NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

SELAMAT MEMBACA

Zevanya mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu untuk membawa keluar menu masakan untuk menjamu teman-teman arisan sang mertua. Gadis itu tidak menyadari seseorang telah mengawasi sejak tadi tanpa membuang pandangan. Tatapannya bagaikan predator yang siap memangsa mangsanya.

“Tidak terduga, meluangkan waktu mengantar mommy arisan, ternyata sungguh membuahkan berkah.” Ujar orang itu dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat membentuk seringai, tatapan tetap terpaku pada Zevanya seorang. “Zevanya, kita bertemu kembali, Sayang!” desisnya. Orang itu tak lain adalah Adrian yang mengantar ibunya untuk arisan di tempat keluarga Sanjaya.

Adrian—mantan kekasih Zevanya, tidak menerima keputusan sepihak gadis itu yang memutuskannya. Apalagi selama ini, ia merasa sudah banyak berkorban hanya untuk meluluhkan hatinya. Namun, tidak mendapatkan timbal balik atau keuntungannya. Walau tidak mengeluarkan materi selama pacaran karena gadis itu selalu menolak pemberiannya, Adrian tentu memperhitungkan waktunya yang terbuang sia-sia hanya mengejar seorang Zevanya anak dari wanita kupu-kupu malam.

Dan yang paling membuatnya tidak terima, kehadiran orang baru yang tiba-tiba menjadi suami gadis itu. Merenggut dengan mudah apa yang selama ini begitu ia inginkan.

“Tidak apa-apa, dia bisa menikmatinya lebih dulu. Tetapi aku yang akan menguasainya nanti.” Batinnya penuh ambisi seraya terkekeh. “Ternyata kau lebih memilih pria miskin, ketimbang menerima kemewahan dan kesenangan yang aku tawarkan.” Adrian melihat Zevanya menjadi pelayan keluarga Sanjaya, yang otomatis suami gadis itu adalah pria miskin yang tidak bisa menafkahi istrinya sendiri. Dan ini menjadi kabar baik untuknya, Adrian akan kembali menawarkan kenyamanan dan kemewahan. Pria itu yakin akan mendapatkan Zevanya kembali, sebab siapa yang tahan dengan hidup miskin! Pikirnya.

Setelah puas memandangi Zevanya, Adrian berlalu meninggalkan kediaman mewah keluarga Sanjaya. Pria itu akan mencari waktu yang tepat agar bisa bertemu kembali dengan sang mantan kekasih yang sebentar lagi akan kembali jatuh pada pelukannya.

***

“Mmmm, rasa rendang kali ini beda ya... yang ini enak sekali. Tapi kaya pernah makan deh...” Puji seorang teman dari Ratna bernama Larasati.

“Oh, yah,” Ratna terkekeh senang jika menu hidangannya disukai oleh teman-teman arisannya. Menu rendang adalah menu yang wajib ada di setiap pertemuan mereka, dan mereka akan berbangga diri jika hidangan tersebut dapat memuaskan.

“Nyonya Osmand benar, hidangan rendang ini sangat enak. Beda sekali dengan hidangan pertemuan yang lalu,” puji wanita lain membenarkan ucapan Larasati. “Apa ada pelayan atau koki khusus yang direkrut?” tanya wanita itu penasaran, bertepatan dengan Zevanya yang datang membawa teh hangat.

Ratna terkekeh anggun, ia melirik Zevanya sejenak. Namun, dengan cepat membuang pandangan. “Kamu tahu keluarga kami tidak suka menggunakan koki, kebanyakan mereka hanya tahu masakan luar saja. Sedangkan keluarga ini sangat suka dengan makanan tradisional,” jelas Ratna.

“Kalau begitu kamu merekrut pelayan baru?” tanya wanita dengan tubuhnya yang terlihat berisi, ia memanggil Zevanya yang hendak pergi untuk menuangkan teh ke dalam gelasnya. Wanita itu mengira Zevanya adalah pelayan.

“Sebenarnya tidak direkrut, dia datang begitu saja dan mau tidak mau kami terima.” Penjelasan ini seolah-olah memberi spekulasi bahwa orang yang di maksud sangat dikasihani oleh keluarga Sanjaya.

Zevanya yang sedang menuangkan teh mengencangkan pegangannya pada teko, tangan gadis itu menjadi tremor. Ia tahu yang tengah dibahas adalah dirinya.

“Wahh, Nyonya Sanjaya sangat murah hati mau menerima orang seperti itu.” Celetuk Larasati. “Kalau di rumah saya harus melewati pengujian yang ketat.” Jelasnya.

Ratna melambaikan tangan tidak ingin membahas lagi. Wanita itu tersenyum miring melihat kepergian menantu yang tidak diharapkan dengan wajah pias. Gadis itu memang harus tahu dimana tempatnya di rumah ini.

