Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja harus menjadi pengasuh 3 anak CEO nakal yang tiba-tiba sangat lengket padanya?
Rosetta, seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun, adalah putri seorang bupati yang memiliki keinginan untuk menjalani hidupnya sendiri. Namun ayahnya telah membuat keputusan sepihak untuk menjodohkan Rosetta dengan seorang pria tuatua bernama tuan Bramasta, yang memiliki usia dan penampilan yang tidak menarik. Rosetta sangat enggan dengan keputusan ini dan merasa bahwa ayahnya hanya menggunakan dia sebagai alat untuk meningkatkan karir politiknya.
Hingga puncaknya Rosetta memutuskan untuk kabur dari rumah. Di sisi lain ada Zein arga Mahatma, seorang bussiness man dan single parents yang memiliki tiga anak dengan kenakalan di atas rata-rata. Karena kebadungan anak- anaknya juga tak ada yang sanggup untuk menjadi pelayan di rumah nya.
Dalam pelarian nya, takdir mempertemukan Rosetta dan ketiga anak Zein yang nakal, bagaimana kah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter : 07
Rosetta langsung melongo mendengar angka yang di sebutkan oleh Zein. "M- maksud mu lima puluh juta?! " suaranya hampir melengking, tak percaya. What the? seberapa kaya sebenarnya orang ini? bahkan mengasuh anak artis atau seleb saja tidak segitu nominalnya? wah om ini benar-benar tidak bisa diremehkan kalo soal harta, lihat saja rumahnya pun gedongan di perumahan elit gini, gumam Rosetta dalam hatinya. Investasi besar! ini keberuntungan untuk nya, meskipun dia kabur dariu rumah ayahnya, dia tidak akan hidup kekurangan, wahahaha! Rosetta memperagakan bagaimana para penjahat yang ada di film- film kalau tertawa setelah mengalahkan musuh.
Namun yang Zein lihat justeru seperti wanita yang kehilangan setengah akalnya. "Are you okay? "
Mendengar pertanyaan seperti itu, Rosetta lantas berhenti dari aksi nya yang terlihat bodoh di mata Zein. "Tentu saja dong om-- eh maksud ku pak, oke banget aku. Gimana gak oke, gaji ku aja sama kaya gajinya raffi ahmad perjam yuhuhu! " Rosetta tertawa sengklek, Zein yang melihat menggosokkan bahu, karena merinding.
"Tapi beneran pak lima puluh juta? " tanya Rosetta lagi, seperti menegaskan. Jaga- jaga kan, karena mereka baru kenal. meski anak- anak ini baik padanya belum tentu ayahnya.
"Ya, begitu, " Zein menanggapi tanpa terlihat mempengaruhi reaksi Rosetta. "Kau bisa mulai besok, " tambahnya sambil menatap Rosetta dengan serius.
"Waw... itu sama sekali... sama sekali tidak terduga! " Rosetta belum bisa menahan diri, rupanya dia masih dalam euphoria kegembiraan nya. "Tapi... apakah aku benar-benar layak dengan nominal sebesar itu? aku kan belum berpengalaman dan baru pertama kali menjadi pengasuh, "dia mulai ragu kembali, menyadari tanggung jawab yang mengintainya.
Zein melipat tangan di depan dada. " Sebenarnya ini bukan soal pengamanan, tapi ini lebih ke anak- anakku yang menyukai mu. Dan itu sudah cukup bagiku, " ucapnya dengan mantap. "mereka membutuhkan orang yang peduli dan aku melihat nya dalam dirimu.
Rosetta tersenyum, merasa hangat memenuhi dadanya ketika mendengar pujian itu. Dalam hati dia merasa terharu. Meski awalnya di terjebak dalam situasi konyol, sekarang dia bisa mendapatkan hal yang diimpikan nya, bekerja sekaligus mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Persis seperti motto hidupnya yaitu terbang bebas dan memegang kendali atas dirinya sendiri.
Di sisi lain, Alvaro dan Alaska mulai berbisik dengan Chiara, mencoba menyusun rencana. "Selama kak sissy tinggal di sini, kita harus pastikan dia betah!" seru Alvaro bersemangat. "Kita bisa bantu dia dalam segala hal! "
Alaska menganggukkan setuju. "Betul, kita bisa jadi tim! " Lalu ketiga nya menoleh menghadap Rosetta.
"Kak sissy!"
Atee sissy!"
Mereka saling menatap dan mengangguk. "Kami akan membantu mu! "
Rosetta yang melihat kelucuan tingkat kuadrat itu, merasa terpingkal. "Baiklah, tim kecil, mari kita atur semuanya mulai dari sekarang! " semangat nya mulai membara, seolah anak- anak ini adalah bahan kayu bakar yang menyalakan api unggun semangat nya.
"Dan satu lagi. " Zein menyela. "Kau harus bisa menjaga ketiga anakku dengan baik. Jika sampai mereka tidak sehat atau terluka, aku tidak ragu untuk memberikan mu hukuman. "Tatapan serius nya menggambarkan bahwa dia sangat serius dengan pernyataannya.
