Laura benar-benar tak menyangka akan bertemu lagi dengan Kakak angkatnya Haidar. Ini benar-benar petaka untuknya, kenapa bisa dia muncul lagi dalam hidupnya.
Ini sudah 5 tahun berlalu, kenapa dia harus kembali saat Laura akan menjalani kisah hidup yang lebih panjang lagi dengan Arkan. Ya Laura akan menikah dengan Arkan, tapi kemunculan Haidar mengacaukan segalanya. Semua yang sudah Laura dan Arkan rencanakan berantakan.
"Aku benci padamu Kak, kenapa kamu tak mati saja" teriak Laura yang sudah frustasi.
"Kalau aku mati siapa yang akan mencintaimu dengan sangat dalam sayang" jawab Haidar dengan tatapan dinginnya tak lupa dengan seringai jahatnya.
Bagaimana kah kisa selanjutnya, ayo baca. Ini terusan dari Novel Berpindah kedalam tubuh gadis menyedihkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keras kepala
"Dekati dia dengan perlahan anakku, jangan gegabah dan kita kalah. Semua rasa sakit itu harus dibalas dengan nyawa juga bukan"
"Tentu Ibu, aku tak akan diam saja membiarkan laki-laki membunuh itu hidup dengan nyaman, dia harus mati beserta istri dan keturunannya" ucapnya dengan api amarah yang begitu besar, saat ada keluarganya yang mati dengan dibunuh maka harus di balas dengan nyawa pula.
"Baguslah putraku susun rencana dengan sangat rapi. Ibu tak mau kita kalah dari mereka. Ibu ingin mereka menderita seperti apa yang kita lakukan"
"Tentu Ibu tenang saja, lebih baik Ibu sekarang istirahat"
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan, karena anak laki-lakinya itu juga sudah pergi dari dalam kamarnya. Atas kesedihan yang mendalam dirinya menjadi rapuh dan terbaring sakit.
"Lihat saja, semuanya akan terbalas dengan sangat sempurna. Haidar akan hancur dan dia akan merasakan kehilangan sama seperti aku" gumamnya dengan lemah.
...----------------...
Ria sendiri masih saja anteng diam dirumah Haidar, tak peduli dengan Haidar yang terus mengusir nya dirinya tetap ada disini. Menjadi orang tidak tahu diri itu adalah kebiasaannya yang tak bisa dirubah.
"Cepat suapi aku anggur" perintah Ria dengan angkuh.
Salah satu maid segera mendekat dan menyuapi Ria dengan takut, tak itu saja Ria menyuruh maid yang lain untuk memijat kaki, kepala dan juga tangannya. Pokoknya Ria ingin seperti orang ratu selalu dilayani dengan baik.
"Nah begini enakkan, agak lebih kencang saat memijat kepalaku"
"Aw, sakit dasar sialan" kesal Ria sambil menampar maid tadi yang memijat kepalanya dengan kencang.
"Maaf Nona, bukannya Nona yang minta ingin agak keras pijatannya" bela nya dengan takut-takut.
"Apa Nona ? Panggil aku Nyonya besar yang terhormat. Kalian harus tunduk padaku" teriak Ria tak terima.
"Hah Nyonya, tak salah dengar aku ini. Sepertinya kamu harus pergi ke dokter"
Ria memutar tubuhnya dan menatap Laura dengan kesal "Masih ada disini, pergi sana dari rumahku ini jangan terus muncul, siapa sih sebenarnya dirimu ini selalu saja ada disini menganggu saja"
"Tak usah tahu siapa aku, sana pergi dari sini menganggu saja tidurku" ucap Laura tak mau kalah juga.
Padahal kepalanya sedang pusing dan ingin banyak istirahat ini malah diganggu oleh perempuan cempreng yang terus saja berteriak.
"Aku adalah Nyonya dirumah ini jadi aku berhak untuk ada disini. Sedangkan dirimu siapa hanya anak pelayan bukan tapi laga kamu seperti seorang Nyonya rumah saja" Ria begitu angkuh, melipat tangannya dan membusungkan dadanya seperti menantang saja.
"Biar saja kalau aku anak pelayan, dari pada dirimu anak orang terpandang tapi kelakuannya seperti orang rendahan saja, membuat rusuh dirumah orang lain, mengaku-ngaku Nyonya rumah, ingin dilayani padahal bukan siapa-siapa memalukan sekali kasihan orang tuamu itu mengeluarkan uang banyak tapi anaknya malah begini tak punya sopan santun"
"Berisik, tak usah ikut campur tentang hidupku. Mau aku tak sopan atau apapun itu bukan urusanmu" teriak Ria makin menjadi-jadi. Bahkan sekarang Ria makin mendekati Laura dan menatapnya lebih dekat lagi.