“Oh iya, Nyonya Osmand. Apa tadi Adrian yang mengantarmu?” seseorang bertanya pada Larasati, wanita itu mengulum senyum mengangguk. “Wahh, auranya sekarang beda ya...” ujarnya dengan kekaguman.

Larasati terkekeh ringan, “Tentu, dia baru saja diangkat menjadi CEO menggantikan ayahnya.” Ia memberitahu dengan bangga.

“Wah, memang luar biasa pewaris satu-satunya.” Kekeh ibu-ibu yang lain. Sebenarnya dalam pertemuan seperti ini juga mereka akan menjodohkan anak-anaknya, tentu dengan niatan untuk mendapatkan keluarga yang setara dengan status keluarga mereka.

“Bagaimana dengan perjodohan anak kita nyonya Sanjaya, bukankah anak bungsumu masih lajang?” Raut wajah Ratna terlihat berubah. Namun, dengan cepat wanita itu menormalkannya.

“Sepertinya belum bisa dipikirkan lagi, dia sedang fokus menggantikan kakanya sementara untuk mengurus perusahaan.” Jawab Ratna dengan tenang, membuat kecewa lawan bicaranya. Ia sudah sangat senang jika anaknya berjodoh dengan salah satu tuan muda Sanjaya. Akhiratnya ia beralih pada Larasati, mendekatkan diri pada wanita itu. Juga tidak segan untuk memujinya. Tidak dengan keluarga Sanjaya, keluarga Osmand pun jadi. Fokus ibu-ibu arisan itu kini beralih pada Larasati sepenuhnya, membuat Ratna sebagai tuan rumah terabaikan. Itu membuatnya tidak senang.

***

Suara bising khas celotehan ibu-ibu begitu mendominasi ruangan, kebanyakan dari mereka tengah pamer tas branded dan perhiasan limited edition yang mereka kenakan, berlanjut membanggakan anak dan para menantu.

Zevanya keluar dari pintu dapur menuju taman belakang, gadis itu berjalan menghindari area kebisingan dari dalam rumah dan berakhir duduk di bangku taman bunga.

Berpikir memang tidak seharusnya ini terjadi, dan merasa pantas diperlakukan seperti ini. Agar ia tidak hanya menumpang seperti yang dikatakan sang mertua. Ratna pasti sangat kecewa, sebab anaknya tidak menikah dengan gadis baik-baik serta setara dengan keluarga mereka. Zevanya sadar diri, ia bukan siapa-siapa. Menghela napas, ini semua terlihat sangat rumit.

“Nona Zevanya,” panggil seorang pelayan menghampiri, Zevanya yang sedang berkutat dengan pikiran tersentak kaget. “M-maaf Nona, saya tidak sengaja mengagetkan, Anda.” Kata pelayan itu menunduk dalam, merasa sangat bersalah.

Zevanya mengangguk memaklumi, dan dirinya baru menyadari sudah setengah jam duduk di taman belakang. Sinar matahari sore, memberikan warna keemasan tak kala menimpa dahan-dahan pohon taman belakang.

“Ada apa, Mbak?” tanya Zevanya seraya berdiri dari tempatnya duduk.

“Anu, itu Nona. Nyonya Ratna memanggil Anda,” kata pelayan dengan sedikit tidak enak.

Zevanya mengangguk mengiyakan, ia masuk ke dalam rumah dan suasana rumah terlihat tenang. Sepertinya acara arisan telah selesai dan teman-teman mertuanya itu telah pulang.

“Dari mana saja kamu?” cerca Ratna ketika melihat kemunculan Zevanya.

Zevanya menunduk, “Maaf, Nyonya.”

Ratna berdecak, “Sekarang cepat bersihkan semua ini!” perintahnya dengan membentak, para pelayan yang ada di dekat sana sampai tersentak kaget.

“B-baik Nyonya,” angguk Zevanya mulai bekerja.

“Suasana hati Nyonya Ratna sedang tidak baik, jangan membuat masalah.” Pelayan saling berbisik dan mulai bekerja dengan serius.

Sore menjelang malam, Zevanya masih berkutat dengan pekerjaan bersama para pelayan. Gadis itu tidak menyadari seseorang menatapnya tajam, tepatnya pada apa yang dikerjakannya. Orang itu tak lain adalah Wira. Pria itu mendengus, berjalan mendekat pada Zevanya dan langsung merebut ganggang pel tersebut dan membantingnya.

Brak!

Bunyi nyaring tak terelakkan lagi, membuat semua yang ada di sana tersentak kaget. Tatapan tajam Wira bertemu pada mata sayu Zevanya yang kelelahan.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!