SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perampok
Sementara Zian yang sedang berada di luar kota itu sedang uring-uringan memikirkan Naya. Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak beberapa hari belakangan ini jika sedang memikirkan Naya. Walaupun laki-laki itu terus berusaha menepis pikirannya, namun bayang-bayang Naya selalu menghantuinya.
Kenapa aku harus memikirkan gadis bodoh itu? batin Zian.
Zian lalu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Tolong siapkan satu tiket penerbangan untuk malam ini. Aku harus segera pulang untuk memeriksa sesuatu," ucap Zian pada orang yang diteleponnya.
Awas saja kau kalau aku sampai menemukanmu macam-macam di luar sana. Akan kubuat kau menyesal.
***
Dini hari...
Naya sedang tertidur lelap di kamarnya ketika samar-samar telinganya menangkap suara yang aneh berasal dari arah lantai bawah. Gadis itu terlonjak kaget, membulatkan matanya mendengar suara berisik itu.
Suara apa itu? Apa itu suara hantu? Ah, tidak-tidak! Apa jangan-jangan ada perampok yang masuk ke rumah ini. batin Naya.
Gadis itu kemudian bangkit, lalu mengambil sapu. Pelan-pelan Naya menuruni tangga menuju lantai bawah. Matanya membulat sempurna melirik kesana-kesini, mencari objek yang sebenarnya tidak ingin dilihatnya.
Suara dari arah dapur semakin terdengar jelas, seperti suara sedang mengotak-atik sesuatu. Naya melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah dan mencoba menajamkan pendengarannya.
Sekarang aku yakin pasti ada pencuri masuk ke rumah ini. Bagaimana ini? Kalau mereka membunuhku bagaimana? Ah, tapi lebih baik aku dibunuh perampok itu daripada dibunuh Zianku kalau barang-barang di rumahnya habis dicuri.
Gadis itu memberanikan diri mengendap-endap masuk ke dapur. Lampu rumah yang dimatikan sebagian membuat pencahayaan rumah itu menjadi temaram.
Hingga Naya melihat seseorang yang dia yakin adalah seorang laki-laki tinggi menjulang sedang berdiri di depan kulkas. Dengan menahan ketakutannya, Naya mendekati orang yang dipikirnya adalah perampok itu dari belakang, lalu sekuat tenaga menghantamkan gagang sapu ke tubuh orang itu.
PLAK PLAK PLAK
Naya memukuli orang itu membabi buta, tidak peduli apapun yang akan terjadi padanya nanti.
"Rasakan kau, kau mau mencuri apa di rumah ini?" kata Naya seraya memukul orang itu dengan sapu tanpa ampun.
"Hentikan!" teriak pria itu.
"Apa? kau memintaku berhenti memukulimu? Enak saja, aku akan memukulimu sampai mati. Siapa suruh kau mau mencuri di rumah ini," kata Naya yang terus menghujani orang itu dengan gagang sapu.
"NAYAAA!!" teriak orang itu dengan suara menggelegar.
Hah, darimana perampok ini tahu namaku?
Naya membulatkan matanya. Mencoba mengingat suara teriakan yang tidak asing itu. Namun, tangannya tidak berhenti memukuli orang itu.
"Hentikan gadis bodoh! Apa yang kau lakukan?" teriak laki-laki itu lagi.
Oh, tidak! Aku pasti sudah gila. Kenapa aku seperti mendengar suara Zianku.
Laki-laki itu merebut sapu yang dipegang oleh Naya, lalu pergi ke sudut ruangan untuk menyalakan lampu.
Alangkah terkejutnya gadis itu melihat siapa yang sedang berdiri di hadapannya. Naya menganga tak percaya melihat Zian yang berdiri di hadapannya dengan wajah yang sangat kesal.
Tamatlah riwayatku. Sekarang aku benar-benar butuh pintu kemana saja milik Doraemon.
"Sa-sa-say..." panggil Naya terbata-bata.
"JANGAN PANGGIL AKU SAYANG!!" teriak Zian ketika mendengar Naya akan memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Su-su-suam..."
"JANGAN PANGGIL AKU BEGITU!!" teriaknya lagi.
"Hehe, Zianku..."
Zian yang sudah sangat kesal itu kembali berteriak kencang seakan suara teriakannya mampu merobohkan rumah itu.
"AKU BUKAN ZIANMU!!" teriak Zian lagi membuat Naya menutup telinganya dengan telapak tangannya.
"Ka-kau sudah pulang?" tanya Naya dengan suara terbata-bata dan mata berkaca-kaca.
Karena tidak bisa lagi menahan kerinduannya yang terasa naik ke ubun-ubun, Naya langsung memeluk Zian dengan eratnya, membuat laki-laki itu gelagapan. Hampir sebulan lamanya Zian pergi meninggalkan Naya tanpa memberi kabar.
