Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Tidak ada yang mau mengalah di antara mereka dan terus saja berseteru.Hingga akhirnya, Darma memilih keluar dari rumah itu, dan mencari sesuatu untuk dimakan.
Ia berjalan kaki karena kendaraan milik nya sudah tak ada. Betapa sulit nya hidup tanpa harta orang tua.
Setelah Darma berjalan melewati beberapa rumah warga, akhirnya ia tiba di sebuah warung.
"Bu, makan nya kayak biasa. Nanti di bayar Bapak." Ucap laki-laki itu.
"Baik, Tuan Muda." Ucap wanita paruh baya itu. Beliau merupakan salah satu Wanita yang juga mengambil pinjaman pada Bapak nya Darma. Maka dari itu, beliau tidak berani macam-macam pada anak juragan nya.
Memang kebanyakan penduduk desa, mengambil pinjaman uang pada Bapak nya Darma.
Biasa nya uang itu mereka pakai untuk menjadi modal usaha, atau biaya pendidikan sang anak.
Walaupun mereka tinggal di desa, mereka juga ingin anak-anak mereka memiliki pendidikan yang tinggi.
Tidak lama kemudian, pesanan Darma pun tiba. Darma pun makan dengan lahap. Semenjak menikah dengan Ayu, baru kali ini ia makan makanan manusia.
Ayu tak pernah sekalipun memasak. Semua dilakukan oleh Darma sendiri. Bukan itu saja, untuk mandi pun ia harus menimba air yang akan ia pakai.
Bahkan, ia harus mencuci pakaian nya sendiri. Padahal selama ini, Darma tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah seperti yang sering ia lakukan di rumah Ayu.
"Bu, tambah nasi."
"Baik, Tuan."
Darma benar-benar seperti orang rakus. Bo-doh nya ia, mengapa tidak dari kemarin makan di warung itu. Setidak nya, ada Bapak nya yang akan membayar tagihan nya nanti.
Kini, Darma pun begitu senang dan tersenyum girang. Akhirnya, masalah perut nya sudah teratasi.
Saat ia hampir menyelesaikan makan nya, seorang wanita cantik masuk ke warung tersebut.
Darma yang tidak bisa melihat wanita cantik, langsung saja melihat gadis itu dengan seksama.
Gadis muda yang masih segar. Pasti akan sangat membuat Darma mabuk kepayang.
"Ini siapa?" Tanya Darma pada Ibu pemilik warung.
"Ini anak saya, Tuan Muda. Apa Tuan muda mau nambah lagi makan nya?"
"Sudah cukup. Saya sudah kenyang. Hmm,, Siapa nama nya? Kenapa selama ini ia tidak pernah tampak di desa?"
"Nama saya Sinta, Tuan Muda. Saya kuliah di kota. Saat ini sedang libur kuliah. Maka nya pulang untuk bantu Ibu." Ucap Gadis muda itu dengan suara manja nya.
"Ooh. Ya."
Darma pun berlalu setelah memberikan senyuman nya yang paling manis pada gadis itu. Siapa sih yang tidak senang di ajak bicara oleh Darma.
Satu-satunya pewaris dari Orang tua nya, yang memiliki harta yang tak akan ada habis nya. Semua wanita di desa, berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian dari Darma.
Namun, entah mengapa Darma hanya melihat Ayu saja di mata nya itu. Entah pesona apa yang di miliki Ayu. Yang status nya masih tidak jelas hingga saat ini.
"Sinta, ingat ya nak. Ibu tidak mau kamu dekat dengan Tuan Muda. Perbedaan kita dengan nya sangat lah jauh."
"Bu, jodoh itu sudah ada yang atur. Lagian, kalau Bang Darma mau sama Sinta, kan enak. Sinta nggak perlu capek-capek kuliah lagi. Bisa jadi Nyonya Darma dan punya banyak uang."
"Astaghfirullah Sinta. Kamu nggak bisa ngomong begitu. Kamu harus kuliah dan jadi pintar. Supaya nanti ketika kamu memiliki anak, kamu tahu apa yang akan kamu ajarkan pada anak mu kelak.
Ingat Sinta. Seorang Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak nya. Dan kamu, harus menuntut ilmu setinggi mungkin."
