Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Drama di pagi hari
Arsenio menatap tajam Raina , yang tertunduk. dia memperhatikan penampilan Raina, yang entah mengapa begitu lebih menarik menurutnya.
Arsenio pun mencoba menghiraukan pikirannya, yang seakan memuji Raina. dia memutuskan untuk, duduk dan segera sarapan.
"Lain kali hati-hati." ucap Arsenio, ketika melewati Raina.
Raina membelalakan mata, melihat sikap Arsenio. seketika dia pun menatap Arsenio, penuh kekesalan.
"Semudah itu, kamu bilang hati-hati! Padahal kamu sendiri, yang membuat jalan ku sakit seperti ini!" gerutu Raina, di dalam hati.
Arsenio menatap Raina, dengan tatapan sulit di artikan. hal itu pun membuat Raina, semakin kesal pada Arsenio.
Arsenio pun segera duduk, dan menyantap sarapannya. dia sama sekali tidak memperdulikan Raina, yang terlihat kesal kepadanya.
"Nona sebaiknya, anda segera sarapan dulu." Dila yang mengerti akan sikap Raina, segera mengalihkan perhatiannya. dia pun, mencoba membantu Raina.
"Aku bisa sendiri, Dila." ucap Raina, menolak bantuan dari Dila.
Dila pun mengangguk pelan. dia hanya bisa memperhatikan Raina, yang berjalan sedikit tertatih menghampiri meja.
Dila dan Morgan yang berada di sana, hanya bisa saling tatap. mereka sebenarnya penasaran dengan apa yang sebenarnya, terjadi pada Raina.
Suasana di ruang makan, terasa sepi. sebab Dila dan Morgan memutuskan untuk pergi, dari sana.
"Hari ini, pergilah ke mall bersama pelayan. Belilah keperluan mu, di sana." ucap Arsenio, membuka pembicaraan.
Raina menghentikan sarapannya. dia menatap tajam Arsenio, yang berbicara tanpa menatap ke arahnya.
"Aku tidak mau." jawabnya ketus.
Arsenio menatap tajam Raina. "Kenapa?" tanyanya dingin.
"Apa kamu tidak melihat keadaan, ku? Untuk berjalan saja, aku masih sakit. Apalagi, harus berjalan jauh!" jawab Raina, ketus.
Arsenio tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat. dia sebenarnya kasihan, pada Raina yang kesakitan karena ulahnya.
"Apa benar-benar terasa sakit?" tanya Arsenio, memicingkan mata.
Raina mengepalkan tangan. dia benar-benar kesal, dengan sikap dan perkataan Arsenio. dia pun beranjak dari duduknya, dan pergi dari sana.
"Aku belum selesai berbicara dengan, mu!" seru Arsenio, dengan nada dingin.
Raina menghentikan langkahnya. " Apa yang ingin kamu katakan lagi? Aku lelah, ingin segera beristirahat."
Arsenio beranjak dari duduknya. dia pun menghampiri Raina, dan tidak di sangka Arsenio langsung menggendong Raina ala bridal style.
"Turun kan, aku!" pekik Raina, mencoba berontak.
"Kamu bilang, jika untuk berjalan kaki saja sakit. Maka dari itu, aku ingin membantu, mu. Anggap saja, semua ini adalah permintaan maaf ku, karena sudah membuat mu seperti ini." ujar Arsenio tegas.
Raina seketika terdiam. dia pun terlihat pasrah, saat Arsenio menggendongnya menuju ke kamarnya.
Sesampainya di dalam kamar, Arsenio pun membantu Raina untuk duduk di ranjang. dengan sangat hati-hati Arsenio, membantu Raina.
"Beristirahat lah. Jika ada apa-apa, hubungi saja aku." ucap Arsenio, menatap sekilas pada Raina.
"Bagaimana caranya ku, menghubungi mu? Untuk nomor mu saja, aku tidak punya?"
Arsenio terdiam. dia hampir saja melupakan hal itu. tak menunggu lama, Arsenio mengambil ponsel milik Raina dan menyimpan nomornya.
"Sudah ku simpan." ucap Arsenio, memberikan ponsel milik Raina.
Raina mengambilnya. dia pun menatap layar ponselnya, yang sudah tertera nama dan nomor ponsel Arsenio.
"My husband." ucap Raina pelan.
Seketika Raina membulatkan matanya, saat baru mengetahui arti dari tulisan itu.
"Aku rasa, nama itu tidak cocok untuk mu. Sebaiknya aku mengganti nama ini, dengan 'Beruang kutub'...." sambung Raina, melirik sekilas pada Arsenio.
Arsenio seketika menghentikan langkahnya. dia menatap tajam Raina, yang sedang mengotak-atik ponselnya.
"Jika kamu berani mengubah nama itu. Maka bersiaplah, nanti malam aku akan memberikan mu hukuman, lebih dari semalam!" ujar Arsenio, dengan nada mengancam.
Raina refleks menghentikan jarinya, yang sedang mengetikan sesuatu. dia menatap Arsenio, yang kini sedang memperhatikannya.
"Aku hanya ingin menambahkan icon saja, tidak lebih." balas, Raina acuh.
Melihat Sikap Raina seperti itu, membuat Arsenio sedikit kesal. sikap Raina benar-benar berubah, setelah kejadian semalam bersamanya.
