Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. Satu Nama
Belajarlah melepaskan sesuatu dan mengikhlaskan keadaan.
Tetaplah berprasangka baik kepada Allah karena tidak ada Takdir yang buruk melainkan Takdir indah yang tertunda.
•
Prang!
Kotak cincin dan bunga yang dibawa Adam jatuh ketanah saat melihat Dikta bersama dengan Robby dalam status suami istri.
Ibarat di jatuhkan ekspektasi dan di permainkan takdir, Adam hanya bisa terdiam menerima nasib, bahwa ternyata dia telat dan Dikta sudah mengingkari janjinya.
Dikta yang mendengar suara tadi langsung menatap ke sumbernya dimana dia melihat sosok pria dewasa yang tak lain adalah Adam berdiri disana.
"Adam, ehm Mas Adam," lirih Dikta yang kini menyebut Adam dengan sebutan Mas Adam.
Adam membalikkan badannya berusaha pergi dari sana, namun Dikta segera menahannya dan membuat Adam menghentikan langkahnya.
"Mas Adam? Mas Adam sudah pulang?" Dikta bertanya sembari melirik kotak cincin yang tadi jatuh. "Maaf Mas, aku melanggar janji kita dulu."
Adam tersenyum legowo mendengar hal itu kemudian menatap Dikta seolah tidak terjadi apa-apa dengannya.
"Tidak apa-apa, mungkin kita tidak ditakdirkan berjodoh, Oh iya apa kabar, maaf aku tidak bisa datang ke pernikahanmu, sekarang aku sudah menjadi seorang Dokter," jawab Adam berusaha menguatkan hatinya.
"Aku, baik, Mas Adam sendiri?"
"Aku juga baik," Adam dengan sengaja melirik arlojinya yang membuat Dikta menatapnya serius. "Maaf Dikta, sepertinya aku ada keperluan lain, titip salam untuk suamimu."
Dikta mengangguk melepas kepergian Adam, sebenarnya Adam hanya berbohong tentang kesibukan lain, karena dia tidak kuat menahan rasa sakit hatinya dalam senyuman.
Adam berdebur keringat, penantian dua tahun sia-sia dan dia seperti kehilangan sebagian dari sepersekian semangat hidupnya, Adam berada dalam titik terendahnya.
Tujuannya sudah menjadi milik orang lain tapi setidaknya jika Dikta bahagia, Adam juga bahagia.
• Flashback Off
"Mas Adam?"
"Eh!" Adam tersadar dalam lamunannya yang terbawa pada masa lalu nya.
"Mas Adam, tidak apa-apa?" tanya Dikta yang membuat Adam mengangguk.
"Aku mau ngobrolin sesuatu, bisa duduk dulu?" Adam mengajak Dikta duduk di kursi tunggu yang ada di koridor itu.
"Mau ngobrolin apa Mas?"
"Mas dengar dari Robby, kamu hamil yah?" tanya Adam yang membuat Dikta terdiam. "Maaf kalau Mas lancang."
"Tidak apa-apa Mas, iya aku hamil, tapi Bang Robby gak mengakui kalau ini anaknya," jawab Dikta meruntut iba.
"Mama Reni sudah tahu?"
"Aku harap Mama Reni tidak tahu, mendengar berita perceraian kami saja membuat Mama Reni jatuh. Apalagi kalau Mama Reni tahu aku mengandung cucunya," jawab Dikta yang membuat Adam mengangguk. "Mas Adam sendiri? Sudah punya pasangan?"
Adam tersenyum dan menggeleng. "Mas gak kepikiran sampai kesana, dek."
"Mas kan udah dewasa, kenapa Mas gak coba pacaran aja? Ehm maaf maksudku, mencoba menjalin hubungan seperti Taaruf?" jawab Dikta yang membuat Adam terdiam.
"Karena ada seorang yang mengatakan kepada Mas, pacaran bukanlah perbuatan yang baik, dan sampai saat ini masih ada satu nama dihati Mas yang tidak bisa Mas miliki," Adam menatap Dikta yang balik menatapnya.
Kini kedua mata itu saling bertemu pandang, Dikta terdiam mendengar kalimat Adam dan merasa bersalah atas janji lima tahun yang lalu.
"Kenapa Mas tidak coba menjalin hubungan dengan wanita lain? Mengenai pacaran Mas juga tidak mau merusak imam dengan dasar cinta," Adam menatap kedepan melepas kontak mata mereka.
"Tidak ada yang salah dengan cinta, yang salah itu tindakan-tindakan yang dilakukan atas nama cinta," jawab Dikta berusaha tenang dalam kondisi mereka larut dalam masa lalu.
"Jangan mau terus-terusan ngikutin hawa nafsu, karena perasaan itu kalau ga dibangun diatas akal dan syariat, ia akan jadi badai yang dapat menghempasakan kita ke Neraka. Semoga kedepannya aku dan Mas dapat jodoh yang tepat, Suami yang dirindukan surga dan istri yang dirindukan surga," lanjut Dikta.
Adam mengangguk dan tersenyum.
"Andai kamu tahu siapa nama itu, Ta," batin Adam meratap.
•
•
•
TBC
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