan itu berkata, "Ayo kita turun. Keburu siang. Kita ada kuliah jam dua belas dan kita belum mandi"
Alula langsung mendorong dada Zian kemudian berbalik badan dengan cepat untuk turun dari mobil karena dia takut Zian mendadak mencuri ciuman.
Zian terkekeh geli melihat tingkahnya Alula. Lalu, cowok tampan itu bergegas turun dari mobil dan berlari kecil menyusul Alula sambil berteriak, "Aku nggak akan mencuri ciuman. Aku akan selalu meminta ijin dulu, Luna!"
Alula mendelik ke Zian sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir, "Ssstttt!!!!" Wajah gadis manis itu merona malu.
Zian terkekeh geli lalu berdiri di samping Alula yang tengah bergumam dan menarik ke bawah kenop pintu kafe. "Pintunya dikunci dan kunci kafe ini, yang biasa aku bawa, tidak cocok"
"Kok bisa?"
Alula menoleh ke Zian, "Kata Mama, kafe Papa udah dijual. Pasti pemiliknya yang baru udah mengganti kuncinya"
"Kita cari jendela saja" Sahut Zian.
Alula mengerjap kaget ke Zian, "Ide bagus"
Zian tersenyum lebar kemudian menarik pelan tangan Alula ke samping kafe.
"Ada jendela cukup besar di ujung sana" Tunjuk Alula dengan dagu.
"Kalau tidak ada jendela, kita bisa naik ke atap rumah. Kamu lebih berpengalaman naik ke atap rumah. Nanti ajari aku, ya"
Alula menepuk kesal bahu Zian sambil melancipkan bibir.
Zian terkekeh geli lalu memeluk bahu Alula dan bertanya, "Ngomong-ngomong aku sudah kenalin kamu ke keluarga aku. Kapan kamu mau kenalin aku ke Mama kamu dan Papa tiri kamu?"
"I....itu.....sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat" Alula kemudian mengalihkan perhatian, "Ada jendelanya dan sepertinya tidak ditutup" Alula berlari kecil ke jendela besar berukuran 80 cm yang terbuat dari kayu jati asli berwarna cokelat tua dan berdaun satu. Jendela besar itu sangat mudah dibuka. Hanya perlu ditarik ke samping kanan kalau tidak terkunci dari dalam.
Zian memasukkan tangan yang tadi dia pakai untuk memeluk bahunya Alula ke dalam saku celana sambil bertanya, "Kenapa? Kamu malu ngenalin aku ke Mama kamu?"
Alula menghela napas panjang saat dia menemukan Zian ternyata masih belum teralihkan fokusnya.
Zian melangkah ke depan lalu berdiri di depan jendela dan membantu Alula naik ke pinggiran jendela besar yang tidak begitu tinggi setelah Alula membuka daun jendelanya. Gadis manis itu lalu melompat masuk dan memilih mengabaikan pertanyaannya Zian.
Zian mendengus kesal dan ikut melompat masuk ke dalam kafe lewat jalan yang sama yang tadi dilalui oleh Alula.
Zian kemudian menyemburkan tanya, "Kamu malu punya pacar seperti aku ini?"
Alula melangkah ke depan sambil mengedarkan pandangannya dan berjaya, "Bukan begitu. Aku justru bangga memiliki pacar seperti kamu"
"Seperti apa aku ini di mata kamu?" Zian menarik pelan bahu Alula.
Alula menghadap Zian dan mengerjap dua kali di depan cowok tampan itu.
"Aku jelek, ya? Untuk itu kamu malu mengenalkan aku ke Mama kamu. Apa aku ini hanyalah mahasiswa fakultas komputer dan bukan kedokteran kayak si Raymond, makanya kamu enggan ngenalin aku ke Mama kamu?"
Alula mendengus kesal, "Bukan begitu. Tidak ada kaitannya dengan kedokteran dan komputer" Gadis manis itu kemudian memalingkan wajahnya.
Zian menarik lembut dagu Alula dan saat gadis manis itu menghadap dirinya, cowok tampan itu kembali bertanya, "Aku ini seperti apa di mata kamu?"
