Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Balik Layar
Tidak pernah terfikir tentang apapun. Pemuda itu menghela napas kasar mengangkat sampah di pagi hari, membedakan dalam tempat sampah yang berbeda. Organik, non organik, residu, dan sampah masyarakat.
Menghela napas kasar, kala hendak melangkah pergi.
Kriiit!
Mobil sport hampir menyerempet dirinya. Sebuah mobil yang mungkin belum keluar di negara ini. Hanya berjarak 5 centimeter dari tubuhnya. Jantungnya berdegup cepat, kakinya terasa lemas akibat ketakutan akan kematian yang hampir menjemputnya.
Hingga jendela mobil sport itu terbuka, menapakkan pria yang kemarin datang bersama gadis bernama Fiona.
Tapi tidak seperti sebelumnya, pria itu tersenyum keji memakai setelan jas bernilai tinggi."Sial! Sedikit lagi, aku akan berhasil mengirimmu ke neraka." Gumam pemuda itu bagaikan sebuah ancaman.
Seketika tubuh Gandi gemetar. Dirinya ketakutan, terduduk di trotoar. Pemuda itu melangkah keluar dari mobilnya. Sedikit menunduk kemudian berbisik di dekat telinga Gandi."Namaku Ryu Dean, putra tunggal dari Willem Alexander Neil Andreas, dari kecil apa yang aku inginkan akan selalu aku dapatkan. Berani-beraninya makhluk hina sepertimu berebut mangsa denganku..."
"Mau mati dengan mayat atau tanpa mayat?" Lanjutnya.
Mata Gandi menelisik, pakaian yang dikenakan oleh pemuda ini, serta mobil sport yang mungkin bahkan belum dikeluarkan di negara ini. Orang ini dari keluarga konglomerat.
"A...apa yang kamu inginkan?" Tanya Gandi ketakutan, ini hanya insting untuk bertahan hidup.
"Tolak Fiona, jika kamu berani mendekati atau bicara dengan istriku lagi. Besok mayatmu, bahkan tidak akan ditemukan." Kala itulah Ryu Dean melangkah pergi.
Dor!
Di saat yang sama, sebuah tembakan tepat mengenai tempat sampah di sebelah Gandi. Mata Gandi menelisik, seorang penembak jitu berada di atas sebuah gedung pencakar langit.
Tapi.
Kala pandangan matanya kembali pada pria yang mengaku bernama Ryu Dean. Langkah pemuda itu terhenti, tersenyum ke arah gedung pencakar langit dimana penebak jitu berada.
Itu artinya nyawanya dapat dihabisi kapan saja oleh Ryu Dean, dengan tangannya atau dengan tangan pembunuh bayaran.
Waktu yang masih menunjukkan pukul 5 pagi, suasana jalanan begitu sepi, tidak ada satu orang pun yang melintas. Mobil sport bernilai tinggi itu pergi meninggalkan Gandi seorang diri.
"I...ibu..." Gumam sang ubur-ubur mengeluarkan cairan berbau pesing dari celananya.
Tidak mengerti bagaimana dirinya dapat terlibat masalah dengan putra tunggal dari keluarga konglomerat. Terlebih lagi, orang itu terlihat tidak normal.
*
Hari ini begitu menakutkan baginya. Bahkan kala melaporkan pada pihak kepolisian, mereka hanya menghela napas kasar karena tidak ada bukti sama sekali. Tempat sampah besi yang berlubang pun kembali seperti semula, seperti ada yang memperbaikinya.
Tangannya gemetar berusaha tetap tenang, menikmati air dingin untuk menjernihkan fikirannya.
Ini bukan jam makan siang, jadi hanya ada dua pelanggan yang tengah bercengkrama.
Hingga ada empat mobil yang terparkir di pinggir jalan dan depan kedai baksonya. Mobil-mobil yang pastinya juga bernilai tidak murah. Mungkin dua tahun gajinya menjadi TKI di Taiwan baru bisa membeli salah satu dari kendaraan tersebut.
Ada empat orang pemuda yang memasuki kedai bakso miliknya. Wajahnya tersenyum pelanggan kaya? Tapi yang paling penting, beberapa mahasiswa terlihat seperti penggemar yang mengikuti keempat pemuda itu.
Berpura-pura menjadi pelanggan, itulah yang dilakukan mahasiswa yang mengetahui kedatangan keempat mahasiswa paling populer di kampus mereka, ke kedai bakso depan kampus.