Zian berusaha melepaskan tangan Naya yang melingkar di tubuhnya, namun gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Lepaskan! Jangan sentuh aku!" bentak Zian, namun Naya enggan melepasnya.
Walaupun kau membunuhku, aku akan tetap memelukmu. Bolehkan aku melampiaskan kerinduanku walaupun hanya beberapa detik. batin Naya.
"Apa kau tidak merindukanku? Aku sangat merindukan teriakanmu," kata Naya dengan suara lirihnya.
"Lepaskan!! Kalau kau tidak melepaskanku, aku akan mengusirmu dari sini besok pagi." Mendengar ancaman mematikan itu, Naya segera melepaskan pelukannya, menyembunyikan air matanya yang berguguran.
"Maaf, aku terbawa suasana..." ucap Naya seraya tersenyum.
"Jangan senyum!! Jelek!!" ujar Zian ketus.
Zian memegangi beberapa bagian tubuhnya yang sakit akibat dipukul Naya dengan sapu, membuat gadis itu merasa sangat bersalah.
"Mau aku pijat?" tawar Naya dengan suara lembutnya.
"Tidak! Aku tidak sudi disentuh olehmu." Pria itu menepis tangan Naya yang akan menyentuhnya lagi.
"Baiklah..."
"Kau kemana saat aku tidak ada? Tadi Dimas bilang kau tidak ada di rumah, padahal sudah malam," tanya Zian
Naya tersentak mendengar pertanyaan dari suaminya itu. Pasalnya dia tidak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Tidak mungkin dia bilang seorang laki-laki menolongnya dan membawanya ke rumah sakit.
"Itu... Aku pergi ke..." Naya menggantung ucapannya sambil garuk-garuk kepala, tidak tahu harus menjawab apa.
"Kemana? Bersenang-senang dengan teman-temanmu? Kau memanfaatkan kepergianku dengan baik rupanya." Mendengar ucapan Zian itu, Naya menggeleng dengan cepat.
"Tidak, aku tidak bersenang-senang..."
"Lalu kau kemana?" Tatapan Zian semakin mengintimidasi. Naya pun semakin ketakutan menatapnya. Sekali lagi gadis itu hanya dapat menundukkan kepala.
"Sudahlah percuma saja bicara denganmu."
Zian lalu beranjak meninggalkan gadis itu menuju kamarnya, membanting pintu dengan keras. Naya terlonjak kaget mendengar suara pintu yang dibanting itu seraya mengusap dadanya. Dia masih berdiri mematung di dapur dengan menahan air matanya.
Tidak lama kemudian, gadis itu beranjak menuju kamarnya, kemudian berdiri di hadapan sebuah cermin kecil yang menggantung di dinding.
"Kenapa aku merasa Zianku semakin membenciku, apa aku sangat jelek?" Naya mengamati wajahnya melalui pantulan cermin, "Tidak juga, aku rasa wajahku lumayan cantik... hanya saja agak pucat," gumamnya.
Gadis malang itu lalu membaringkan tubuhnya di kasur lusuhnya, meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan.
Tidak, aku tidak menyedihkan! Aku gadis yang paling beruntung di dunia. Aku masih bisa bernafas, aku masih bisa makan, aku masih berdiri diatas kakiku sendiri. Di luar sana banyak orang yang nasibnya lebih malang dari aku. Aku beruntung karena memiliki Zianku. Walaupun dia menolakku, tapi aku yakin suatu hari nanti dia pasti akan menerimaku. Aku akan menunggu dengan sabar sampai hari itu tiba.
****
Pagi harinya, seperti biasa Naya terbangun dan langsung menjalankan aktivitasnya. Senyumnya yang penuh semangat mengalahkan segalanya.
Gadis itu mulai terbiasa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Zian baru saja selesai mandi langsung duduk di meja makan.
"Selamat pagi," ucap Naya seraya menunjukkan senyum indahnya saat melihat Zian duduk di meja makan.
"Hmm..."
Naya meletakkan kopi buatannya di atas meja, kemudian melanjutkan pekerjaan lainnya di dapur. Zian menatap Naya yang sedang membelakanginya.
Aku pikir dia akan mengeluh. Semua pekerjaan itu pasti tidak biasa dia lakukan. Tapi kenapa dia terlihat sangat menikmatinya? batin zian.
"Ini uang bulananmu, gunakan seperlunya," ucap Zian seraya menyerahkan sebuah amplop.
"Tidak usah. Uang yang kau berikan waktu itu masih ada."
Masih ada? Aku kan hanya memberinya sedikit uang? Aku pikir dia akan menghabiskan uang itu hanya dalam beberapa hari saja.
"Kau ambil saja. Simpan untuk keperluanmu," Setelah memberikan amplop itu, Zian segera beranjak meninggalkan rumah itu.
Naya menatap amplop di atas meja itu dengan perasaan sedih.
Kau kan bilang akan mengusirku kalau aku menghamburkan uangmu.
***
BERSAMBUNG
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