Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20 TWINS A
Daffa mengumpulkan semua karyawannya, dia ingin menyampaikan sesuatu.
"Apa semuanya sudah berada disini?" tanya Daffa dengan suara lantang.
Para karyawan menjawab dengan serempak, disana juga ada Anindira yang hanya menunduk, tidak berani menatap wajah Daffa. "Sudah, Pak!"
"Bagus! Ada yang ingin saya sampaikan pada kalian semua. Mulai hari ini, kita kedatangan Manager baru. Silvi sudah mengundurkan diri karena sebentar lagi dia akan menikah. Mari kita sambut manager baru Dioz Resto." Daffa bertepuk tangan, diikuti oleh para karyawannya.
Kezia bergabung bersama mereka dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.
"Nona Kezia, Manager baru di Dioz Resto. Semoga kalian bisa bekerjasama dengan baik."
Semua karyawan menyapa Kezia, wanita itu pun menunjukkan sikap ramahnya. Dia harus bisa membuat Daffa terkesan lalu menggantikan posisi Anindira.
Bicara Anindira, dari kejauhan, wanita itu hanya mampu menatap Kezia dan Daffa yang berdiri berdampingan. Mereka berdua terlihat sangat serasi, karena memang terlahir dari keluarga kaya.
"Baiklah, sekarang semuanya kembali bekerja!" perintah Daffa.
Para karyawan sudah berlalu pergi satu persatu, tinggallah Anindira yang masih terus menatap Daffa dan Kezia. Hal tersebut membuat Daffa marah, dia menunjuk Anindira dan membentaknya.
"Hei, kau! Kenapa hanya diam saja? Sana kembali bekerja!" teriak Daffa mengusir.
Anindira mengangguk lalu pergi kembali ke dapur.
Ilham yang melihat hal itu merasa Iba, ada sesuatu yang berbeda dari tatapan Anindira pada Daffa.
"Dira?" panggil Ilham, menyentuh pundak Anindira.
"Kau butuh sesuatu?" tanya wanita itu mencoba tersenyum.
"Kau baik-baik saja? Entah kenapa setelah sampai disini, aku melihatmu sedikit berbeda. Kau tidak seperti biasanya."
"Apa yang kau katakan? Sudahlah, sebaiknya kita kembali bekerja." Anindira pergi meninggalkan Ilham yang terus menatap dengan penuh tanda tanya.
"Ada apa dengannya? Pasti Anindira menyembunyikan sesuatu." gumam Ilham mencoba menebak.
Hari berjalan seperti biasa, saat Anindira belum menikah dan masih bekerja sebagai karyawan biasa. Semuanya tetap sama, hanya saja sekarang statusnya sudah berubah menjadi seorang istri dari Daffa, pemilik restoran terkenal.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi belum ada tanda-tanda Daffa pulang kerumah. Mungkin pria itu menginap di apartemen atau rumah temannya. Itulah pikir Anindira.
"Hampir saja aku melupakannya. Aku akan telpon Mama sekarang." ucap Dira mengambil ponselnya. "Tidak! Sebaiknya besok pagi aku datang kerumah Mama dan bertanya langsung tentang hal itu." urungnya. Anindira memejamkan mata, dia berharap pagi segera tiba.
🐦 🐦
Bunyi ayam berkokok dan burung berkicau menyapa langit yang cerah, Anindira bangun lebih cepat dari biasanya. Dia harus memberikan alasan agar bisa berkunjung kerumah orangtuanya.
Setelah selesai bersiap, Dira pun turun ke bawah. Dia melihat seisi rumah yang masih sepi dan pintu kamar Zuma juga masih tertutup.
"Mungkin Mama belum bangun. Jika aku pergi tanpa pamit, pasti mereka akan marah." Anindira memberanikan diri mengetuk pintu kamar mertuanya.
Zuma yang saat itu masih tertidur pulas merasa terganggu. Dia menggerutu dan berjalan gontai menuju pintu.
"Kau ini, menganggu saja!" Ketusnya merasa kesal.
"Ma, maksudku Nyonya. Aku ingin pamit pergi membeli sesuatu."
Zuma melebarkan matanya, dia menatap Anindira yang sudah terlihat rapi. "Kau mau kabur ya? Kau pasti ingin mengadu pada orangtuamu tentang perlakuan Daffa selama ini."
"Tidak! Mana mungkin aku membongkar aib suamiku. Aku hanya ingin membeli kebutuhan kamar mandi, seperti sabun, shampoo, detergent, semuanya sudah habis. Dan di gudang juga sudah tidak ada." alasan yang Dira berikan.
"Baiklah, pergi sana!"
"Tunggu! Setelah itu aku akan langsung pergi ke restoran."
"Hm, ya! Sudah sana! Menganggu saja."
Anindira menghela napas dengan lega, dia bergegas pergi sebelum Daffa pulang dan melarangnya.
BERSAMBUNG
ANINDIRA
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya