“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Sembilan belas
Tok tok...
"Masuk!" Ujar Aris dari dalam ruangannya.
"Pak, ini berkas-berkas hasil kerjasama perusahaan kita dengan Klien penting kita kemarin," Ujar Rey, seraya menaruh berkas-berkas yang ada di tangannya
ke atas meja Direkturnya itu.
"Bagus, tidak salah aku menyerahkan urusan perusahaan padamu, karena kau memang benar-benar dapat di andalkan," Puji Aris saat melihat hasil kerja sekertaris andalannya itu.
"Terima kasih pak," Ujar Rey seraya membungkuk hormat.
"Baiklah, karena hasil kerjamu yang begitu bagus, maka aku akan memberikanmu bonus sebanyak 75% dari Gajimu bulan ini," Ujar Aris lagi seraya meletakan kembali berkas-berkasnya ke atas meja, lalu menatap ke arah sekertaris kepercayaannya itu.
"Terimakasih banyak pak," Ujar Rey girang. Karena tak dapat menahan rasa bahagianya,
Saat mendengar ucapan atasannya itu.
"Ya sama-sama," Sahut Aris singkat.
Gruk..gruk..
Suara perut Aris, karena dari sejak pagi tadi, dia memang tak sempat memakan apapun, demi menghindari bersitatap wajah dengan pembantunya itu.
"Apa bapak menginginkan sesuatu, biar saya yang membelikannya untuk bapak?" Ujar Rey prihatin saat mendengar suara perut atasannya itu.
"Tak usah, tolong kau panggilkan saja Wisnu kemari?" Pinta Aris.
"Baik pak," Sahut Rey lalu keluar ruangan.
****
"Wisnu ayo kerjakan berkas-berkasku sekarang! karena dalam 2 jam lagi aku harus segera memberikannya
kepada pak direktur," Perintah Ujang yang saat itu sudah menjadi Manager administrasi
keuangan, menggantikan kedudukannya Wisnu.
Tempo hari Aris langsung menurunkan jabatannya, karena ulah kelancangannya itu.
"Seharusnya kau masih bisa bersyukur, karena aku hanya memberimu hukuman dengan menurunkan posisi jabatanmu, bukan langsung membuatmu angkat kaki dari perusahaan ini, karena aku masih mengingat akan semua jasa-jasamu selama bekerja di sini!" Kecam Aris. Seraya menatap tajam ke arah Wisnu dan juga Anis secara bergantian.
Sementara Keduanya hanya bisa tertunduk dalam, karena ketakutan. Mereka benar-benar tak menyangka kalau perbuatannya itu dapat dengan mudahnya di ketahui oleh direkturnya itu.
"Baiklah," Ujar Wisnu akhirnya. Tangannya sudah sibuk dengan keybord komputernya demi melaksanakan perintah dari atasannya itu.
"Wisnu tolong bikinkan aku kopi!" Ujar salah satu temannya lagi.
"Hey, apa kau tak melihat, kalau saat ini tanganku tengah sibuk?" Ujar Wisnu kesal. Seraya matanya tetap fokus menatap komputernya.
"Ayolah Wisnu, sekarangkan posisimu
lebih rendah dari kami, kemaren-kemarenkan kau juga sering menyuruh-nyuruh kami untuk melakukan hal sepele seperti itu, jadi sekarang gantianmu yang menolong kami!" Ujar temannya tadi.
"Heh! kalian liat saja kalau sampai posisiku sudah kembali seperti semula!" Kecam Wisnu, lalu beranjak ke dapur untuk mengerjakan tugasnya.
"Wisnu jangan lupa bikinkan aku nasi goreng juga, kau kan pandai memasak!" Ujar temannya yang lain lagi.
"Iya tuan," Sahut Wisnu kesal.
Tak lama setelah itu, temannya yang lainnya, juga ikut-ikutan memanggilnya. Hanya karena alasan sepele untuk menyuruh-nyuruhnya seperti yang di lakukan oleh teman-temannya
tadi.
"Hey statusku di sini bukan untuk menjadi seorang pembantu, jadi berhentilah memerintahku sesuka kalian!" Ujar Wisnu geram.
"Jangan salahkan kami Wisnu, tapi salahkan saja takdirmu yang sudah berani ikut campur dengan urusan pak direktur!" Ejek mereka secara bersamaan.
"Huh awas saja kalian," Maki Wisnu dalam hati.
Sementara itu, teman-temannya hanya terkikik geli karena berhasil membalaskan dendamnya pada Wisnu. Di karenakan dulunya Wisnu memang sering menyuruh-nyuruh mereka dengan mengandalkan kedudukannya itu, dan sekarang tibalah saatnya untuk mereka membalaskan dendam yang sudah membara di hati mereka yang sudah mendarah daging tersebut.