NovelToon NovelToon
Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Pemain Terhebat / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.

Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.

Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#31 - Mourning Feast

Di dalam kamar wisma tamu pos 9, Mikael dan Jezebel kini memilih untuk menunggu malam tiba, menunggu semua orang untuk tertidur sambil memastikan tidak ada yang mengunjungi kamar mereka, sebelum akhirnya melakukan langkah awal pada rencana mereka.

Di tengah penungguan itu, Jezebel memanggil 10 spirit demon untuk menyebarkan mereka ke para Jenderal elf, tentu dengan persetujuan Mikael pastinya, karena dia benar-benar masih belum mau melakukan hal keji yang tidak perlu.

Sebelumnya, di saat membahas langkah awal pada rencana utama mereka, Jezebel yang menyarankan untuk melenyapkan ribuan pasukan tambahan, juga harus berdebat panjang dengan Mikael. Sementara Jezebel ingin melenyapkan mereka dengan membunuh sekaligus, di sisi lain Mikael menginginkan mereka agar di teleportasi kan ke tempat yang tidak mereka kenal dan membuat mereka tersesat.

Tentu keinginan Mikael jauh dari masuk akal, karena tujuan mereka yang ingin memantik api peperangan hanya akan menjadi sia-sia. Pasukan yang disesatkan pada akhirnya akan kembali berkumpul dengan kelompok mereka, apalagi dengan adanya teknologi sihir, perjalanan jauh sudah bukan masalah lagi. Penduduk Eirda bahkan sudah ada yang punya gerbong terbang dengan kecepatan tinggi.

Jezebel menginginkan kepastian yang mutlak, dia tidak ingin ada orang yang akan kembali kepadanya untuk balas dendam, oleh karena itu dia ingin membunuh mereka dengan cara yang cepat, yakni dengan menteleportasi kan mereka ke ketinggian untuk menjatuhkan mereka.

Sedangkan Mikael adalah sosok pengasih yang tidak ingin adanya pembunuhan yang tidak perlu. Oleh karena itu ia hanya menginginkan mereka untuk tersesat, meski pada akhirnya, walau membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka akan tetap kembali berkumpul dan melaporkan segalanya.

Lalu pada akhirnya, setelah perdebatan itu, mereka pun mengambil jalan tengah.

Setelah penyatuan dua pemikiran yang berlawanan, langkah awal pada rencana utama pun diputuskan.

Mikael dan Jezebel akhirnya memilih untuk menteleportasi kan ribuan pasukan tambahan ke dalam dimensi di beberapa lantai untuk melawan para NPC lemah. Jika mereka kalah dan mati di dalam proses nya, mereka akan dibiarkan mati, jika mereka berhasil mengalahkan satu atau dua NPC saja, maka mereka akan dibiarkan hidup, tapi sebagai gantinya mereka akan dipenjara sampai rencana utama tercapai sepenuhnya.

“Jadi, kamu memilih cara ini agar mereka setidaknya berjuang untuk tetap bisa hidup? Bukankah ini lebih parah? Setidaknya aku melakukan cara yang cepat,” kata Jezebel, mengomentari sambil berbaring santai di ranjang.

“Tapi setidaknya mereka berjuang,” balas Mikael, kini duduk di pinggir ranjang. “Bukankah mereka datang untuk berperang? Mereka menyadari itu, sedangkan kita … kita hanya perlu menyediakan mereka medan nya. Biarkan mereka berjuang dan mati di perang yang mereka dambakan itu.”

“Ya, ya, suka-suka kamu, deh,” ujar Jezebel, datar.

Waktu kini menunjukkan 5:30, 30 menit lagi matahari akan segera padam. Jezebel ingat akan beberapa pembicaraan yang sempat dia dengar. “Ngomong-ngomong, di saat kemarin matahari kita padam, seluruh pos mengalami mati daya, apakah kamu sudah tahu itu? dan di pos ini, di pos 9, daya mereka baru menyala tidak lama ini.”

“Tidak,” balas Mikael, “Saat aku di lapak Bromir, aku sudah melihat kompresor nya menyala, saat aku ke lapak nya. Jadi, kurasa di Khazmirad tidak mengalami mati daya.”

“Sebagai ahli listrik dan fusi nuklir, apakah kamu tahu penyebabnya?”

