Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itu Lukisan Asli
Air mata haru menetes di pipi pria tua itu.
Laura mengerutkan keningnya dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Siapa anda?"
"Aku Samuel Abner, Ketua Asosiasi Barang Antik Renville!" kata pria tua itu sambil mengelus janggutnya.
"Anda adalah Samuel Abner?" Laura kembali terkejut.
Revan membeli sesuatu yang bahkan Samuel Abner salah mengira sebagai barang palsu. Namun, dia tidak pernah percaya padanya.
Memikirkan itu, Laura merasakan sesuatu yang menyangkut di tenggorokannya.
Lukisan ini asli?
Laura merasa seolah-olah dia sedang bermimpi.
"Ngomong-ngomong, lukisan ini di beli oleh seorang pemuda, mengapa tiba-tiba ada di tanganmu?" tanya Samuel dengan ekspresi bingung.
"Dia ... Dia menghadiahkannya padaku!" jawab Laura gugup.
"Nona, kamu sangat beruntung. Lukisan ini bernilai setidaknya Dua ratus juta Dollar. Dia rela memberimu sebuah lukisan yang begitu terkenal, jadi dia pasti sangat mencintaimu" kata pria tua itu dengan penuh arti.
"Nilainya Dua ratus Juta Dollar?" seru Laura kaget
Meskipun dia adalah seorang manager Umum dari perusahaan besar, tetapi nilai pasar dari perusahaannya hanya mencapai puluhan juta, dan harga lukisan ini dua ratus Juta Dollar? Dan Dia baru saja ingin merobeknya.
Dia ingat bahwa, semua anggota keluarga Barnes bahkan memandang lukisan ini adalah sampah.
Jika mereka tahu bahwa lukisan ini adalah asli dan harganya mencapai ratusan juta Dollar, bagaimana perasaan mereka?
"Kamu tidak percaya padaku?" ekspresi, mata dan kata-kata yang diucapkannya Revan kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya.
"Aku lebih mempercayai orang lain di bandingkan dirinya. Tidak heran dia merasa sangat sedih." gumam Laura dalam hati. Pikiran ini menghancurkan hatinya.
"Nona, apa kamu memiliki kontak pemuda itu? Aku ingin tahu dan ingin melihat, betapa cemerlang dan cerdasnya dia. Dia bahkan memiliki penilaian yang lebih baik terhadap lukisan itu dibandingkan dengan saya. Aku penasaran, apakah dia beruntung atau dia benar-benar bisa menilai barang antik atau barang langkah." kata Samuel Abner dengan penuh harap.
"Aku ..."
Laura tiba-tiba menangis.
"Kenapa kamu menangis?" Samuel Abner bertanya dengan heran, Jika kamu tidak ingin memberitahu kontaknya pada saya, tolong katakan padanya, bahwa Asosiasi Barang Antik Renville menyambutnya kapan saja jika dia ingin bergabung dengan kami!"
Setelah mengatakan itu, Samuel Abner pun berbalik dan pergi.
Begitu dia keluar dari gang itu, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Benny.
"Benny! Aku punya berita tentang pemuda itu!" kata Samuel Abner dengan penuh semangat.
"Benarkah? bagaimana kamu menemukannya?" tanya Benny yang saat ini masih berada didalam kamar pribadinya di Blood Antique dengan gembira.
"Ya, benar!"
"Ceritakan, siapa pemuda itu?"
"Dia memiliki hubungan dengan wanita ini!" kata Samuel sambil mengirimkan foto Laura kepada Benny.
"Bagus sekali ... Foto ini yang akan membawa kita pada pemuda itu." Benny mengangguk berulangkali dan berkata, "Pemuda itu menghilang bak ditelan bumi. Aku telah menyuruh orang untuk mencarinya di semua tempat di kota Renville. namun, hasilnya sama saja. Tidak bisa di temukan. tanpa di duga kamu mendapat petunjuk untuk menemukannya."
Samuel tertawa kecil dan berkata, "Bagaimana kamu akan berterimakasih kepadaku?"
"Jangan khawatir, aku akan mentraktir kamu minum!"
Setelah mengakhiri panggilan telponnya dengan Samuel, Benny segera menghubungi sebuah nomor, "Cari pria itu dan kamu harus menemukannya kali ini!"
"Baik Tuan. Tuan Benny, apakah pria ini sepenting itu?" tanya seseorang di balik telpon.
"Dia adalah Tamu kehormatan kami!" jawab Benny sebelum menutup teleponnya.
...
Disisi lain.
Revan dan Ronny masih berada di Bar King.
"Kita mau kemana setelah ini?" tanya Ronny memecah keheningan. Dia sebelumnya mabuk, namun setelah Nadine membuat keributan disini, dia perlahan-lahan kembali sadar.
"Ayo kita pergi ke showroom mobil, untuk membeli mobil terlebih dahulu." kata Revan santai. Kebetulan waktu sudah menunjukan jam 9 pagi.
"Tapi, Laura ..." tanya Ronny dengan suara pelan.
