Takdir seakan mempermaikan kehidupan Syakira Anastasia. Kehidupannya yang bergelimang harta, terlahir dari keluarga mapan, gak pernah sekali pun membuatnya menangis karena derita.
Namun takdir membawanya pada seorang pria beruban, dengan fisik bak pria matang.
Membawanya pada hubungan yang gak pernah ia bayangkan. Mampu kah Syakira menjalani perannya sebagai seorang istri di usia labilnya? Atau berakhir menderita seperti yang di inginkan Jims Prayoga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Ternyata orangnya Jims!
Kreeeeek.
Jims menarik handle pintu, membuatnya terbuka lebar. Dengan Syakira yang tertinggal jauh di belakang Jims, sementara pria berambut putih itu belum menyadarinya.
“Apa Tuan butuh sesuatu?” tanya Rio, salah satu dari 4 pria tegap yang berjaga di depan pintu.
Jims menoleh, dengan satu tangan berada di dalam saku celananya.
“Di mana, Danu?” tanya Jims dengan sorot mata mengedar.
“Ada di ruang istirahat, Tuan! Mau saya panggilkan, Tuan?”
“Boleh!”
“Tuan tunggu sebentar!” Rio membungkuk hormat, sebelum meninggalkan Jims.
Seiring dengan langkah Rio yang menuju ke ruang peristirahatan para penjaga. Menyisakan 3 para penjaga lainnya.
Jims kembali mengedarkan pandangannya, menatap langit yang gak lagi cerah, dengan awan keemasan bak lukisan alam yang sayang jika di lewatkan.
Hembusan angin yang begitu menyejukkan, seakan mampu menyentuh hatinya yang kini merasa sedikit lega.
Sementara ke tiga pria berbadan kekar, kini memusatkan perhatian mereka pada sang bos besar.
“Tuh kan benar, Tuan Yoga ternak kecebong. Setelan yang Tuan pakai aja udah ganti.” bisik Agus, dengan segala keingin tahuannya.
“Sssttt pelankan suara mu, kalo Tuan marah… habis kita!” celetuk Nusi.
“Apa Tuan akan segera pergi? Lalu meninggalkan Nona Syakira di rumah ini?” tebak Ali.
Agus menggeleng dengan yakin, “Aku rasa tidak, Tuan Yoga gak sebaik itu untuk mengizinkan Nona Syakira merawat pak Bayu. Bisa runtuh dunia ini, kalo Tuan berbaik hati pada mereka.”
“Kau benar, Tuan Yoga pasti tidak akan mengeluarkan pak Bayu dari rumah sakit. Lalu mengasingkannya di rumah ini tanpa peralatan medis.” timpal Nusi.
Ali menatap ke 2 rekannya gak percaya, “Masa Tuan Yoga bisa sekejam itu? Bukannya selama ini Tuan Yoga terkenal baik, dermawan, murah hati. Gak sekali pun terlihat kejam!”
Tak.
Agus menjitak kepala Ali cukup kencang, “Kau ini tau apa! Kau kan belum lama bergabung dengan kami!”
Ali meringis dengan tangan mengellllus kepalanya yang di jitak Agus.
“Aiihhhss gak bisa gitu, ngomong aja gak usah pake jitak! Tangan mu itu keras kaya batu!” sarkas Ali dengan spontan tanpa memelankan suaranya
Jims berbalik badan, tatapannya tertuju pada ke tiga pria kekar yang tengah berkerumun. Dengan tatapan keingin tahuan ke arah Jims.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Jims dengan suara tegas.
Mau tidak mau, Nusi melangkah mendekat ke arah Jims. Saat pria dingin dengan brewok itu melambaikan jari telunjuknya pada Nusi.
Nusi meringis, menggaruk kepalanya yang gak gatal.
“A- anu Tuan. I- itu si Ali, dia menanyakan Nona Syakira yang gak ikut ke luar bersama Tuan.” seru Nusi, menunjuk ke arah Ali dengan sedikit rasa bersalah.
‘Maaf Ali, tapi ini semua juga bermula dari mu. Kalo pun aku kehilangan pekerjaan, aku tidak sendiri.’ batin Nusi.
