Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya?, ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu s/d Jumat pukul 20.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_04]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Sesama
Keesokan harinya....
Dila sudah bersiap untuk meluncur dengan motor matic kesayangannya. Ia tampak terlihat rapi memakai baju warna biru muda, hijab navy dan celana panjang hitam. Juga membawa tas selempang yang berisi buku catatan kecil, pulpen pribadinya (kuda poni), hp dan dompet. Ia juga tak lupa membawa mukena dan menaruhnya di jok motor. Selalu sedia, agar bisa sholat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanannya.
Perjalanan membutuhkan 2 jam kalau melewati jalan pintas karena lebih mempersingkat waktu dan kalau melewati jalan biasa bisa bisa terjebak macet. Tak terasa Dila sekarang sudah berada di depan gardu sesuai yang ditunjukkan oleh google maps.
Jalan raya setelah gardu terlihat sangat sepi dan jarang warga melintas. Dirinya juga akan kesusahan menanyakan dimanakah letak pastinya. Namun tekadnya untuk bertemu dengan Ustadz Alfi lebih besar daripada keraguan dirinya melewati jalan raya di depannya.
Baiklah, ia harus mengandalkan google maps sebagai penunjuk arah. Daerah ini perbatasan Jakarta dengan Tangerang tapi tidak ada orang yang melintasi jalan raya menjadi perdebatan di dalam pikirannya. Apakah dirinya salah melewati jalan dan bukan berada di perbatasan lagi namun sudah benar benar Tangerang?
Dila menjalankan motornya sesuai petunjuk aplikasi di ponselnya ini. Melewati banyak jalan setelah gardu, tiba tiba paket datanya habis dan membuatnya berhenti setelah 2 menit menyusuri jalan raya. Ia menepikan motornya di dekat persimpangan jalan yang terdapat rumah tapi tidak ada yang berniat keluar untuk menolongnya.
“Ish, internetku pakai habis pula. Bagaimana aku menemukan tempatnya? Bahkan aku lupa menghafal jalan yang dilewati tadi. Hahhh”keluh Dila memijat keningnya dan mengakhiri keluhannya dengan helaan napas.
Dila melihat sekitar dimana dirinya berada demi mengingat-ingat jalan apa yang dilaluinya tadi. Namun indra pendengarannya mendengar kasak kusuk suara beberapa orang membuat senyum terbit wajahnya. Mungkin seseorang itu bisa membantunya setidaknya untuk keluar dari ketersesatannya saat ini.
Menjalankan motornya kembali dan menyimpan ponselnya di dalam tas. Suara yang terdengar semakin jelas di telinganya tapi kenapa nada suaranya seperti meminta tolong. Mematikan motornya sebentar demi mendengarnya lebih jelas lagi.
“Tolong.. siapapun”pekik seseorang yang Dila duga seorang ibu berumur 40 tahun.
Bagaimana Dila mengetahuinya? Pendengarannya sangatlah tajam karena sudah dilatih menjadi srikandi silat. Yaa, memang diakui kemampuannya mumpuni sebab didikannya pun tidak main-main. Mungkin jika ia memasuki akademi polisi langsung bisa menjadi kandidat terkuat.
Setelah mencari suara meminta tolong, netranya melihat seorang ibu paruh baya sedang dihadang tiga orang. Tiga orang yang menghadang bertubuh lumayan besar, wajahnya tidak ramah dan salah satu dari mereka membawa senjata. Ia tidak membiarkan ini hingga langsung mematikan motornya dan memasukkan tas di jok motornya.
Selesai dengan barangnya yang disimpan di jok, kunci motornya di dalam kantung celananya. Dila melihat ibu paruh baya memakai gamis cokelat muda tersebut terjatuh duduk karena didorong oleh salah satu orang pelaku kejahatan. Bahkan gamisnya kotor dengan tanah pinggir jalan raya.
"Hei, apa yang anda semua lakukan kepada ibu itu!?”ucap Dila sedikit meninggikan suaranya sebab tidak terima jika ada laki laki berbuat tidak sopan seperti itu pada perempuan apalagi orang tua. Dengan segera dirinya menolong wanita paruh baya itu untuk bangkit dari jatuhnya.
"Mari Bu"ucap Dila yang kembali lembut menatap wanita paruh baya tersebut. Setelah membuat tubuh terjatuh itu bangkit, akhirnya Dila kembali menatap tiga orang pelaku kejahatan di depannya dengan menutupi tubuh ibu tersebut dibelakangnya.