Mikael tersenyum miring, menoleh ke arah Jezebel. “Hmmm, jika prinsip kerjanya sama seperti listrik, kurasa di Khazmirad teknologinya lebih canggih dan terencana daripada di sini. Selama kamu tidak ada, aku menghabiskan waktu di kota itu sambil melihat-lihat dan aku sempat melihat di kota itu terdapat pembangkit, mereka juga memiliki semacam trafo listrik dan gardu. Di dalam kamar yang kita sewa juga terdapat stopkontak dan APP.”

Jezebel hanya menatap kakak nya, menunggunya untuk menyelesaikan penjelasan.

Mikael melihat ke sekitar nya, memeriksa setiap sisi tembok. “Dan … sementara di sini, aku lihat-lihat, mereka bahkan tidak punya stopkontak dan APP … sehingga sihir hanya dialirkan dari pembangkit langsung ke peralatan, tanpa adanya pengaman atau semacamnya, sementara mereka menggunakan sistem otomatis mengikuti siklus siang dan malam. Jadi kurasa, saat semua peralatan sihir menyala tiba-tiba, dengan siklus malam yang berganti secara tidak normal, maka terjadilah hubung singkat atau semacam nya dan membuat aliran transmisi sampai peralatan menjadi rusak.”

“Wow,” ucap Jezebel tampak terpukau. “Oh iya, aku juga sempat melihat para elf sedang membetulkan pembangkit sihir saat aku tiba di kota ini.”

“Betulkah? kalau begitu, mereka sepertinya sedang mengganti sistem otomatis ke sistem manual agar tidak terjadi lonjakan daya tiba-tiba ke peralatan.” Mikael mendapati penghangat yang menyala tidak terlalu hangat, namun tidak dengan lampu. “Dan sepertinya, mereka menggunakan semacam control center untuk menyalakan setiap jenis peralatan secara terpisah.”

Di tengah perbincangan suara ketukan pintu kamar pun terdengar.

“Nyonya Diana, kami akan melakukan perjamuan makan malam sebentar lagi, dan yang mulia putri mahkota ingin anda untuk bergabung,” ucap seorang elf pria dari balik pintu.

Jezebel bangkit dan langsung berdiri, kemudian menatap Mikael.

“Haaa … oke, aku akan menggunakan perfect invisibility untuk menghilang dan mengikutimu,” kata Mikael, langsung berdiri dan mulai menggunakan skill tersebut.

“Hm? padahal aku ingin meminta kamu jadi suami–”

Mikael dalam keadaan sudah tak kasat mata, menepuk kepala adik nya, lalu berkata, “yang ada kamu malah akan dicurigai oleh mereka.”

“Iya, iya, tsk,” balas Jezebel, menggembungkan pipi nya sambil berjalan ke arah pintu lalu membuka nya.

Saat dibuka, seorang elf pria berwajah polos berdiri di depan nya. “Silahkan, Nyonya, lewat sini,” ucapnya, membungkuk sambil menunjuk jalan.

Jezebel menatapnya dengan rendah karena tinggi nya yang lebih pendek, sebelum akhirnya berjalan melewati elf pria itu. Sementara itu Mikael, yang saat ini tak kasat mata, berjalan di belakang elf pria itu sambil memperhatikannya.

Elf pria itu kini berjalan di belakang Jezebel, dan tanpa Jezebel sadari, ekspresi polos pria itu berubah menjadi tatapan jijik sambil menatap tubuh bagian belakang Jezebel.

Mikael yang melihat itu pun cukup terkejut dengan ekspresinya, namun karena keadaannya tidak memungkinkannya untuk menyerangnya kecuali dengan menggunakan sihir, ia pun mengurungkan niatnya, tapi tetap mengawasi elf pria itu dengan lebih ketat.

***.

Di dalam sebuah aula yang besar, di dalam puri pos 9, perjamuan sudah disiapkan di atas meja besar dan panjang. Namun meski begitu, aula terlihat masih sepi dan hanya ada beberapa pelayan dari kalangan manusia dan elf yang masih merapikan sekitar. Sementara Jezebel berjalan ke arah meja itu, pria elf yang menuntunnya menyalip nya dari belakang dan langsung dengan cepat-cepat menarik kursi di pinggir di dekat kursi utama.

“Silahkan, Nyonya, anda duduk disini, di sebelah yang mulia,” ucap elf pria itu, mempersilakan.

