Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari kisahnya Ayyura dan Aydeen ...
Sebelum membaca Kisah Zayn dan Zayna, lebih baik baca kisah kedua orang tuanya dulu ya, TAKDIR CINTA AYYURA_AYDEEN ..
Sebuah takdir yang tidak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum diberikan seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni, mahasiswinya sendiri. Hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik, Zayna seorang Dokter cantik dan ambisius. Ia harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan banyak bahaya diluar sana, dan kerap kali menjadi pasiennya Zayna di UGD.
Yang penasaran sama kisahnya silahkan mampir readers, dijamin lebih seru dan penuh emosi dari kisah orang tuanya ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putriku?
Matahari yang cerah masuk kecelah-celah jendela melalui ruang-ruang kecil pada kamar rawat itu. Zayn merasa tubuhnya sedikit menghangat karena terpaan sang surya sudah menembus penuh ruang VVIP tersebut, pasalnya gadis cantik bermata indah yang ada dihadapan Zayn itu membuka lebar tirai dari jendela besar yang menghadap langsung dengan awan serta langit biru diatas langit.
Dari jendela itu kita bisa melihat hiruk pikuknya, kendaraan yang sedikit berisik karena hari mulai menunjukan jam sibuk. Agatha menatap kebawah, dengan pikiran yang membuncah didalam otaknya. Dulu, dia tidak terlalu suka dengan keramaian kota. Tapi sekarang, dia hidup di negara yang populasinya salah satu yang cukup padat didunia. Berbeda jauh dengan kehidupannya di Switzerland, disana masih begitu asri dan cukup tenang dari kebisingan.
"Kau masih disini"?. ucapan pria yang dibelakangnya membuyarkan lamunannya yang sudah cukup jauh.
"Pak Zayn sudah bangun"?. tanya Agatha yang langsung mendekati pria itu.
"Hmm, Kamu boleh pulang sekarang".
Agatha mengernyitkan dahinya dan menatap tajam pria yang sudah merepotkannya sejak subuh tadi.
"Bapak mengusirku"?. sentak Agatha tidak terima.
"Setelah apa yang kulakukan pada Bapak? sekarang bapak mengusirku! dasar pria kejam dan tidak tahu terimakasih"!. maki Agatha tanpa rasa takut.
Zayn melotot, dia tidak menyangka gadis itu bisa marah juga rupanya. Padahal dia belum selesai bicara, tapi gadis itu main menyela ucapannya saja.
"Bukan seperti itu". sela Zayn merasa gugup.
"Perlu ku ingatkan, bapak menelponku jam 3 subuh, ingat jam 3 subuh pak Zayn! dan Aku rela datang dengan rasa tidak sungkan dan tidak malunya kesana. Aku membantumu kerumah sakit dan menunggumu sampai pagi. Dan setelah sadar, bapak langsung mengusirku begitu saja"!. ocehnya dengan panjang lebar, tanpa membiarkan Zayn untuk bisa menyelanya sedikitpun.
"Kau ini manusia apa burung beo"?. tukas Zayn.
"Ya jelas Aku manusia, mana ada burung beo secantik dan secerdas Aku". balas Agatha sinis.
"Tapi mulutmu tidak lebih seperti burung beo, Kau ini gadis paling cerewet yang pernah Aku temui"!.
Cccckkk ...
Agatha berdecak kesal, lalu mendekati Zayn tanpa ragu dengan tatapan penuh permusuhan.
"Asal Kau lupa Pak Zayn, gadis cerewet ini lah yang rela datang kerumahmu dipagi buta seperti kemarin. Kau punya keluarga, dan istri bukan? tapi kenapa malah merepotkan mahasiswi akhir seperti saya ini? atau anda sengaja ingin menyusahkan saya begitu?anda juga pria yang paling menyebalkan, dan juga arogant yang pernah ku temui"!. balas Agatha sinis.
"Kau"!. tunjuk Zayn menahan kesal dan emosinya.
"Sebaiknya Kamu cepat pergi dari sini, lama-lama ada Kamu, bukannya sehat malah tambah sakit"!. usir Zayn dengan sedikit penakanan.
"Aku akan segera pergi tanpa bapak usir sekalipun"!. ujarnya dengan nada yang kesal.