"Apa apaan anda semua membuat seorang ibu terjatuh seperti ini dan merebut tasnya. Anda semua tidak punya sopan santun sepeserpun dengan orang tua"tegas Dila. Dirinya marah dengan tindak perilaku kejahatan yang marak terjadi ini.
"Gadis itu tadi melembutkan pandangan dan suaranya kepadaku juga lembut tapi kembali tegas kepada mereka"pikir ibu yang berada dibalik punggung sosok gadis penolongnya sembari menilai.
"Hey cantik, galak sekali kamu"ucap salah satu dari mereka yang bertubuh sedikit tinggi.
"Kembalikan tasnya"sekali lagi Dila menegaskan kembali maksudnya.
“Memang apa urusanmu merecoki kami. mau ku hajar kau!?"ucap pelaku 2 dengan semua rekannya tampak bersiap siap melawan gadis di depannya.
"Karena dibicarakan baik baik saja tidak menggubris. Ayo silahkan anda semua maju satu persatu, kita selesaikan ini dengan cara keras"ucap Dila yang langsung memasang kaki kuda kudanya dan bersiap menyerang.
Dari sikap awal sebelum melawan, semua orang jika melihatnya pasti sudah paham bahwa Dila punya kemampuan dalam bela diri. Seperti perkataan Dila, ketiga orang tersebut benar benar maju secara satu persatu. Pelaku 1 tanpa senjata dan memiliki kemampuan dasar dalam menyerang.
Semua gerakannya terbaca oleh Dila. Apalagi karakteristik dalam menyerang terlihat tidak santai dan tidak beraturan. Tangan dikepal si pelaku 1 menyasar ke arah wajah Dila namun tentu saja ditahan dengan satu tangannya.
Hap…
Kretek
“Arghh”pekik pelaku 1 yang tangannya dipelintir tanpa pemberitahuan. Dila terlihat tersenyum penuh rasa puas langsung saja menendang bahu yang tidak ada pertahanan diri sama sekali dengan kencang menggunakan tendangan sabit
Brak..
Pelaku 1 sudah terduduk mengadu kesakitan karena satu tangannya nampak bengkok sedikit. Kemudian majulah pelaku 2 yang terlihat cukup dalam teknik bela dirinya. Ia memakai kakinya untuk menendang kaki Dila. Namun dengan cepat Dila menghindar sembari mengamati gerakan selanjutnya dari lawan.
Pukulan lurus dilayangkan oleh Dila namun tangannya ditarik hingga posisinya seperti dipeluk dari belakang dengan tangan ditekan di dagu. Ia mencoba melepaskan diri tapi kuncian tersebut lumayan susah juga untuk membebaskan diri.
“Kamu lumayan juga, wangi parfummu tercium rasa cokelat”senyum senang pelaku 2 dapat memeluk gadis manis namun galak seperti Dila.
“Ck, kau meminta saya melakukan hal itu. Baik bersiaplah”decak Dila kesal. Rasanya jijik sekali tubuhnya hampir berdekatan dengan tubuh pelaku 2. Ia mengumpulkan tenaganya di siku tangannya yang ternyata tidak terkunci dan tidak disadari oleh pelaku 2.
Duag
“Ugh, sial”umpat pelaku 2 yang merasakan sakit di dagunya karena terkena siku Dila bahkan membuat hidungnya berdarah.
Kuncian ditangan Dila tidak terbuka namun terasa mudah dilepaskan. Dengan segera Dila menekan dagunya di tangan yang dikunci dan tangan yang lain berusaha memegang bahu lawannya. Ia berniat membanting lawannya, sebelum itu memperkirakan beban yang akan diangkatnya seperti apa.
"Apakah aku bisa membantingnya?"pikir Dila sedikit tidak yakin berhasil namun apa salahnya mencoba bukan?
“Bismillah”gumam Dila yang bersiap membanting lawannya saat dirasa tubuh di belakang terasa sedikit lengah karena merasakan sakit di hidungnya. Ia pun mengangkat beban di belakang dengan susah payah lalu membanting tubuh yang mungkin lebih berat dari tubuhnya ke tanah dengan cepat.
