Syok, begitu tau dia hamil, itulah yang Dinda rasakan saat ini. Apa lagi mengetahui kalau Nicko, ayah dari anak yang Dinda kandung telah pergi begitu saja tampa pamit.
Dinda, harus kuat meskipun harus menanggung malu, hinaan dan juga ejekan dari teman-temannya.
Dinda, juga berharap tidak mau lagi bertemu dengan Nicko Raharja, pria yang sudah membuat hatinya terluka, tapi takdir berkata lain. Dinda dan Nicko kembali di pertemukan lagi dengan Nicko yang sudah memiliki tunangan.
apakah Nicko akan kembali bersama Dinda lagi, karena mereka sudah memiliki anak.
* * *
Penasaran dengan kisah Dinda dan Nicko, langsung baca yuk👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faijha.asr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nando mimisan lagi
Nicko dengan cepat pergi dari sana, sebelum ada yang melihatnya.
Saat Nicko, berada di anak tangga. Tiba-tiba saja Alika, langsung memeluk Nicko dengan erat, membuat pria itu kaget bukan main.
"Alika, kamu apa-apa si," kesal Nicko, melepas paksa tangan Alika, dari tubuhnya.
"Nicko, kamu kenapa si? Kenapa kamu selalu ngindari aku, aku punya salah apa sama kamu."
"Kamu gak punya salah, tapi tolong kamu jaga jarak sama aku Alika, jangan peluk-peluk sembarang gitu, aku gak suka," tegas Nicko, lalu pergi dari hadapan wanita itu.
"Nicko," panggil tuan Nigel, membuat langkah Nicko terhenti di anak tangga terakhir, Nicko berbalik dan melihat sang papa, dan juga pamannya yang menatap mereka saat ini.
"Kelewatan kamu, kenapa kamu memperlakukan Alika seperti itu," suara keras tuan Nigel, menggelegar di ruangan itu.
"Nicko gak suka pa, Alika peluk-peluk Nicko."
"Apa salahnya, to sebentar lagi kan Alika, akan menjadi istri kamu."
"Gak, aku gak mau nikah sama Alika pa, sampai kapanpun aku gak akan mau nikah sama dia," tegas Nicko, lalu kembali melangkah dan masuk kedalam kamarnya.
"Anak itu benar-benar, sudah kurangajar."
"Kak sabar, bicaralah dengan tenang dengan Nicko, jangan seperti ini, bisa-bisa sakit kakak kambuh lagi," ucap Novel, mengusap lengan tuan Nigel.
"Terimakasih Val, Nicko memang sudah kelewatan sekarang."
Alika masuk ke dalam kamarnya, sedang tuan Nigel dan sang istri masuk ke dalam kamar Nicko, kalau Noval sudah pamit pulang lima menit yang lalu.
Nicko melihat kedua orang tuanya yang baru saja masuk, pria itu tidak berkata apapun, Nicko akan mendengar apa yang akan di katakan oleh papanya.
"Nicko, pernikahan kamu dan Alika, akan di percepat," ucap tuan Nigel, membuat kedua mata Nicko melotot kaget.
"Apa, aku gak akan menikah dengan Alika pa."
"Apa maksud kamu Nicko? Apa kamu akan kembali dengan wanita itu, karena kalian punya anak?"
"Iya, Nicko cuma akan menikah dengan Dinda, cuma Dinda yang Nicko cinta pa, bukan Alika."
"Cukup Nicko, kamu benar-benar keterlaluan, apa kata orang tuanya Alika nanti, jangan bikin malu kamu."
"Nicko gak perduli pa, saat ini yang paling penting buat Nicko adalah Dinda dan Nando, putra kami."
"Ooh, jadi karena itu kamu pergi bersama anak itu ke rumah sakit tadi siang?"
Nicko kaget, Nicko berpikir dalam hati, apakah papanya melihat Nicko dan Nando di rumah sakit tadi.
"Papa tidak akan membiarkan kamu bersama dengan wanita itu, dan kamu harus tetap menikah dengan Alika," ucap tuan Nigel, lalu bersiap akan keluar dari kamar Nicko, tapi perkataan Nicko membuat langkah tuan Nigel terhenti.
"Aku tetap gak bisa menikah dengan Alika, saat ini putraku sedang berjuang untuk sembuh, putraku mengidap penyakit kanker otak, aku gak mau terjadi sesuatu pada Nando, aku ingin menebus semua kesalahanku di masa lalu pada Dinda dan Nando, aku sudah menelantarkan mereka." Ucap Nicko, dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi.
"Apa, mengidap kanker otak?" Ucap nyonya Amelia, menghampiri putranya.
"Iya ma, dan dokter nyaranin Nando harus segera di bawah berobat ke luar negeri, sebelum penyakitnya makin parah, dan Dinda tidak punya biaya saat ini," ucap Nicko, menatap nyonya Amelia dengan deraian air mata.
Tuan Nigel, terlihat menghela nafas berat, entah apa yang ada di pikiran pria paruh baya itu sekarang.
Tuan Nigel, lalu keluar dari kamar putranya, langsung turun ke lantai bawah dan masuk ke ruangan kerjanya lagi.
Sedangkan Nicko, memeluk sang mama dengan erat, hati Nicko begitu rapuh saat ini, memikirkan putranya yang sedang melawan sakit.
"Nicko gak mau, terjadi apa-apa pada Nando ma, Nando ada putranya Nicko dan Dinda, cucu mama sama papa juga."
"Iya sayang, sekarang kamu tenang dulu ya, jangan nangis lagi."
"Nicko, hanya merasa bersalah dan sudah berdosa karena telah meninggal Dinda yang sedang hamil dulu ma, Nicko benar-benar menyesal."
"Iya mama ngerti, nanti mama akan coba ngomong sama papa kamu ya," ucap nyonya Amelia, yang mendapat anggukan dari putranya.
"Makasih ma, maaf Nicko benar-benar gak bisa menikah dengan Alika."
Nyonya Amelia, lalu keluar dari kamar Nicko, turun ke lantai bawa untuk mencari keberadaan sang suami.
"Aku akan buktikan ke papa, kalau orang tuanya Dinda gak salah," ucap Nicko seorang diri.
* * *
Di sebuah rumah kontrakan sederhana, saat ini Dinda sedang menemani putra belajar, Nando terlihat begitu lincah menulis huruf-huruf yang ada di buku baca, dn semua itu tak luput dari pandangan Dinda.
"Sayang!"
"Iya ma," Nando mendongak melihat sang mama, yang sedang menatapnya dengan serius.
"Nando, pergi sama om baik ke mana aja tadi?"
"Om baik, ngajak Nando jalan-jalan ke mall ma, sama beli mainan juga," ucap Nando dengan antusias.
Dinda tersenyum, melihat raut wajah putranya yang terlihat begitu bahagia.
Lagi asik belajar, tiba-tiba saja hidung Nando kembali mimisan, membuat Dinda, mulai panik lagi.
Bersambung....