"Siapa yang berani mengusirmu"?. sela Zayna yang baru saja tiba diruangannya Zayn.
Agatha tersentak, lalu memutar tubuhnya berbalik.
"Dok-ter Zay-na". ujarnya kaget.
"Hmm, pagi Agatha". sapa Zayna ramah.
"Pa-gi Dok-ter Zay-na". jawabnya gugup.
"Kenapa Kamu jadi gugup begitu, bukannya Kamu sedang memarahi Kakak ku". goda Zayna terkekeh.
"Maaf Dokter Zayna, Aku tidak bermaksud". jawabnya sambil menunduk malu, dia tidak tahu bahwa pagi ini keluarga Zayn akan datang kesini.
"Akhirnya ada juga gadis yang berani melawan putraku". sela Ayyura lembut dan tersenyum ramah.
"Mommy apaan sih". gerutu Zayn kesal.
Mendengar ada suara orang lain disana selain Zayna, Agatha pun mengangkat perlahan wajahnya. Pandangan mereka semua pun bertemu dengan gadis cantik yang sejak tadi memaki putra mereka.
"Kamu". ucap Ray dengan wajah sendu saat melihat wajah Agatha kembali setelah pertemuan mereka dikampus Zayn berapa waktu lalu.
"Matanya? mata itu pi". seru Malika yang juga terpana saat menatap mata indah gadis itu.
"Iya Kak, matanya indah seperti Zura putri kita". timpal Ayyura yang juga terpesona dengan matanya Agatha, mereka terus memandang lekat gadis itu secara bergantian dengan tatapan yang penuh arti.
"Putriku"? gumam Malika lirih, lebih terdengar seperti bisikan yang nyaris tertahan di tenggorokan.
"Bukan sayang, dia bukan putri kita". sahut Ray.
"Apa maksudmu pi"?. tanya Malika sedikit ragu.
Zayna yang melihat keadaan sudah berubah canggung, ia langsung melirik Abangnya Zayn. Meminta bantuan untuk menjelaskan semuanya, bahwa gadis didepan ini bukanlah Azura mereka.
Zayn yang seolah mengerti, langsung bangun dan mengambil selang infusnya. Kemudian ia berjalan dengan pelan mendekati keluarganya itu.
"Mommy, mami semuanya silahkan duduk dulu". ajak Zayn pada mereka semua untuk duduk di sofa yang ada di ruangan VVIP itu.
Mereka semua pun duduk dengan hati dan perasaan yang campur aduk pagi ini. Mereka semua terlihat bahagia saat melihat wajah gadis yang begitu mirip dengan gadis yang selama ini mereka cari.
"Biar Zayn yang jelaskan". ucap Zayn lembut.
Zayn menarik nafasnya dalam-dalam dan menatap anggota keluarganya satu persatu dan bergantian.
"Gadis ini mahasiswinya Zayn dikampus". ujarnya sambil melirik Agatha yang duduk disebelah Zayna.
"Mahasiswi? di kampus Kamu bekerja Zayn"?. tanya Malika dengan wajah yang sulit diartikan.
Zayn mengangguk, lalu membalas tatapan Malika dengan lembut, lelaki itu cukup peka bagaimana perasaan maminya sekarang ini.
"Dia mahasiswi pindahan dari Swiss, dan saat ini sedang menyelesaikan semester akhirnya disini".
"Dan namanya Agatha mami". jelas Zayn kembali.
"Agatha? jadi dia bukan Azura kita"?. sahutnya lirih.
Zayn menggeleng lemah, lalu mendekati Malika yang matanya mulai mengembun. Zayn pun duduk disebelahnya, dengan satu tangannya yang kosong dia menggenggam lembut tangan maminya seakan memberi energi positif dan kekuatan untuknya.
Agatha yang melihat wanita paruh baya itu mulai terisak dalam diamnya, menjadi tidak tega sendiri. Sebenarnya dia sudah lama ingin menanyakan perihal siapa gadis bernama Azura tersebut, kenapa semua orang mengira dirinya adalah gadis itu.
Apa benar wajah dan matanya begitu mirip dan nampak sama, dengan gadis yang dimaksud. Agatha mendesah pelan, dan mendadak canggung merasa serba salah, berada ditengah-tengah keluarga besar pak dosennya itu.