"Saya tidak bisa memaksanya untuk percaya padaku. pasrahkan saja pada takdir. mungkin kita tidak cocok satu sama lain. Satu tahun yang lalu aku masuk ke keluarga Barnes dan menikah dengan Laura karena penyakit ibuku. Aku telah menyia-nyiakan waktunya selama setahun. Aku tidak ingin menahannya lagi. Biarkan dia mengejar kebahagiaannya sendiri!" kata Revan. kesedihan nampak jelas dari sorot matanya.
"Apa kamu serius? Aku tahu, kamu pasti sangat mencintai Laura." kata Ronny.
"Jangan bicarakan hal ini lagi." Revan menepuk pundak sahabatnya itu dan berkata, "Semalam mobilmu di hancurkan. Dan kamu tidak pulang semalaman. istrimu pasti sangat marah."
Mendengar istrinya disebut, Ronny mengerutkan keningnya. Ini bukan masalah sepele, istrinya bukan seseorang yang mudah untuk dihadapi.
"Jika pernikahan kalian tidak berjalan dengan baik, bercerailah!" kata Revan saat melihat alis sahabatnya itu sedikit berkerut.
"Istriku sangat tegas padaku hanya karena aku gagal memenuhi harapannya." jawab Ronny sambil menghela nafas panjang.
"Baiklah, ayo kita beli mobil!"
Setelah keduanya sepakat untuk pergi ke showroom mobil, mereka pun keluar dari Bar King dan menghentikan taxi dan pergi ke sebuah showroom mobil.
Saat tiba di sebuah Showroom, mereka pun turun dari taxi dan melangkah masuk kedalam showroom mobil tersebut.
Beberapa Wanita cantik bergegas keluar untuk menyambut mereka. Namun, saat mereka melihat penampilan Revan dan Ronny yang mengenakan pakaian biasa saja, mereka yang awalnya antusias menjadi tidak peduli.
"Halo Tuan-tuan, bagaimana saya bisa membantu anda?" seorang wanita cantik tiba-tiba berjalan menghampiri mereka setelah teman-temannya yang lain mundur dan meremehkan Revan dan Ronny karena penampilan mereka. Namun, wanita ini sebaliknya. Dia dengan hangat menyambut mereka.
"Kami akan melihat-lihat. Anda bisa menyelesaikan urusan anda terlebih dahulu. Saya akan memanggil anda saat kami telah memutuskan mobil mana yang akan kita pilih!" kata Revan sambil tersenyum hangat kepada wanita itu.
"Tuan, kebetulan saat ini saya tidak punya urusan. bagaimana kalau saya akan menemani Tuan-tuan untuk berkeliling? Dealer kami baru saja mendatangkan beberapa mobil baru dengan kinerja mesin yang sangat baik dengan harga yang lumayan terjangkau. saya akan menunjukannya kepada anda Koleksi terbaru kami!" kata wanita itu sambil tersenyum.
"Baiklah! terimakasih!" jawab Revan sambil mengangguk.
"Jessie, mereka sudah mengatakan akan melihat-lihat. kenapa kamu begitu perhatian?" seru sala satu SPG yang tengah duduk santai.
Jessie menatap wanita itu dan berkata, "Nona Dian, saya selalu memegang prinsip mengutamakan kepentingan pelanggan. Karena Tuan-tuan ini berada disini, saya berkewajiban untuk memperkenalkan koleksi mobil perusahaan kita pada mereka.
Dian menatap kedua Pemuda itu dari atas kebawah dengan ekspresi menghina terlihat jelas di wajahnya. "Yang benar saja? pelanggan yang utama? Tidak ada yang salah dengan hal itu. Tapi mereka tidak terlihat memiliki kemampuan untuk membeli mobil. Saat ini, uang adalah segalanya. Kamu akan menemani mereka sampai dirimu kelelahan? percayalah, mereka tidak akan mampu untuk membeli satu unit dengan harga yang paling murah sekalipun. Itu hanya akan membuang-buang waktumu!" seru Dian.
"Aku sudah mengatakan padamu, dengan wajahnya yang cantik, kamu bisa menggoda pelanggan kaya manapun dan dengan mudah menjual mobil senilai jutaan Dollar dan mendapat komisi puluhan ribu Dollar. Kamu tidak akan mendapat apapun setelah melayani orang udik ini."
"Nona Dian, berhentilah berbicara kasar. Tuan-tuan ini masih disini!" Jessie merasa malu, lalu menoleh kearah Revan dan Ronny lalu berkata dengan ekspresi menyesal, "Tuan-tuan maaf atas ketidaknyamanan anda!"
"Tidak masalah!" kata Revan sambil tersenyum tipis, "Tunjukan pada kami koleksi mobil barumu!"
"Wow, teruslah Berpura-pura kaya, apa kamu tahu berapa harga mobil disini. Mobil-mobil di sini, harganya ratusan hingga jutaan Dollar, jika anda ingin bermain-main di showroom mobil untuk menikmati pendingin disini, setidaknya kalian mengenakan pakaian yang layak." cibir wanita bernama Dian itu dengan ekspresi jijik.
Revan mengabaikan wanita itu dan berkata pada Jessie, "Ayo antar kami untuk melihat mobilnya!"
"Baik Tuan!" kata Jessie dengan sopan."Ini adalah koleksi terbaru toko kami. Jika kamu suka, kamu bisa masuk kedalam untuk melakukan tes Drive."
...****************...