Hidup di jalan sebenarnya bukanlah pilihannya , tapi nyatanya kekayaan tak membuatnya cukup nyaman . Dan inilah sebuah kisah tentang seorang pria bernama Bramatyo Yudo Sadewo , pria muda dengan segala ambisinya ! Yang tanpa dia tahu jika suatu saat seorang wanita biasa bisa membuatnya bertekuk lutut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Dengan langkah di buat tertatih Vina menghampiri kakaknya , dia sengaja menampar diri sendiri dan membuat pipinya kemerahan agar Gibran percaya bahwa Gista sudah memukulnya .
Seperti juga Sofi , gadis belia itu tidak pernah menyukai kakak iparnya yang menurutnya sangat pelit . Gista selalu membatasi semua pengeluarannya dan banyak aturan dalam rumah yang tidak ia suka .
" Apa kau sudah memukul Vina hahh !?? Apa salahnya !? "
Vina dan Sofi memeluk tubuh Gibran yang tampak ingin berjalan mendekat ke arah istrinya , seolah tak mengijinkan pria itu untuk menyakiti istrinya sendiri .
" Sudah Kak, tidak apa apa ... ini hanya salah paham saja . Tadi Vina yang salah , "
" Gista mengamuk saat Vina minta uang tiga ratus ribu untuk bayar taksi Nak , maaf tapi Vina dan ibu belum sempat tarik tunai uang bulanan yang kemarin di transfer . Mungkin karena kami terbiasa dengan transaksi dengan kartu debit . Gista , maafkan Vina ya ! Dia tidak bermaksud memoroti harta Gibran seperti yang kau bilang tadi .... " ujar Sofi dengan air mata berlinangan .
Gista menghela nafasnya , sekali lagi mertua dan iparnya membuat drama seolah dia ibu tiri yang sangat kejam pada anak anaknya . Drama seperti ini adalah makanannya sehari hari . Dan dia harus menjalani peran antagonis sedang mereka protagonis yang tertindas .
" Teganya kau perlakukan adik dan ibuku seperti ini dirumahnya sendiri !! Selama ini aku diam jika mereka mengeluh tentang kamu . Mereka merasa seperti sedang menumpang di rumah ini . Sebenarnya bukan mereka ... tapi kau !!! Lima tahun kau menumpang pada kami !! "
" Mas !!! "
Gista terhuyung hingga terduduk di kursi yang kebetulan ada di belakangnya . Dia menatap tak percaya sang suami yang tega berkata seperti itu kepadanya . Lima tahun dia bahkan tak pernah memikirkan karir seperti saat belum menikah dulu . Dia mengabdi sepenuhnya pada suami dan keluarganya .
" Dia ibuku Gis , yang berarti ibumu juga . Begitupun Vina yang sudah menjadi adikmu ! Aku bekerja keras hanya untuk masa depan kalian . Tak bisakah kau mengerti itu ?? Tidak ... kau tidak akan mengerti perasaan seorang anak yang ibunya disakiti . Aku lupa jika sejak kecil kau sudah tidak punya orang tua ! "
" Ya Allah Mas .... "
Tanpa disadari air mata Gista turun dengan deras ketika suaminya mengingatkannya kembali bahwa ia sudah tidak punya siapa siapa lagi . Dia hanya seorang anak yang di temukan di depan panti , kedua orang tuanya mungkin menolak kehadirannya .
" Aku lelah Gis , aku lelah hidup denganmu . Lima tahun aku sudah bersabar menghadapimu , kututup telinga ketika teman teman kerja menanyakan anak yang tak juga bisa kau berikan kepadaku . Kau buat ibu dan adikku menjadi pengemis di rumahnya sendiri . Cukup ... cukup ... aku lelah ! "
Sofi dan Vina saling memandang , ada sorot bahagia di mata mereka . Akhirnya Gibran sudah ada pada titik jenuhnya . Sepertinya usaha mereka untuk menyingkirkan Gista akan segera membuahkan hasil .
" Jangan bicara seperti itu Gibran , kalian sudah melewati lima tahun bersama . Gista juga sudah menjadi putri ibu "
" Jangan bela dia lagi Bu ! Sekarang dengarkan ini Gista Nur Aprilia aku jatuhkan talak tiga kepadamu . Mulai detik ini kau bukanlah istriku lagi , dan kau bukanlah tanggung jawabku lagi ..... "
Gibran sekilas memejamkan matanya , sangat berat untuknya mengambil keputusan itu . Tapi sudah lama ia memendam semua di hatinya , dan ia ingin terbebas dari rasa tidak nyaman hidup dengan istrinya .
Hampir semua istri dari rekan kerjanya berpenampilan cantik dan modis . Berbeda dengan Gista yang selalu tampil apa adanya , seolah olah ia tidak bisa membelikan sang istri barang barang mahal seperti rekan yang lain .
Secara tidak langsung Gista sudah membuatnya malu . Sia sia ia bekerja keras selama ini , apapun yang ia lakukan seperti tidak ada gunanya . Bahkan ibu dan adiknya pun selalu mengeluh kekurangan uang .
Berkali kali ia menghela nafasnya , Gibran berusaha yakin jika inilah jalan terbaik untuknya dan Gista . Mungkin akan ada jalan bahagia untuk mereka setelah ini .
" Kau tidak ingin mengatakan apapun ?? Apa kau sudah menyadari kesalahannya selama ini ?? " tanya Gibran yang melihat istrinya masih duduk dan bungkam .
" Sudah kau ucapkan Mas , jika aku membela diri pun kau tak akan bisa menarik kata kata yang telanjur kau ucapkan.... "
" Tenang saja kau sudah hidup lima tahun denganku . Kau tidak akan keluar dari rumah ini dengan tangan kosong ! "
Gibran mengambil ponselnya sepertinya ia sedang mengetik sesuatu .
" Aku sudah transfer lima ratus juta ke rekening kartu yang biasa kau bawa , bawa semua perhiasan yang kau punya dan mobil yang di bawa Pak Kris juga aku berikan padamu . Kau bisa memilih salah satu rumah di perumahan perumahan yang sedang aku bangun . Tinggallah di sana , kurasa itu semua cukup untuk memulai hidupmu yang baru "
Gista hanya menanggapi semua kata kata suaminya dengan seulas senyum , tapi ia tetap tak bisa menyembunyikan air matanya .
" Aku memberi waktu semaumu untuk tinggal disini dan berkemas . Malam ini aku tinggal di hotel .... "
" Kami ikut Mas !! Vina takut kalau Mas nggak ada di rumah "
" Ya sudah kau dan ibu ikut Mas, sementara kita tinggal di hotel saja , biar Mbak lnem yang nanti mengurus baju ganti kita "
Gibran , Sofi dan Vina berbalik badan dan berjalan menuju pintu keluar . Tapi langkah mereka terhenti ketika mendengar Gista memanggilnya .
" Tunggu Mas .... "