NovelToon NovelToon
EMERIS SANG PEWARIS

EMERIS SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Nens

Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Jalanan depan sekolah Miki padat merayap. Bahkan di detik berikutnya, mobil yang di tumpangi Miki dan Olive pun berhenti. Hal yang seperi ini sangatlah biasa. Kemacetan ini disebabkan karena banyaknya para orang tua yang mengantarkan anaknya sekolah dengan menggunakan mobil. Mereka parkir di sepanjang tepian jalan depan sekolah. Di tambah lagi dengan adanya traffic light yang berada tepat di samping sekolah mereka.

Jadilah kawasan ini menjadi kawasan padat dan kemacetan di jam-jam sibuk. Semisal berangkat kerja atau sekolah dan pulang kerja atau sekolah.

"Sini aja deh, Yah," ucap Olive meminta ayahnya menurunkan dirinya dan Miki.

"Ini masih lumayan loh, dek," ucap ayah Olive sambil mengecek sekitar.

"Nggak yah. Udah deket. Nunggu jalan sampe depan gerbang keburu tutup duluan gerbangnya nanti. Macet gini," jelas Olive melepas selfbelt-nya.

"Ya udah. Tapi Miki gimana? Nggak apa-apa turun sini?" tanya ayah Olive kepada Miki yang duduk di jok tengah.

"Iya nggak apa-apa kok Om," Miki menyelempangkan tasnya bersiap-siap untuk turun.

"Udah, Olive berangkat. Dah, ayah!" Olive pamit sambil mencium tangan ayahnya.

Disusul Miki yang juga mencium tangan ayah Olive. "Miki berangkat om."

"Ati-ati ya kalian," ujar ayah Olive begitu anak bungsunya turun dari mobil.

Olive menggandeng tangan Miki, lalu berjalan bersama di trotoar sambil melambaikan tangannya kepada sang ayah.

Keduanya berjalan menyusuri trotoar sambil berbincang-bincang.

"Belum ada kabar?" tanya Olive di sela langkah mereka.

"Belum," Miki menggeleng.

"Kok aneh ya? Biasanya orang yang baru jadian itu, bakalan intens loh chat atau telfonnya. Lha ini..., si M malah ilang dari semalem."

"Taulah, Liv. Kali aja dia emang nggak beneran serius mau jadian sama aku," Miki mendengus.

"Ih, nggak mungkin juga. Kalo nggak serius, ngapain dia show up soal kalian kayak semalem coba?" Olive berusaha membesarkan hati sahabatnya.

"Iya juga sih...," pikiran Miki sependapat dengan sahabatnya.

Apalagi setelah ia membaca semua headline sosmed anak-anak di Twitter, IG, FB...,semua membahas tentang dirinya dan M.

"Apalagi nih, Mik.... Kalian itu lagi anget-angetnya diomongin sama seantero anak-anak Surabaya. Kalau dia main-main, nggak mungkinkan dia mau cari heboh macem gini?" jelas Olive menggebu-gebu.

Miki tidak menyahuti perkataan Olive. Ia hanya terus melangkah sambil sibuk dengan pikirannya. Sibuk memikirkan M.

Kenapa M tiba-tiba tidak bisa di hubungi?

Ia pikir setelah resmi jadian mereka akan lebih dekat lagi dari sebelumnya. Tapi nyatanya malah begini. Hal ini makin membuat Miki patah semangat.

Baru saja ada seseorang yang mendlekarasikan dirinya sebagai orang yang akan selalu menjaga dirinya. Yang selalu ngelindungi dirinya. Tapi sekarang, orang itu hilang tidak ada kabar. Terakhir kali mereka bertemu saat M mengantarnya masuk kedalam mobil Olive.

Melambaikan tangan dengan senyum tersembunyi di balik maskernya.

Deg!!!

Jantung Miki tiba-tiba berdegup dalam dan kuat. Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul membuat langkahnya terhenti seketika.

Ini dejavu baginya. Semua ini.

Mengantarkan masuk kedalam mobil..., melambaikan tangan dengan senyum yang sangat manis..., memandangi taksi yang ia tumpangi hingga menghilang di tikungan jalan..., lalu esoknya, ia melihat laki-lakiitu bergandengan tangan di sekolah dengan gadis lain.

Bian....

Miki merengkuh dadanya. Apa yang dilakukan Bian, sama persis dengan apa yang di lakukan M semalam, padanya. Jangan-jangan....M juga akan menggandeng gadis lain di pertemuan mereka berikutnya.

Pikiran Miki mulai merancau.

"Miki...? Miki??" Olive memanggil-manggil sahabatnya yang tiba-tiba terdiam ditempat, tidak merespon panggilannya walau mata bulat itu menatapnya dengan getir. Seakan Miki tengah berada di dimensi lain.

"Miki!" panggil Olive dengan nada suara sedikit tinggi.

Plik!!

Miki tersadar. Matanya mengerjap sesaat, kemudian perlahan fokus memandang Olive dan berdiri sedikit menunduk di depannya.

"Kenapa kamu itu?" tanya Olive begitu berhasil membawa Miki kembali kepada kenyataan.