"Maaf, mau pesan apa?" Tanya Gandi tersenyum ramah, di balik hal buruk pasti ada rejeki. Itulah yang ada di benaknya. Mengingat begitu penuh pelanggan setelah kedatangan empat orang ini.
"Siapa disini yang namanya Gandi?" Tanya Dio tersenyum, ingin mengetahui makhluk setampan apa yang mengalahkan adiknya tersayang.
"Aku sendiri yang bernama Gandi. Ada apa ya?" Tanya Gandi menelan ludahnya. Ada firasat tidak enak, seperti ada makhluk yang bersiap melahapnya.
"Mau aku patahkan saja tulangnya?" Gumam Jerrel dengan suara kecil.
"Tidak perlu, jika aku meninggalkan ulasan buruk di akun media sosialku. Cepat atau lambat tempat ini akan tutup." Dio yang sedari tadi mengenakan topi dan kacamata membukanya.
Seketika mata Gandi membulat sempurna, ini adalah artis terkenal yang namanya tengah naik daun. Tapi tunggu dulu, ulasan buruk? Kenapa?
"Aku tidak suka basa basi, buat dia koma lebih bagus." Derio tertawa, tapi tawa yang terdengar begitu aneh."Apa kamu menghasilkan uang lebih banyak dariku? Orang bilang tampan itu relatif, tapi jelek itu mutlak..." Aura mengintimidasi yang begitu kuat.
Rasa tegang atas kejadian pagi tadi kembali.
Tak! Tak!
Pulpen yang digunakan olehnya untuk mencatat pesanan terjatuh ke lantai. Tangannya terlalu gemetar untuk memungut.
"Aku tidak pernah membuat masalah, kecuali kemarin, aku meninggalkan keran di WC umum menyala. Tapi kenapa semua orang jadi ingin membunuhku?" Batinnya dengan wajah pucat pasi.
Gretel menghela napas kasar. Bagaimana masalah ini dapat selesai, jika mereka tidak bicara baik-baik.
"Kamu kenal Fiona?" Tanya Gretel to the point.
Dengan cepat Gandi menggeleng, tapi sejenak kemudian mengangguk."Sepertinya..." ucapnya ketakutan.
"Begini, temanku Derio, ayahnya merupakan pemilik yayasan kampus, mempunyai perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Apa kamu memiliki kemampuan bersaing dengannya?" Tanya Gretel, dijawab dengan gelengan kepala oleh Gandi.
"Nah, ubur-ubur sepertimu akhirnya mengerti. Intinya wanita yang disukai temanku ini (Derio) secara kebetulan yang ajaib menyukaimu. Jadi jika kamu masih sayang nyawamu, jangan pernah dekat atau menyapa Fiona. Apalagi menerima cintanya. Jika tidak kami akan menghancurkan usaha orang tuamu, membuat keluargamu hancur, yang lebih buruk, membuatmu memohon untuk segera mati..." Sebuah ancaman gila dari Gretel, penuh senyuman. Tapi memang benar bukan, tangan Jerrel sudah gatal untuk keroyokan, menghajar orang.
Dio? Kakak mana yang rela percintaan adiknya tersayang kandas? Sedangkan Derio jangan ditanya lagi. Betapa gatal tangannya untuk meratakan tempat ini dengan tanah.
"Aku akan menolaknya! Aku berjanji tidak akan pernah dekat dengan Fiona lagi! Fiona hanya mitos! Dia adalah cobaan dalam hidupku..." Gandi hampir menangis, mengetahui bagaimana nasib kedai bakso kedua orang tuanya, jika dalah satu dari keempat orang gila ini bertindak.
"Kamu bilang apa tadi? Fiona adalah cobaan!?" Tanya Derio, menatap penuh dendam padanya."Fiona, bukan cobaan, dia anugrah..."
"I ...iya dia anugrah..." Ucap Gandi menyadari dirinya salah bicara.
*
Hari mulai malam, menghela napas kasar. Sebuah kejadian di luar nalar. Fiona, gadis itu lumayan cantik dan baik. Tapi monster yang bersembunyi di baliknya tidak main-main. Salah sedikit maka daging akan terkoyak.
Apa yang terjadi pagi tadi? Ancaman dengan pembunuhan bayaran? Bahkan di siang hari sama buruknya?
Kembali membersihkan meja, kala makhluk bernama Fiona masuk, dirinya hanya harus menghindar.
Tapi, bagaikan suara malaikat kematian, begitu indah tapi menyedihkan.
"Kak Gandi!" Ucap Fiona mendekat tersenyum, diikuti oleh Ryu Dean.
"Mampus!" Batin Gandi.
Masih greget rasanya...