Orang yang tengah di bicarakan akhirnya datang. Mereka gak ada yang tau, butuh usaha bagi Syakira untuk dapat mengikuti langkah Jims. Terlebih dengan cara berjalan Syakira, wanita itu harus menaaahan sakit yang luar biasa pada selanggggkang nya, merasakan bengkak pada innnnti nya.
Jims menatap sinis Syakira dari ujung kepala hingga ujung kaki, ‘Keluarga licik, sekarang Kira pasti sedang mencoba menarik perhatian anak buah ku! Dengan memasang wajah memelas! Berpura pura menjadi wanita lemah!’
Syakira mengerdikkan kepalanya pada Jims, dengan jemarinya yang meremasss dress yang ia kenakan. Mengumpulkan keberanian yang ia miliki untuk bertanya pada Jims.
“A- ada apa? Ka- kau butuh sesuatu, om?” ucap Syakira dengan tertekan, namun sayangnya Jims gak memperdulikannya.
“Apa dia rekan baru kalian?” tanya Jims, begitu Nusi sudah berdiri di depannya.
“Iya Tuan, Ali belum lama bergabung dengan kami. Jadi masih banyak hal yang gak ia ketahui tentang Tuan.” oceh Nusi panjang kali lebar.
Pluk pluk pluk.
Jims menepuk bahu Nusi, “Sedikit yang ia ketahui, itu akan jauh lebih baik bagi keselamatan nya! Kau mengerti maksud ku kan, Nusi!” bisik Jims.
“Saya mengerti, Tuan!”
“Bagus!”
Tanpa mempedulikan anak buahnya yang berkeringat dingin, Jims melangkah menghampiri Syakira, menarik wanita itu ke dalam rangkulan nya.
‘Gak ada yang boleh memberikan perhatian lebih pada wanita ku!’ batin Jims, mencengkram erat lengan Syakira.
Syakira meringis kesakitan, saat Jims menggiringnya melangkah ke luar dari rumah.
“A- aku bisa jalan sendiri, om!” ucap Syakira dengan tatapan memelas.
“Kau ingin aku membatalkan kesepakatan kita, Kira!” ucap Jims gak ingin di bantah.
Langkah Jims dan Syakira terhenti, tepat di depan ke dua anak buahnya. Ali dan Agus.
“Ali, setiap pekerjaan pasti memiliki resiko tersendiri. Apa yang akan kau lakukan jika gagal dalam menjalankan tugas yang bos mu berikan?” tanya Jims, dengan wajah datarnya.
Ali menghembuskan nafasnya dalam, ‘Tuan Yoga sedang menguji ku, kalo sudah seperti ini. Aku harus bisa meyakinkan Tuan Yoga. Itu kan yang di pesan Rio pada ku sebelum bergabung dengan nya.’
Ali menjawab pertanyaan Jims dengan lantang dan yakin, tanpa keraguan dalam sorot matanya.
“Kalo saya gagal, pasti menyisakan kekecewaan tersendiri untuk saya, Tuan. Tapi jika di beri kesempatan, saya berjanji gak akan mengulangi kegagalan saya, Tuan. Meski nyawa saya yang menjadi taruhannya, saya rela Tuan Yoga.”
Dari arah lain, Rio dan Danu melangkah menghampiri Jims.
“Saya hadir, Tuan!” seru Danu dengan salivanya yang sulit ia telan.
Bugh.
Jims menendang salah satu kaki Danu mengarahkan nya tepat pada tulang keringnya, membuat orang kepercayaan nya itu seketika menggigit bibir bawahnya menahan sakit.
Sementara Syakira refleks menyembunyikan wajahnya tepat di dada bidang Jims, dengan kengerian yang belum seberapa yang Jims perlihatkan padanya.
“Ugghhhh!” ringis Syakira, membayangkan betapa sakitnya tendangan yang di rasakan Danu.
Jims menepuk lengan Syakira, “Ini belum seberapa!” bisik Jims, seakan tau apa yang ada dalam pikiran wanita itu.
Syakira menjauhkan wajahnya dari dada bidang Jims, memilih mengarahkan pandangan nya pada lantai yang ia pijak.
‘Benar benar manusia gak punya hati!’ pikir Syakira.