Tanpa berkata lagi, Arsenio segera keluar dari kamarnya. dia pun terlihat sedikit berpikir, di sela langkahnya.
Raina bernafas lega. dia melihat layar ponselnya kembali. seketika Raina pun tersenyum tipis, melihat nama kontak Arsenio.
"Aku bingung, dengan sikap mu. Terkadang kamu kejam, baik, perhatian. Sebenarnya, bagaimana perasaan mu saat pada ku, Ar... senio?" gumam Raina, pelan.
Bahkan bukan itu saja, Raina merasa jika diantara dirinya dan Arsenio sudah tidak merasa canggung lagi. namun tetap, aura Arsenio jika sedang marah selalu membuat Raina, selalu ketakutan.
Setelah mengantarkan Raina ke kamarnya, Arsenio pun segera berangkat ke kantor bersama Morgan. namun sebelum pergi, Arsenio meminta kepada anak buahnya untuk menjaga keamanan Raina.
Siang ini Raina merasa bosan, hanya berdiam diri saja di kamar. dia pun mencoba untuk keluar, dari kamar. bahkan rasa sakit pada bagian intinya kini sudah membaik, Raina berencana untuk melihat pemandangan di taman belakang.
"Nona anda mau kemana?" Tiba-tiba Dila muncul, menghampiri Raina.
"Aku bosan Dila. Aku ingin, ke taman belakang ." jawab Raina.
Dila pun tersenyum. "Kalau begitu, biar saya temani Nona."
Raina tidak menolak. justru dia sangat senang, karena di temani oleh Dila.
Mereka pun berjalan bersama-sama, ke taman belakang. di sana Raina pun menikmati suasana, yang membuat hatinya sedikit bahagia.
Namun tidak berselang lama, kebahagiaan yang di rasakan Raina tiba-tiba berubah menjadi sedikit tegang.
Kini Raina kedatangan tamu, yang harus dia hindari.
"Akhirnya aku menemukan, mu!" Andreas dan Joana tiba-tiba saja muncul, di hadapan Raina. mereka pun menatap Raina, dengan tatapan sulit di artikan.
"Kalian...." Raina yang sedang duduk pun, langsung berdiri. dia menatap, Andreas dan Joana bergantian.
"Kenapa? Sepertinya, kamu tidak suka dengan kedatangan kami?" Dengan nada tidak suka, Joana pun mendekati Raina dan menatapnya tajam.
Raina melirik ke arah Dila, yang ketakutan. sebenarnya Dila khawatir, jika Joana dan Andreas akan melakukan hal buruk pada Raina.
"Apa Arsenio, sudah bercerita siapa kami?" tanya Joana, berjalan mengelilingi tubuh Raina.
Raina mengangguk pelan.
Joana tersenyum sinis. "Aku sedang berbicara kepada, mu! Jadi jawablah!" bentaknya kesal.
Raina memejamkan matanya, saat mendengar nada bicara Joana meninggi. dia pun akhirnya, menjawab pertanyaannya Joana.
"Aku sudah tahu siapa, kalian. Kamu adalah istri dari papahnya Arsenio, yaitu Tuan Andreas." papar Raina, sekilas melirik ke arah Andreas yang menatapnya tajam.
Joana tersenyum miring. "Bagus. Dan kedatangan kami kesini, ingin mengajak mu untuk datang ke rumah. Jadi...jangan mencoba menolaknya."
Raina seketika terdiam. dia menjadi teringat akan pesan dari Arsenio, yang harus menghindari mereka berdua. namun kini Raina merasa bingung, jika harus menolak permintaan mertuanya itu.
"Jangan banyak berpikir. Kami hanya ingin, merayakan momen ini. Sebab bagaimana pun juga, kamu adalah bagian keluarga kami." seru Andreas, ikut membuka suaranya.
Raina semakin bingung, harus berbuat apa. kini dia pun memutuskan, untuk menghubungi Arsenio terlebih dahulu.
"Aku akan meminta izin, pada suami ku dulu. Jika dia mengizinkan, maka aku akan ikut dengan kalian." ucap Raina tegas.
Andreas dan Joana terlihat kesal. ternyata mereka salah menilai Raina, yang terlihat polos namun ternyata, lebih waspada.
"Sepertinya kamu mencurigai, kami? Apa kamu takut pada, kami?" Andreas mencoba mempengaruhi, pikiran Raina.
Raina yang sedang mengotak-atik ponselnya pun, menghentikan gerakkannya.
"Tidak ada salahnya, aku meminta izin pada suami, ku. Jadi... aku akan tetap menghubungi suami, ku." jawab Raina, tetap pada pendiriannya.
Andreas mengepalkan tangan. dia benar-benar kesal, pada Raina. sebab dia masuk ke rumah Arsenio, harus melewati drama terlebih dahulu. namun usahanya sia-sia, saat melihat sikap Raina yang begitu tegas.
"Halo, sayang." Raina pun menyapa Arsenio dari seberang telepon. meskipun sebenarnya, kini jantungnya berdebar kencang.
Dila yang berada di belakang, tersenyum tipis melihat Raina menyapa Arsenio, dengan embel-embel sayang.
makin seru ceritanya
seru banget ceritanya 😁😍
semangat