Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebagai Ayahnya
Anderson memutari mobilnya dan membukakan pintu untuk Vivian. Sejak tadi hatinya tidak tenang mendengarkan Elina berada di rumah sakit karena jatih dari kamar mandi, ia berharap Elina dan anaknya tidak terjadi apa-apa.
Vivian turun, ia semakin penasaran. Pekerjaan apa yang membuat suaminya ini wajahnya berubah khawatir dan ketakutan. Seakan tak ingin mengganggu pikiran kacau suaminya, ia berusaha diam dan tak bertanya. Ia hanya mengatakan jika ada sesuatu yang mendesak, mungkin ia bisa membantu. Namun Anderson menolaknya dan justru mengatakan tidak terjadi sesuatu.
Ia tau suaminya berbohong, di lihat dari wajahnya saja sudah kelihatan.
"Baiklah hati-hati," ucap Vivian tersenyum. Dia melambaikan sebelah tangannya. Melihat mobil suaminya keluar dari halaman, firasatnya semakin tidak enak. "Semoga tidak terjadi sesuatu."
....
Seorang pengawal datang dan membungkuk hormat pada seorang wanita. Pria itu sedang menjalankan sebuah pengawasan pada Anderson dan Vivian yang di perintahkan oleh wanita di depannya sekaligus majikannya.
"Nyonya tua, tadi saya mengikuti nona muda dan tuan muda menuju Restaurant ternama. Sepertinya mereka menghabiskan makan malam bersama, tapi tadi setelah tuan muda mengantarkan nyonya muda. Tuan kembali keluar dan saya mengikutinya sampai ke rumah sakit."
Nenek Amel menutup ponselnya, lalu menaruhnya di atas meja. Sesuai yang ia duga, Anderson masih merahasiakan keberadaan Elina. Entah apa yang di pikirkan cucunya itu? Dia bisa menitipkannya pada panti jompo sekalian.
"Kamu tetap awasi mereka, terutama Anderson." Ia sangat mengkhawatirkan hubungan cucunya. "Apa yang harus aku lakukan?"
Nenek Amel menghubungi Vivian, dia merasa kasihan pada menantunya itu.
"Nenek." Sapa Vivian tersenyum, baru saja ia selesai mandi. Ia mengusap rambutnya yang masih basah.
"Vivian, Nenek merindukan mu. Besok Nenek ingin menghabiskan waktu dengan mu."
"Tentu saja Nek, Vivian bisa."
Nenek Amel tak bisa menahan rasa sesaknya di dadanya. Sebagai seorang wanita ia ikut merasakan kesakitannya. Ia tidak mendidik cucunya menjadi seorang bajingan yang tidak bertanggung jawab.
Di tempat lain.
Anderson melihat seorang pria yang sedang berbicara dengan Daniel. Keduanya terlihat serius, ia pun menghampirinya.
Dokter pria itu pun menyudahi pembicarannya.karena ia sudah selesai mengatakan pemeriksaannya.
"Bagaimana keadaannya Daniel?"
"Nyonya Elina baik-baik saja tuan, keadannya bayinya cukup lemah. Dokter menyarankan agar nyonya Elina berhati-hati."
Anderson mengangguk, "Apa dia boleh di jenguk?" tanyanya. Ia ingin melihat keadaan Elina.
"Silahkan tuan," ucap Daniel mempersilahkannya.
Anderson mendekati ke arah brankar Elina. Dia melihat wanita itu telah membukan kedua matanya.
"Anderson." Elina ingin duduk, namun Anderson menghentikannya.
"Berbaringlah, keadaan mu cukup lemah." Anderson duduk di samping Elina. Wajah Elina terlihat pucat. "Bagaimana kau bisa jatuh? Kau tidak berhati-hati."
Air mata Elina mengalir. "Aku, Aku sangat takut Anderson. Aku sangat takut, aku hampir kehilangannya. Hidup ku seaakan mati saat itu juga."
Anderson mengangguk, hatinya memahami perasaan Elina. Tidak mudah bagi seorang ibu kehilangan anaknya. "Syukurlah keadaan mu baik-baik saja. Kau harus berhati-hati jangan sampai terjadi sesuatu lagi."
Elina meraih tangan Anderson dan menaruhnya ke atas perutnya. "Kau merasakannya juga?" tanya Elina. Kandungannya sudah empat bulan dan terlihat membuncit.
Anderson tersenyum, hatinya bergetar, bayi di dalam kandungan Elina seakan bergerak-gerak di tangannya. Alangkah baiknya kalau ia memiliki anak dengan Vivian. Wajahnya memerah di iringi senyuman.
"Aku ingin kau juga menyayangi anak ku seperti anak mu sendiri Anderson. Dia tidak memiliki ayah, dia hanya memiliki dirimu sebagai ayahnya."