"Duh tenang saja om! aku pasti bisa!" Rosetta mengangkat jari telunjuk di depan wajahnya. Berjanji sambil tersenyum lebar. "Memangnya siapa sih yang berani melukai anak- anak manis ini, ya kan? " kata Rosetta sambil menguyel- nguyel pipi ketiga anak itu, hingga mereka berempat tertawa serempak.
Zein hanya memperhatikan nya dengan tangan yang masih setia di depan dada, senyum pria itu terlihat skeptis. "Aku tidak yakin gadis aneh. Kau tidak tahu saja anak- anak ini bisa berubah. Malam ini mungkin mereka masih bersikap manis, tapi besok? huh? bisa saja mereka menjadi monster yang mengerikan. " gumamnya dalam hati. Meski mempercayai gadis ini karena kedekatan dia dengan anak-anaknya, Zein masih memiliki keraguan jika mereka masih akan tetap jinak di bawah pengasuhan gadis aneh ini. Karena sepanjang ia mendengar cerita tentang pengasuh- pengasuh anak- anaknya ini tak ada yang kuat dengan tingkah mereka. Tapi semoga saja yang ini beda, jujur Zein pun sudah lelah jika harus mencari pengasuh lagi.
Tapi tetap saja dia ingin melihat sisi nakal anak- anaknya yang akan menjahili gadis lugu ini sampai menangis, pasti akan sangat seru. Zein sudah bisa membayangkan di otaknya membuat ia ingin tertawa.
"Puffft! "
Melihat ayah mereka yang sedang menahan tawa sontak membuat Alvaro, Alaska, dan Chiara menoleh secara bersamaan. "Papa kenapa?! " tanya mereka serempak.
Menyadari ia yang seperti orang bodoh, Zein dengan cepat menetralkan raut wajahnya kembali. "Tidak... papah tidak apa- apa, " katanya dengan raut yang kembali serius, jangan sampai anak- anaknya tahu apa yang dia pikirkan.
"Ekhem, baiklah. Untuk mu pengasuh baru, sebaiknya kau istirahat malam ini. Besok akan ada banyak pekerjaan untuk mu. "
Rosetta mengangguk dan tersenyum senang. Bersama ketiga anak- anak itu mereka bersorak-sorai dan kompak berjalan ke kamar.
"Hei mau kemana kau?! " suara bariton Zein menginterupsi langkah mereka.
"Apa lagi? tidur kan? " tanya Rosetta, bingung.
"Iya, tapi tidak di sana juga. Kau tidur di sofa! "
"What? " Rosetta tercengang tidak percaya. "Di sini, di sofa ini? "
"Iya, kamarmu belum di siapkan. Jadi kau tidur di sofa dulu! "
Rosetta mencebik, mengerucutkan bibirnya tapi meski begitu dia tetap mengikuti perintah.
"Tidak apa- apa, Sissy! ini demi lima puluh juta perbulan! " ucapnya dalam hati sambil menarik napas panjang dan mengeluarkan nya perlahan, berusaha menghilangkan dongkol untuk pria tak berperasaan di depannya ini.
Rosetta tersenyum, tapi terasa sekali dia memberikan senyuman yang sarkastis dan kecut. "Baiklah om tampan-- eh maksud ku, pak. Aku akan tidur di sini sesuai perintah bapak."
Zein berdecak. "Saya bukan bapak mu!" keluar juga kata bakunya itu.
"Ya sudah om. *
" Saya juga bukan om mu. "
"Lalu apa dong? calon imam? -- eh!" Rosetta keceplosan lagi dan untuk yang kesekian kalinya, refleks dia menutup mulut dengan pipi merona.
Sementara anak- anak Zein tertawa melihat perdebatan ayah mereka dengan gadis cantik yang sekarang menjadi pengasuh mereka itu. Zein langsung melotot pada anak-anak nya, isyarat agar mereka segera masuk. Alvaro bergegas mendorong adik- adiknya dan menutup pintu.
"Aduh pak, maaf. Mulut saya memang selalu keceplosan gini. Duh jangan bilang ke istri bapak ya? sumpah Demi Squidward, saya gak ada niat jadi pellakor kok, suer!" Rosetta mengacungkan kedua jarinya.
Zein hanya bisa geleng-geleng kepala, ada- ada saja tingkah ajaib gadis aneh ini. "Tenang, saya juga belum menikah... lagi. "
"Eh beneran? " wajah Rosetta malah seketika jadi berbinar. "berarti om duda dong? "
Rosetta lantas mengedip- ngedipkan matanya, membuat Zein berjengit ngeri.
"Apa?! "
"Ke pasar beli kedondong, pulangnya membeli jamu. Boleh dong aku jadi istri baru mu? " kata gadis itu sambil mengedip- ngedip manja.
*****