"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.
Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?
Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gang yang tidak berujung
Bab 34: Gang yang Tidak Berujung
Pagi itu, Aditya bangun dengan perasaan masih sedikit gelisah. Kejadian di kamar mandi kemarin masih terekam jelas dalam pikirannya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Namun, ia mencoba mengesampingkan pikirannya dan bersiap untuk berangkat sekolah. Saat keluar rumah, ia melihat Kristian sudah menunggunya di depan gang, seperti biasa.
"Lama banget, bro! Kupikir kau ketiduran," ujar Kristian sambil tersenyum.
Aditya menghela napas dan berjalan mendekat. "Aku cuma… ya, agak aneh rasanya sejak kemarin. Tapi sudahlah, ayo berangkat!"
Kristian mengangguk. Mereka pun mulai berjalan menuju sekolah.
---
Tersesat di Gang yang Dikenal
Hari itu seperti hari biasa, matahari bersinar dengan cerah, dan gang menuju sekolah masih ramai dengan anak-anak yang berangkat.
Namun, setelah berjalan beberapa menit…
"Kristian, tunggu sebentar…"
Kristian berhenti dan menoleh.
"Apa?"
Aditya melihat sekeliling. Mereka masih berada di gang yang sama.
"Bukannya kita tadi sudah lewat sini?"
Kristian melihat sekitar. Jalan ini memang terlihat familiar. Namun, anehnya, mereka merasa seperti mutar-mutar di tempat yang sama.
Mereka mencoba berjalan lagi, mengambil jalan berbeda.
Namun setelah beberapa langkah…
Mereka kembali ke tempat awal.
"Tunggu, ini nggak masuk akal…!" ujar Kristian.
Aditya mulai merasa panik. Bagaimana mungkin mereka bisa tersesat di gang yang sudah mereka hafal luar kepala?
Mereka mencoba jalan lain lagi.
Namun tetap saja…
Mereka selalu kembali ke tempat yang sama.
---
Kabut yang Mengubah Dunia
Tiba-tiba…
Kabut tebal muncul dari ujung gang.
Awalnya tipis, lalu semakin tebal hingga menyelimuti seluruh gang.
Aditya dan Kristian mulai sulit melihat.
"Kristian… aku nggak bisa lihat apa-apa!"
"Sama, bro! Ini kayak… kita masuk ke dunia lain!"
Kabut semakin padat. Mata mereka mulai terasa buta.
Dan sebelum mereka bisa melakukan apa-apa…
Semuanya berubah.
Gang itu menghilang.
Mereka kini berada di tengah hutan gelap yang sunyi.
Suara burung dan serangga pun tak terdengar.
Hanya ada… kesunyian.
Dan di tengah kegelapan itu…
Muncul bayangan besar.
---
Suara dari Kegelapan
Dari dalam bayangan, terdengar suara mengerikan.
"Kristian… kau tak ada urusan di sini…"
"Pergilah…!"
Suara itu berat, dalam, dan bergema.
"Pergilah yang bukan target kami, Kristian!"
"Pergi atau mati?"
Suara itu terdengar seperti bisikan ribuan roh jahat yang berbicara sekaligus.
Namun, Kristian hanya tersenyum tipis.
Tanpa rasa takut, ia melangkah maju dan berkata dengan suara lantang:
"Mati tinggal tanam, bos!"
Bayangan itu tiba-tiba menggeram marah.
Tangan hitam raksasa muncul dari dalam bayangan dan mencengkeram kaki Aditya!
"ADITYA!!!"
Aditya berusaha melepaskan diri, namun cengkraman itu terlalu kuat.
Kristian langsung bertindak.
Ia melompat dan menendang tangan hitam itu dengan sekuat tenaga.
"HAAAHH!!!"
Anehnya…
Tangan itu patah.
Seolah tidak bisa menahan serangan fisik.
Tangan hitam itu langsung menguap dan lenyap.
Bayangan besar itu terdiam.
Aditya dan Kristian saling berpandangan.
Lalu Kristian berkata dengan tegas:
"Jika doa tak mempan, mungkin tangan kosong bisa. Karena aku disertai oleh Tuhan, bukan karena kekuatanku sendiri."
Aditya tersenyum dan menjawab:
"Yah, walaupun kami beda agama… kami satu keyakinan. Tuhan Maha Tahu."
Bayangan hitam itu mulai bergerak mundur…
Lalu…
Kabut perlahan menghilang.
Hutan yang gelap lenyap.
Dan dalam sekejap, mereka kembali berada di gang sekolah seperti semula.
Namun kali ini…
Jalan menuju sekolah akhirnya terlihat lagi.
Mereka tidak berkata apa-apa.
Mereka hanya saling berpandangan, lalu tersenyum kecil.
Hari ini, mereka baru saja membuktikan… bahwa persahabatan mereka lebih kuat dari kegelapan.