Alula bergeming dan Zian langsung menunduk dan berhasil mencium cepat pipi Alula.
Alula mendelik kaget, "Zian! Katanya mau ijin dulu kalau nyium dan nggak akan mencuri ciuman" Gadis manis itu menoleh ke kanan dan ke kiri dengan cepat.
Zian meringis geli lalu berkata, "Kasus mencuri ciuman yang ini lain dari kasus biasanya"
"Dasar gila" Alula mendengus geli.
"Lagian tidak ada siapa-siapa di dalam kafe ini. Aku akan cium kamu lagi kalau kamu masih belum jawab pertanyaan aku yang tadi" Zian menarik pinggang ramping Alula agar gadis itu tidak terjengkang ke belakang saat Alula berjalan mundur.
Cowok tampan itu kemudian memajukan wajahnya dengan pelan.
Zian berhasil mencium cepat pipi Alula sekali lagi dan saat Alula memundurkan wajahnya dengan kaget, cowok tampan itu memajukan wajahnya kembali dengan senyum jahil.
Alula mendengus geli sambil menahan wajah Zian dengan telapak tangan mungilnya. "Zian, jangan cium-cium! Malu"
Zian masih berusaha mencium pipi Alula dan Alula terus berkelit dengan senyum geli.
"Kalau kamu tidak jawab, aku akan terus mencium pipi kamu" Zian kembali menunduk dan Alula langsung membenamkan wajahnya di dada Zian sambil berkata, "Iya, aku jawab"
Zian memeluk erat tubuh rampingnya Alula sambil terkekeh geli.
"Jawab atau aku akan......"
Alula bergegas menjawab, "Kamu baik dan tulus"
Zian seketika itu melepaskan pelukannya lalu memberengut.
"Kenapa malah cemberut? Aku salah ngomong? Kamu beneran baik dan tulus di mata aku, Zian" Alula meletakkan telapak tangan kanannya di dada Zian.
Zian menatap Alula lalu bertanya dengan bibir monyong, "Kalau Raymond? Raymond di mata kamu itu seperti apa? Pasti dia di mata kamu tuh baik dan tulus juga, kan"
Alula menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan saat dia menghadapi kecemburuannya Zian.
Dia kalau cemburu jadi kayak anak kecil. menyebalkan sekaligus menggemaskan. Batin Alula dengan senyum geli.
Zian menunjuk dagu senyumannya Alula, "Kamu tersenyum kayak gitu. Berarti benar kalau aku ini kamu samakan dengan Raymond, cih!" Zian melipat tangan di depan dada dengan hembusan napas kasar.
"Raymond memang baik dan tulus, tapi dalam kadar sebagai seorang sahabat. Sedangkan kamu beda, Zian. Kadar kamu itu sebagai seorang pacar"
Wajah Zian berubah rileks dan ada sedikit senyum tersungging di wajah tampannya. Lalu, cowok tampan itu kembali bertanya, "Lalu, kadar ketampanan aku bagaimana? Lebih tampan mana? Aku apa Raymond?"
"Malu, ah. Aku nggak mau jawab" Alula berbalik badan untuk melangkah meninggalkan Zian dan Zian dengan cepat melompat di depan Alula.
Alula mengerjap kaget.
Zian menatap Alula, "Jawab atau aku akan......"
"Wooiii!!!! Kenapa berisik sekali dan kenapa kalian semua ada di sini bukannya kuliah, hah?!" Yoda berkacak pinggang setelah ia melompat masuk ke dalam kafe lewat jendela besar yang tadi dilalui oleh Zian dan Alula.
Alula dan Zian menoleh ke asal suara dengan kompak dan menyemburkan secara bersamaan, "Om Yolo?!"
"Sssttttttt! Jangan teriak! Ada orang" Yoda bergumam lirih di dekat Zian dan Alula.
Zian dan Alula refleks membekap mulut mereka sendiri-sendiri dengan kedua alis terangkat ke atas.
ck ck ck