Sinopsis Singkat "Cinta yang Terlambat"
Maya, seorang wanita karier dari masa depan, terbangun di tubuh Riani, seorang wanita yang dijodohkan dengan Dimas, pria dingin dari tahun 1970-an. Dengan pengetahuan modern yang dimilikinya, Maya berusaha mengubah hidupnya dan memperbaiki pernikahan yang penuh tekanan ini. Sementara itu, Dimas yang awalnya menolak perubahan, perlahan mulai tertarik pada keberanian dan kecerdasan Maya. Namun, mereka harus menghadapi konflik keluarga dan perbedaan budaya yang menguji hubungan mereka. Dalam perjalanan ini, Maya harus memilih antara kembali ke dunianya atau membangun masa depan bersama Dimas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon carat18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 – Api dalam Sekam
selamat membaca guys ❤️ 🐸 ❤️ ❤️ ❤️ ❤️
******
Pagi itu, Riani terbangun dengan perasaan tak menentu. Sejak kedatangan Sinta, pikiran nya tak bisa tenang. Ia memang sudah terbiasa menghadapi gosip di desa, tetapi yang satu ini terasa berbeda. Ada ancaman terselubung dalam setiap kata-kata yang Sinta ucapkan kemarin.
Di luar, embun masih menempel di dedaunan. Udara segar khas pagi hari berembus lembut, membawa aroma tanah yang basah. Riani duduk di teras rumah, menyesap teh hangat pelan-pelan, mencoba menenangkan pikiran nya.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama.
Terdengar langkah tergesa-gesa mendekat dari arah jalan depan rumah. Bu Surti, tetangga yang terkenal suka mendengar dan menyebarkan berita terbaru di desa, datang dengan ekspresi penuh semangat.
“Riani! Kamu sudah dengar gosip pagi ini?” tanya nya dengan napas memburu.
Riani menatap nya dengan dahi berkerut. “Gosip apa, Bu?” ujar Riani.
Bu Surti mencondongkan tubuh nya, seolah yang hendak ia sampaikan adalah rahasia besar. “Katanya, Sinta bilang ke beberapa orang di pasar kalau dia dan Dimas masih ada hubungan. Dia bahkan bilang Dimas belum bisa melupakan nya!”
Cangkir di tangan Riani nyaris tergelincir. Ia menggigit bibir nya, menahan emosi yang mulai membakar dada nya.
“Siapa yang bilang begitu, Bu?” tanya nya, mencoba tetap tenang.
“Bu Mirah yang dengar sendiri tadi pagi! Kata nya, Sinta bicara ke teman-teman nya sambil tersenyum penuh arti,” kata Bu Surti penuh semangat.
“Riani, kamu harus hati-hati! Aku takut dia benar-benar ingin merebut suamimu.”
Riani menarik napas panjang. “Terima kasih sudah memberitahu saya, Bu.”
Setelah Bu Surti pergi, Riani duduk diam. Jemari nya menggenggam erat cangkir teh yang mulai mendingin.
Gosip seperti ini sangat berbahaya. Apalagi di desa, di mana kabar bisa menyebar lebih cepat dari angin.
Ia tidak bisa tinggal diam.
Siang itu, Riani langsung menemui Dimas di kebun.
Dimas, yang sedang mengangkat karung pupuk, melihat istri nya berjalan mendekat dengan wajah serius. Ia segera meletak kan karung itu dan menyeka keringat di dahi nya.
“Ada apa, Riani?” tanya nya dengan lembut.
Riani menatap suami nya dengan mata tajam. “Sinta bilang ke orang-orang kalau kamu masih ada perasaan pada nya.”
Dimas mengerutkan kening. “Siapa yang bilang?”
“Bu Surti dengar dari Bu Mirah. Kata nya, Sinta bicara di pasar sama temen temen nya.”
Mata Dimas menggelap. Ia menghela napas berat, tampak berusaha mengendalikan amarah nya. “Aku harus bicara dengan nya sekarang juga.”
“Mas,” Riani menggenggam tangan Dimas erat. “Aku nggak mau kamu cuma bicara. Aku mau dia berhenti mengganggu kita.”
Dimas menatap istri nya dalam-dalam, lalu mengangguk. “Aku akan pastikan dia tahu batasan nya.”
Tanpa menunggu lebih lama, Dimas meninggalkan kebun dan berjalan ke arah rumah Sinta.
Riani menatap punggung suami nya yang menjauh. Hati nya masih di liputi kecemasan.
Rumah Sinta terletak di ujung desa, dekat dengan kebun karet. Ketika Dimas tiba, ia mendapati Sinta sedang duduk di beranda, tampak seperti sedang menunggu nya.
Sinta tersenyum tipis. “Aku sudah menduga kamu akan datang.”
Dimas menatapnya tajam. “Apa yang kamu lakukan, Sinta? Kenapa kamu menyebarkan gosip seperti itu?”
Sinta mengangkat bahu nya, seolah tak peduli. “Aku hanya mengatakan yang sebenar nya, Dimas. Kamu sendiri yang bilang dulu bahwa aku adalah wanita yang paling kamu cintai.”
Dimas mengepalkan tangan. “Itu dulu. Sekarang aku sudah menikah dengan Riani. Kenapa kamu kembali dan mengacaukan semua nya?”
Sinta menatap nya dalam-dalam. “Karena aku tidak pernah benar-benar melupakanmu.”
Dimas terdiam.
Sinta melangkah mendekat, mencoba menyentuh lengan Dimas, tapi Dimas segera menghindar.
“Jangan mulai lagi, Sinta. Aku mencintai istriku. Aku bahagia dengan hidupku sekarang. Jangan ganggu rumah tanggaku,” ucap nya tegas.
Sinta menatap nya dengan mata penuh emosi. “Kita dulu hampir menikah, Dimas! Tapi kamu meninggalkanku begitu saja tanpa penjelasan yang jelas.”
“Karena aku tahu hubungan kita tidak akan berhasil,” jawab Dimas tanpa ragu.
“Aku sudah membuat pilihan, dan aku tidak menyesal.”
Air mata menggenang di mata Sinta, tapi ia tersenyum sinis. “Kalau begitu, kita lihat saja apakah Riani tetap bisa mempertahankan mu setelah mendengar apa yang aku tahu.”
Dimas menatapnya tajam. “Maksudmu apa?”
Sinta hanya tersenyum dan melangkah mundur. “Tunggu saja, Dimas. Aku akan pastikan kau mengingatku lagi.”
Dimas mengerutkan kening, firasat buruk menyelimuti nya.
Saat ia berjalan kembali ke rumah, pikiran nya di penuhi kekhawatiran. Apa yang sebenar nya di rencanakan Sinta? Dan seberapa jauh ia akan pergi untuk mendapatkan apa yang diinginkan nya?
Satu hal yang Dimas tahu dengan pasti—ini belum berakhir.
*****
Terima kasih sudah membaca guys ❤️🐸❤️❤️❤️❤️