"Ah, tahu ah. Kita lihat aja nanti. Ibu nggak usah kebanyakan ceramah deh."
Sinta langsung masuk ke dalam kamar nya. Warung itu memang masih satu bangunan dengan rumah nya Sinta.
Karena dengan begitu, mereka bisa lebih mudah dalam berjualan.
Saat itu, tanpa di sadari oleh Ibu dan anak itu. Darma mendengar percakapan mereka. Beruntung saat itu tidak ada lagi orang yang makan di warung.
Darma pergi ke warung, di saat orang-orang sudah mulai kembali bekerja. Ia akan selalu telah untuk makan saat sudah menikah dengan Ayu.
Darma pun akhirnya pulang. Ia berjalan santai sambil memegang perut nya yang sudah kenyang.
Ia terus senyum sendiri saat memikirkan rencana baru nya. Ia akan mendekati Sinta, supaya bisa makan gratis setiap hari.
Namun, saat Darma sedang memikirkan rencana nya itu. Ia tidak sengaja melihat Doni sedang bergaul dengan beberapa Pria pengangguran.
Darma pun langsung menghampiri Doni yang saat itu sedang menonton film de-wasa bersama dengan pria-pria tersebut.
"Doni, bukan kah kamu harus nya sudah pulang sekolah? Tapi kenapa kamu malah masih di sini?"
"Eh, Ayah. Papa. Doni,, Doni."
"Ayo pulang! Kamu ini, masih kecil sudah nonton yang begituan. Mau jadi apa kamu nanti. Dan kalian, apa kalian mau aku ha-jar!"
"Tidak Tuan Muda. Kami di paksa oleh Doni."
"Sudah! Awas saja kalau kalian masih berani berbuat macam-macam dengan Doni."
Darma pun membawa pulang Doni sambil sesekali memarahi bocah itu. Doni langsung berlari ketika rumah nenek nya mulai terlihat.
Dan kebetulan, Ayu pun ada di sana. Entah apa yang dilakukan wanita itu. Tidak ada yang bisa di banggakan dari nya sedikit pun.
"Bu, Ayah jahat. Doni di pu-kul pas lagi main sama teman-teman."
"Apa? Bang, berani sekali kamu mu-kul anak ku!"
"Ayu! Aku tidak memukul nya. Aku hanya menasehati nya untuk tidak lagi menonton film dewa-sa. Apa aku salah?"
"Salah! Doni anak ku. Dan kamu, tidak bisa ikut campur."
"Doni juga anak ku. Aku tidak mau masa depan nya hancur."
"Hancur apa nya? Tak perlu berlebihan. Dia hanya menonton. Bukan meniru. Lagian, itu sudah biasa di kalangan anak-anak jaman sekarang."
"Ayu!"
"Apa? Mau marah? Kamu tidak berhak mengatur anak ku."
Darma begitu marah. Untung saja ia sudah makan. Sepertinya, tekad nya untuk kembali pada orang tua nya sudah bulat.
Ia akan mencari cara untuk berpisah dengan Ayu. Dan bahkan, akan ia beri pelajaran wanita yang ada di hadapan nya saat ini.
Satu-satunya orang yang bisa membantu nya adalah Bapak nya. Darma akan melakukan tes terlebih dahulu pada Doni.
Dan Darma, akan membuat Ayu merasakan rasa sakit seperti yang sudah ia berikan pada nya selama beberapa Minggu ini.
"Oke. Aku tidak akan ikut campur lagi. Terserah kamu mau gimana." Ucap Darma dan berlalu dari hadapan Ayu."
"Eh, mau kemana? Minta uang dulu. Aku mau arisan."
"Uang? Mau uang?"
"Iya. Uang. Mana?"
"Kalau mau uang, ya kerja. Uang nggak bisa tumbuh sendiri. Paham?"
"Kau."
"Apa?"
"Kalau kau tak bisa menghasilkan uang, lebih baik kau pergi saja dari rumah ini! Dasar suami nggak guna!"
Deg
Kata-kata Ayu membaut Darma terkejut. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Bapak nya. Darma, akhirnya sadar, ketika ia sudah tidak memiliki apapun lagi.
secara g lgsg kmu mempermudah jln nikah nya dika dan laras asikkk lanjut makkkk
drnpd mlh nnti menjomblo seumur hidup