Sebuah hubungan yang dimulai dari kesalahan yang berujung cinta tulus, namun dibumbui dengan kerikil tajam menyakitkan.
Nadine seorang calon dokter sukses harus merasakan kehancuran masa depannya akibat pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang pria yang tak dikenal. Pria yang sedang dalam pengaruh obat perangsang itu merenggut kesucian Nadine dan menanamkan benih di rahimnya.
Pria itu menyesali perbuatannya dan berusaha mencari keberadaan Nadine yang menghilang semenjak kejadian itu.
Hingga akhirnya pertemuan mereka menjadi suatu momen yang mengawali kisah cinta manis ini.
Sembilan bulan pasca kejadian. Seorang Arthur sang mafia sekaligus dokter spesialis anak hebat andalan rumah sakit, mendapat pasien kecil berumur satu minggu dalam kondisi parah.
Arthur ingin menemui orangtua bayi itu dan berniat memarahinya karena melihat kondisi yang sangat parah. Siapa sangka ibu dari sang bayi adalah gadis yang dicarinya selama ini. Dan Arthur mulai mencari tahu siapa ayah biologis bayi itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zidny zidan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
akibat keras kepala
Nadine mengerjapkan mata pertanda kesadarannya mulai pulih. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia tidak mengenali ruangan tersebut, bau obat sangat terasa di sekitarnya.
Nadine mencoba menggerakkan badannya, dia tersadar ada selang infus menancap disana. Dan seseorang yang terbaring di kursi sebelah ranjangnya.
Nadine memfokuskan penglihatannya melihat orang yang meringkuk di kursi dan menutup seluruh tubuhnya dengan jaket yang dipakainya.
Nadine juga berusaha mengingat apa yang terjadi padanya hingga dia terdampar di ranjang rumah sakit ini.
"Auwhhh"... Nadine yang hendak berdiri dari ranjang merintih kesakitan memegang perutnya, rasa panas menjalar di sekujur tubuhnya.
Arthur yang tengah terlelap refleks terbangun karena mendengar suara nadine yang kesakitan.
Arthur bergerak memutar ke samping ranjang nadine, dia melihat sebelah kaki wanita itu sudah turun menyentuh lantai.
Arthur mengangkat kaki nadine, membenarkan posisi duduk nadine dengan sedikit membopongnya dan memasangkan kembali selimut ke tubuh nadine. Semua dilakukannya tanpa bersuara sedikitpun, bahkan tidak melihat ke arah nadine.
"Sa..saya mau ke toilet" lirih nadine lemah.
Arthur keluar dari kamar perawatan nadine, tak sampai satu menit dia telah kembali bersama seorang suster masuk kekamar nadine.
Arthur kembali melangkah keluar ruangan itu. Sekali lagi, tak sama sekali dia melirik nadine, pandangannya hanya kosong dan sesekali menunduk.
"Mari nona, saya bantu" ucap suster yang tadi dipanggil arthur.
Setelah menyelesaikan urusan bersih bersih nya dan berganti pakaian, wajah nadine tampak lebih segar.
Suster yang tadi membantunya pun telah pergi. Arthur kembali masuk ruangan nadine. Dia duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Sama sekali tidak ada pembicaraan diantara mereka.
Nadine menatap tajam kearah arthur yang tengah sibuk di posisinya sekarang. Nadine bingung harus memulai pembicaraan darimana, ekspresi wajah arthur tak terbaca, entah dia sedang marah atau khawatir dengan keadaan nadine sekarang.
Arthur yang merasa diperhatikan, menutup ponselnya dan berjalan melangkah mendekati nadine.
"Ada yang kau butuhkan?" tanyanya lembut.
"Ti.. tidak" nadine gugup dengan cara arthur memperlakukannya.
"Tidurlah kembali" arthur berbicara sambil membenarkan posisi bantal yang ada di belakang nadine.
"Te.. terimakasih dokter masih mau membantu saya" ucap nadine pelan.
Arthur kali ini menatap nadine dalam.
"Hmm" hanya itu ucapan yang keluar dari mulutnya.
"Apakah anda marah?" tanya nadine lagi.
"Diamlah, segera tidur dan jangan banyak bicara!" perintah arthur dingin.
"Kenapa anda marah?, kalo tidak ikhlas membantu saya bilang saja" nadine mulai tak sabar menghadapi arthur yang dingin.
Nadine segera menyadari kalimatnya barusan akan memancing keributan lagi antara dia dan dokter itu. Akhir akhir ini emosi nadine memang tidak stabil, dia gampang tersulut emosi, mungkin karena pengaruh hormon seorang ibu pasca melahirkan.
Arthur yang tadinya membelakangi nadine dengan cepat berbalik arah dan mendekati wanita itu.
"Tidak bisakah kamu untuk tidak memancing saya bersikap keras?" .
"Kamu sadar akibat kelakuan kamu yang keras kepala mengakibatkan kamu dirawat lagi disini?"
"Akibat sok mandirinya kamu, yang tidak mempedulikan kesehatan akhirnya terjadi pendarahan di rahimmu" .
"Masih mau membantah apa yang aku perintahkan?" arthur menahan emosi sangat mengucapkan itu semua. Tubuhnya bergetar menahan rasa marah.
"Mulai sekarang ikuti semua yang aku perintahkan, kamu dalam pengawasan ku".
"Jangan coba coba membantah atau ku akan merasakan akibat yang lebih parah dari ini" arthur mengakhiri kalimatnya sembari berjalan melangkah keluar kamar dan membanting pintu.
dan pemerkosa ya, meski Arthur melakukannya suka sama suka selama ini, apakah masih bisa dianggap pria baik? sama aja bejat bukan.
jadi jangan buat karakter Arthur itu seperti pria sangat baik. karena satu saja sikap bejatnya gak akan bisa membuat pria itu terlihat baik.
tapi kelakuannya bejat, coblos sana sini😌 sifatnya dibangun seperti orang yang baik tapi gak bisa menutup kelakuan buruknya..sebaik apapun karakter yang dibentuk..sebenarnya gak cocok sama sekali, gak nyambung.