Dengan sengaja Ria mendorong Laura, namun Laura sama sekali tak goyah diam saja menatap lebih tajam Ria. Membuat Ria yang tadi merasa akan menang menjadi ciut.
"Pergi sebelum aku menyeret mu. Aku ingin istirahat dan tak suka diganggu"
"Tak akan sebelum Haidar yang meminta maka aku tak akan pergi. Ini adalah rumah calon suamiku, maka aku bebas kalau ingin ada disini"
"Masih saja keras kepala, dasar tidak punya malu" geram Laura.
"Kamu yang tak tahu malu tinggal dirumah ini" bentak Ria dengan kasar, bahkan sampai menunjuk Laura.
Namun jari telunjuk itu ada yang meremas, bahkan terdengar suara patahan tulang. Membuat Ria yang merasakan itu histeris sampai tubuhnya ambruk dan meminta ampun agar dilepaskan.
"Sakit Haidar, kenapa kamu melakukan itu padaku. Aw lepaskan, hiks hiks ini sakit sekali"
Haidar berjalan dengan cepat menarik Ria keluar dari dalam rumahnya, bahkan sampai mendorongnya sampai tersungkur membuat kepalanya mencium ubin.
"Pergi dan jangan berharap untuk tinggal disini. Rumah ini sudah mempunyai Nyonya, sampai kapanpun tak akan pernah tergantikan apalagi oleh perempuan seperti dirimu"
"Apa maksud mu Haidar, kita sudah dijodohkan" Ria masih saja tak takut dan bertanya dengan air mata yang berlinang, bahkan belum bangkit masih duduk dibawah.
"Perempuan yang dirimu tunjuk adalah istriku, pergi dan jangan pernah berharap tinggal disini"
"Tidak mungkin" Ria tertawa dengan getir, bangkit mendekati Haidar namun dengan cepat Haidar mendorongnya.
Ria mengusap air matanya, menggeleng tak percaya dan menatap Haidar dengan kecewa "Aku sudah menunggu perjodohan ini sangat lama Haidar. Apa kurangnya aku, bahkan aku tak mau saat ada laki-laki yang mengajakku berkencan demi menunggu dirimu datang sebagai pangeran kudaku yang tampan"
"Tak peduli pergi" jawab Haidar dengan ketus tak mau terbantahkan sama sekali.
"Aku mau jadi istri keduamu, ketiga ataupun berapa asal aku ada di sampingmu" Ria benar-benar merendahkan harga dirinya sendiri hanya ingin bersama Haidar.
Tentu saja Haidar malah merasa jijik, ingin membunuhnya tapi tak bisa "Pergi sekarang juga jangan pernah berharap, aku hanya akan menikah seumur hidup dan itu hanya dengan Laura"
Ria menggelengkan kepalanya, kembali berlari dan ingin memeluk Haidar namun lagi-lagi gagal dan Haidar menamparnya dengan kencang "Pergi sebelum kesabaran ku habis"
Ria digusur oleh Boby dan dimasukan kedalam mobilnya, supirnya selalu setia menunggu. Boby hanya tak mau ada korban lagi saja, apalagi berurusan dengan keluarga Ria akan runyam nantinya.
Sedangkan didalam mobil Ria mengamuk, memukul kursi dan sesekali juga menendang kearah kursi supir, kemarahannya begitu besar bahkan jarinya yang patah sama sekali tak dihiraukan olehnya.
"Kenapa membawa aku pergi, kembali ke rumah itu, aku ingin tinggal di sana"
"Kita harus ke rumah sakit Nona, anda terluka jangan sampai nanti Tuan marah melihat keadaan anda" ucap supirnya takut nanti pekerjaannya dipertaruhkan gara-gara Nona nya terluka.
"Haidar pasti akan mengobati aku, cepat putar balik lagi. Aku tak mau pulang aku hanya ingin bersama Haidar tak mau dengan yang lain"
Supirnya hanya diam saja terus melaju menahan pukulan Ria yang mulai kearah tubuhnya. Nona sudah sering seperti ini, tapi keluarganya tak pernah membawanya ke rumah sakit untuk periksa.
Sudah beberapa kali supir diganti dan ini sudah yang 20, mereka tak kuat harus menghadapi Ria yang begitu kasar, angkuh dan juga seenaknya. Apapun yang Ria inginkan harus selalu terwujud tak boleh sampai gagal.