"Mami, tidak semua wajah dan mata yang mirip dengan Zura kita adalah Azura yang kita kenal. Maafin Zayn, bukan bermaksud untuk membuat hati mami dan yang lain kecewa, tapi Zayn tidak ingin kalian terus-terusan terbawa arus pada masa lalu". nasihat Zayn dengan lembut.
"Tapi mami yakin Zayn, Azura kita masih hidup". bantah Malika dengan penuh keyakinan.
"Tapi ini sudah 15 tahun mam, kita tidak boleh mengharapkan sesuatu bahkan itu sangat mustahil".
"Abang"!. tegur Zayna dengan tatapan tajam.
"Yang Abang katakan memang benar dik, kita semua harus belajar move on, tidak boleh dihantui masa lalu terus, hidup kita harus berlanjut". sahut Zayn.
"Tapi perasaan dan hati kecil seorang ibu tidak akan pernah salah Zayn, kalau memang putri mami sudah meninggal, lalu dimana jenazahnya"?. sentak Malika yang mulai kembali emosi dan kalutnya.
"Tapi sampai sekarang Zura tidak dapat ditemukan, itu sama saja dengan meninggal mam"!. bantanya dengan raut wajah yang juga memerah, hatinya juga hancur kala mengatakan hal seperti tadi itu.
"Tidak .. Zuraku masih hidup .. Zura kita masih hidup, Aku yakin putriku masih hidup"! teriak Malika histeris dan tangisannya semakin menjadi, mentalnya yang setelah sekian lama tidak kambuh, hari ini kembali kambuh akibat perdebatannya sama Zayn barusan.
"Kak .. kakak yang tenang ya .. hmm". bujuk Ayyura.
Malika terus meronta-ronta seperti orang kesurupan, bahkan sulit untuk dikendalikan dan dihentikan
Hiks ... hikss... hikss ..
"Zuraku masih hidup .. Zuraku masih hidup".
"Zayn sudah .. cukup nak"!. hati Ayyura pun ikut terenyuh saat melihat Malika menangis histeris.
"Maafkan Aku mom". Zayn pun bangkit dari tempat duduknya, lalu mendorong selang infusnya dan pergi keluar dari ruangannya. Agatha yang melihat semua kejadian didepan matanya itu, turut bersedih dan mencoba mendekati Malika yang masih menangis.
"Anty". panggil Agatha lembut dan membuyarkan fokus semua orang yang ada diruangan itu.
"Anty .. maaf sebelumnya, Aku .. Aku tidak tahu masalah kalian sebenarnya apa, tapi jujur Aku ikutan sakit saat melihat Anty menangis seperti ini".
"Kumohon jangan bersedih lagi Anty". ucapnya lagi.
Malika diam untuk sesaat, mendengar ucapan lembut dari gadis cantik yang kini sudah duduk disampingnya dan Ayyura. Seolah terhipnotis mereka pun berubah fokus pada gadis cantik itu.
"Kamu panggil Aku apa barusan"?. tanya Malika lirih.
"Anty .. apa Aku salah bicara". jawabnya pelan.
"Jangan panggil Aku Anty nak". sahut Malika sedih.
"Hmm, kalau begitu apa boleh Aku panggil mami"?.
Agatha benar-benar gadis yang cerdas dan cukup peka dengan keadaan, dia tidak sanggup jika harus melihat wanita paruh baya yang nampak masih begitu cantik itu, harus meraung-raung seperti tadi.
Dia tidak akan tega, sama halnya seperti ia melihat ibunya sendiri saat ini. Apalagi sekarang gadis itu jauh dari pandangan keluarganya, bahkan sampai hari ini keluarganya tidak tahu bahwa dia sedang tinggal menetap di Indonesia bukan di Australia.
Malika tersenyum kecil, dengan cepat dia menyeka sisa-sisa air matanya dan menganggukan kepalanya dengan sorot mata yang sudah berbinar.
"Dengan senang hati nak, Kamu boleh memanggilku dengan sebutan mami kapanpun Kau mau".
kayaknya lebih seru dari kisah Aydeen dan Ayyura