“Maaf kan saya, Tuan. Saya tidak akan membuat Tuan menunggu lagi!” oceh Danu, sadar akan kesalahannya.
Ali membola, ‘Astagaaa kengerian apa lagi yang akan aku saksikan dari Tuan Yoga, Tuan yang aku anggap baik, dermawan, bermurah hati. Sepertinya gak ubahnya binatang yang tengah berhadapan dengan mangsanya. Apa aku sederamatis situ ya? Hebat juga kalo Nona Syakira bisa bertahan dengan tuan Yoga.’
Suara gerbang di buka mengalihkan pusat perhatian semua orang.
Sebuah mobil boks dengan tanpa halangan baru aja melewati gerbang berwarna hitam, lalu berhenti di belakang mobil yang sebelumnya di tumpangi Jims.
Mesin mobil yang semula menderu kini mati, gak lama seorang wanita dengan topi di kepalanya, turun dari kursi penumpang.
“Kau di sini rupanya, Jims!” seru Eli, memusatkan perhatiannya pada Jims.
Jims kembali menggiring Syakira mendekat ke arah dokter Eli. Wanita bertopi dengan gelar dokter bedah nya itu melangkah ke arah bagian belakang mobil boks.
Syakira menggigit bibir bawahnya, menahan sakit setiap kali ia melangkah, namun nyalinya begitu ciut untuk mengeluh sakit pada Jims.
‘Apa aku gak salah lihat, dokter Eli yang aku lihat di rumah sakit, ternyata orangnya Jims? Jadi bukan hanya Danu, si polisi gadungan dan suster Ratna aja.. atau jangan jangan masih ada lagi orangnya Jims yang berkeliaran di sekitar ku?’ batin Syakira, dengan tangannya yang mencengkram erat jas yang membalut tubuh kekar Jims.
“Apa kau bawa yang aku inginkan, Eli!” tanya Jims, mengabaikan pertanyaan dokter Eli, pria dingin itu justru menatap Syakira dengan tatapan yang dalam.
‘Ada apa dengannya? Kenapa mencengkram ku dengan erat? Hah paling gak ingin jauh dari ku!’ batin Jims dengan hati melambung tinggi, akan Syakira yang gak ingin jauh darinya.
Gak ingin membuat Jims marah, Syakira memperlihatkan senyumnya, meyakinkan Jims jika ia gak apa apa.
“Buah jatuh emang gak jauh dari pohonnya, dasar wanita penggoda!” cibir dokter Eli, melihat interaksi Jims dan Syakira. Seketika membuat hatinya terbakar tanpa sisa.
Dokter Eli menggelengkan kepalanya, ‘Tidak sepantasnya kau memanjakan putri dari musuh mu, Jims! Harusnya kau siksa dia, kalo perlu kau buat menderita seperti kau siksa Sasmita sebelum ajal menjemputnya!’
“Kenapa kau menggeleng, Eli? Apa ada barang yang tidak bisa kau dapatkan?” tebak Jims.
Dokter Eli menghembuskan nafasnya kasar, dengan di bantu sang supir yang merupakan orang Jims. Membuka gembok besar yang mengunci pintu boks.
Dengan yakin Eli menjawab, dengan menggantung kalimatnya di akhir, “Semua yang kau inginkan, pasti bisa ku dapatkan dengan mudah Jims! Kecuali, ...!”
‘... hati mu, hati mu yang sukar ku dapat kan, Jims!’ imbuh batin Eli.
Sayangnya Jims gak memperdulikan perkataan dokter Eli. Pria dengan brewok tipis, di usia yang gak lagi muda itu, kini memusatkan perhatiannya pada Nusi, Rio, Agus dan Ali.
“Apa kalian akan bekerja dengan perintah ku dulu? Di mana inisiatif kalian hah?” herdik Jims dengan suara menggelegar.
“Gak bos, ini kita juga mau bantu nurunin barangnya, bos!” oceh Rio, menginstruksikan yang lainnya untuk menghampiri Jims.
‘Memang apa isinya sih?’ batin Ali penuh tanya.
Kreeeeek.
Pintu mobil boks terbuka lebar.
Bersambung…