Jezebel duduk dengan anggun, menjaga etiket nya agar terlihat seperti bangsawan. Ia menoleh ke arah pria itu, yang kini berdiri di samping nya. “Sepertinya orang yang diminta untuk mengawal ku, berbeda dari yang sebelumnya,” ucapnya, “kalau begitu, bolehkan aku tahu namamu?”

“Faenor, Nyonya … nama saya Faenor,” ucap elf pria itu, berambut putih dan berwajah polos bernama Faenor, kini menunjukkan ekspresi dingin nya, berbicara tanpa menatap kembali Jezebel.

Jezebel memegang telinga kanan nya. ‘Kak, apakah kamu lihat ini? lihatlah, entah kenapa aku merasa direndahkan.’

‘Iya aku lihat, aku ada di sebelah kiri mu,’ balas Mikael, ‘tampaknya dia tidak hanya membencimu, tetapi semua manusia. Aku bisa melihat matanya menyorot ke mana.’

Jezebel melihat ke sekitarnya, ke para pelayan yang juga di antara nya ada beberapa manusia.

Kemudian, pintu besar yang mengarah ke ruangan lain terbuka, bersamaan dengan itu, Nanthaliene bersama dengan beberapa jenderal nya memasuki aula perjamuan. Jezebel yang melihat itu pun berdiri, memberikan sikap sambutan yang layak dan formal.

Nanthaliene yang melihat Jezebel sudah hadir duluan pun langsung berjalan lebih cepat ke arahnya, lalu langsung menyalami nya. “Nyonya Diana, mohon maafkan saya sebelumnya, karena ada beberapa urusan penting, saya jadi tidak bisa menyambut anda.”

Terlihat Nanthaliene bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa, ia bahkan memberikan senyuman akrab. Namun Jezebel sudah mengetahui alasan dari sikap nya itu, dia sadar bahwa Nanthaliene saat ini sedang berakting untuk menutupi kesedihan dan kegundahan hatinya atas hilangnya para wanita kota dan maharani mereka.

“Tidak apa-apa, yang mulia,” balas Jezebel, melirik ke sekitarnya, “ngomong-ngomong, saya tidak melihat paduka hadir bersama kita, apakah saya boleh tahu dimana beliau?”

“Oh … soal itu, beliau sedang ada urusan di ibukota,” balas Nanthaliene dengan tenangnya.

‘Para elf tampak nya jago dalam menjaga ketenangan mereka,’ batin Jezebel.

“Sebelum itu, mari kita menunggu matahari palsu itu untuk kembali padam,” sambung Nanthaliene, “tidak apa-apa kan, Nyonya Diana?”

Jezebel memasang ekspresi bingung, berpura-pura tidak tahu.

“Oh … apakah anda tidak tahu?” tanya Nanthaliene.

“Oh, saya tahu, matahari palsu itu punya siklus siang malam yang tidak normal, tapi, apakah ada alasan khusus yang membuat kita mesti menunggu?” tanya Jezebel, menunjukkan ekspresi polos. “Ah, maaf bukan maksud saya ….”

“Soal itu … sebelumnya, padam nya matahari palsu telah membuat peralatan sihir kita rusak, sehingga setelah kita merubah sistem nya untuk mencegah kerusakan, kita meski menunggu dulu, sambil menunggu penerangan dinyalakan secara perlahan agar tidak mengulangi kerusakan kembali,” jelas Nanthaliene, tampak setetes keringat mengucur dari pelipis kiri nya.

“Oh, apakah kalian menggantinya dengan menjadi sistem manual?” tanya Jezebel, menunjukkan wajah bangganya.

“Huh? bagaimana anda bisa tahu, Nyonya?” Nanthaliene terlihat terkejut dan terpukau, sebelum akhirnya mengalihkan pembicaraan dan mengajak semua nya duduk di kursi masing-masing. “Ahem … silahkan semuanya duduk. Kita akan menunggu matahari itu untuk padam dulu.”

‘Luar biasa, kamu mengambil kredit ku,’ kata Mikael, melalui telepati.

Jezebel pun tertawa kecil, sambil menutupi mulutnya.

Beberapa menit kemudian, matahari pun padam dan semua menjadi gelap. Lalu perlahan, lampu secara berangsur-angsur pun mulai menyala dari redup menuju terang, menerangi seluruh area aula.

Dan dengan begitu, perjamuan makan malam pun dimulai.

***.

Bersambung …

APP (Alat Pengukur dan Pembatas)

***.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!