"Liv..., kalau M emang mau mainin aku gimana?" tanya Miki balik.

Pertanyaan Miki membuat Olive terdiam sesaat.

"Hah?" ulangnya bingung.

"Bian..., Bian dulu juga kayak gitu ke aku sebelum tiba-tiba dia gandeng Regina di sekolah. Semalem M ngelakuin apa yang dilakuin Bian! Jangan-jangan nanti M gandeng cewek lain...," rancau Miki dengan wajah ketakutan.

Kedua alis Olive mencureng.

"Mik? Berapa kali aku bilang, move on dari Bian! Jangan mikir soal Bian bakalan balik lagi ke kamu! Liat kamu sekarang! Ada cowok yang rela jadi pelarianmu malah kamu tuduh bakalan kayak Bian!" Olive sedikit membela M.

Itu karena ia sudah sangat lelah dengan sikap gagal move on Miki. Ia benar-benar ingin Miki cepat-cepat move on dari si Bian brengsek itu. Dan untuk saat ini, satu-satunya orang yang tepat ya hanya M.

"Tapi Liv, M udah ilang jejak dari semalem," rengek Miki.

"Nggak ada kabar belum tentu ngilang kan. Kali aja dia kehabisan kuota atau gimana. Tunggu sampe besok, kalau besok tetep nggak ada kabar...," Olive menggantungkan ucapannya. "Ya..., kita pikirin besok aja mau diapain," lanjutnya sekenanya.

Ia masih berharap banyak pada M. Jadi ia tidak ingin berucap yang buruk tentang M, ia takut ucapannya akan menjadi kenyataan. Bagaimanapun juga, ucapan adalah doa bukan?

"Tapi, Liv–"

"Uwes talah! Iki telat wesan! Ayok ah!"(udahlah. Ini udah telat. Ayuk ah!) Olive menggeret tubuh kecil Miki. Ia tidak mau lagi mendengar menye-menyean dari sahabatnya itu.

Lagi pula, sebentara lagi memang jam gerbang sekolah akan di tutup. Padahal mereka masih berada beberapa ratus meter dari sekolah.

Akhirnya keduanya harus berjalan cepet bahkan setengah berlari. Tapi mereka terpaksa berhenti karena lampu hijau di depannya mereka menyala dan kendaraan pun melaju dengan cepat.

Mereka harus menunggu hingga lampu berubah merah agar bisa menyeberang dan sampai di sekolah.

Di waktu menunggu ini, Miki gunakan untuk menenangkan pikirannya.

Pikirannya yang sempat kacau karena kenangan pedih dari Bian. Yang kemudian membuatnya jadi berpikir macam-macam tentang M. Sejujurnya ia hanya takut. Ia takut terluka lagi. Ia takut M akan memberikan luka yang sama seperti Bian. Padahal ia baru saja berusaha membuka hatinya pada M.

Sebulir butir bening meluncur di ujung mata Miki. Ia menyekanya dengan cepat. Lalu menarik napas dalam untuk menata emosinya dengan cepat. Ia tidak mau sahabatnya yang tengah memantau perubahan lampu jalan itu mengetahui dirinya mengeluarkan airmata.

Ia tidak mau Olive khawatir.

*****

Mobil Emeris berhenti di depan baris pertama traffic line persimpangan dekat sekolah Miki. Ia sadar akan hal itu. Matanya pun menelusuri sekitar, berharap ia akan berpapasan dengan sosok mungil itu, seperti halnya ia yang sering berpapasan dengan Gisti yang tengah asik jajan di luar sekolah.

Ia memandangi pintu gerbang sekolah Miki yang berada di sisi kiri dari lajurnya. Gerbang itu sendiri berada tepat di sisi kanan jalan ketika nantinya mobil Emeris berbelok ke kiri saat lampu hijau menyala.

Ia hanya melihat beberapa mobik berjajar menunggu lampu merah layaknya dirinya. Ia juga melihat motor-motor anak SMA itu berebut masuk ke dalam area sekolah.

Ia belum menemukan apa yang ia cari.

Lelaki yang memiliki wajah sangat tampan itu mendesah berat. Membuat Thomas sekilas melirikkan pandangannya kearah pantulan Emeris pada kaca spion di atasnya.

"Kenapa?" tanya Thomas memastikan.

Emeris menggeleng sembari membuang pandangan ke sisi lain. Semula matanya tidak menyadari sosok itu, tapi semakin lama ia pandangi sosok mungil dalam balutan seragam abu-abu putih itu, ia pun mulai menyadarinya.

Miki.

Akhirnya ia menemukan Miki. Berdiri di sisi lain traffic line. Bersama sahabat perempuannya, tentu saja. Menunggu lampu berubah merah. Sehingga keduanya bisa menyeberang.

1
YenYuanTyan
SEMANGAT YAAA KAKAKK NULISYAAA!! Bagus kok ceritanya, jangan nyerah yaaa 🔥
anyway baca punyaku juga boleh dong? 👉👈
I'm Nens: terima kasih kak. nanti aku sempatkan buat mampir/Smile/
total 1 replies
naotaku12
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Kruzery
Menggugah perasaan
I'm Nens: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!