Gedubrak
Berhasil dibanting. Ibu paruh baya yang melihat pun sedikit terkejut. Bagaimana bisa gadis yang tidak sebanding berat badannya dengan lawannya mampu menggunakan teknik bantingan. Wajah pelaku 2 terlihat pasrah saat dirinya terbanting. Ia menyesal lengah karena sedikit menghirup wangi cokelat di baju gadis galak yang terlihat masih kesal dengannya. Merasa kecolongan akibat dirinya bisa memeluk tubuh gadis tersebut.
Sedangkan Dila merasakan tengkuknya sedikit nyeri karena menahan beban berbanding jauh dari tubuhnya. Ia meraba tengkuknya yang sudah cedera berkali kali sebelum ini terasa kian berdenyut. Sepertinya perkelahian ini harus dihentikan secepatnya, tanpa sadar pelaku 3 bersiap menyerangnya dari belakang. Ia malah menatap ibu paruh baya yang ditolongnya apakah baik baik saja.
Senyuman licik terbit di wajah pelaku yang memegang pisau di tangannya. Dirinya berniat menikam dari belakang gadis yang berani ikut campur dengan urusannya bersama rekannya. Walau Dila tidak sadar, ibu paruh baya bergamis cokelat muda menyadarinya.
"Awas nak!"pekik ibu itu dengan panik. Jantungnya hampir saja mencelos ke tanah sebab gerakan pelaku 3 begitu cepat menyerang gadis yang menyelamatkannya ini padahal belum siap untuk melanjutkan aksinya tetapi lihat betapa tidak jantannya laki laki tersebut.
Ibu itu sangat mengkhawatirkan Dila. Takut terjadi apa apa kepada seorang gadis yang baru ditemukan olehnya. Rasanya sangat sayang sekali jika gadis semanis ini terluka. Boleh lah jadiin kandidat mantu suatu saat nanti untuk putranya.
Kembali ke perkelahian antara Dila dan pelaku 3 bersenjata tajam. Netra gadis itu menangkap sebilah bambu usang dan berniat ingin menggunakannya namun sayang akibat lengah sedikit, senjata tajam milik pelaku 3 berhasil menggores tangannya walau dirinya sempat menghindar.
Srett
"Shh, ya Allah"ringis Dila yang merasa kebas ditangan kanannya. Tapi dirinya langsung berlari menghindari sekaligus mengambil bambu yang menjadi senjatanya. Pelaku 3 mengikutinya begitu gigih bahkan lari Dila tersendat sendat karena serangan bertubi tubi kebagian tubuhnya.
Sebilah bambu berhasil didapatkannya dekat pohon, Dila menggunakannya sebagai pertahanan ketika senjata tajam tersebut tepat berada di depan wajahnya. Siapa saja yang melihat pasti panik begitu pula dengan ibu paruh baya yang jantungnya berdetak tidak karuan dengan apa yang dilihatnya.
"Ya Allah tolonglah kami"batin ibu tersebut dengan menutup matanya tidak kuat melihat aksi pelaku 3 tersebut berusaha menikam gadis penolongnya. Benar benar kejam dan tidak pandang bulu.
Tak Tak Tak
Bunyi bambu beradu dengan pisau terdengar memecah keheningan. Tangan kanan Dila yang kebas sudah tidak terasa lagi membuatnya hampir terdesak dan terancam luka kembali. Hingga datanglah 10 orang bapak bapak yang siap membantu Dila menanganinya. Tanpa mereka sadari sejak tadi, ada seorang warga melihat aksi pertarungannya lalu meminta pertolongan warga lainnya. Pelaku 3 sepertinya lengah dan inilah kesempatan Dila menyerang.
Blak
Kepala pelaku 3 terkena bambu begitu keras sampai mengalirlah darah di keningnya. Dila terpaksa melakukannya untuk mengakhiri pertarungan ini dan melempar pisau tersebut ke tanah. Setelah dilumpuhkan semuanya, barulah 10 orang bapak bapak tanpa senjata mengamankan ketiga orang yang diduga biang keladi perampokan di wilayah mereka sejak lama ini.
Terlihat pelaku terakhir tersebut terluka cukup parah dengan memar memar di tubuhnya. Bagaimana tidak? Dila sekuat tenaga melumpuhkan mereka dengan tangan kanannya yang kebas tidak tertolong. Beruntung begal yang dipukul bambu di kepala tidak langsung meninggal dunia ditempat, sebab Dila terpaksa memusatkan tenaga pada bambunya dan terjadilah seperti itu.
Akhirnya, masalah hari ini terselesaikan dengan baik dengan polisi yang berdatangan ke lokasi. Dila pun mendapat ucapan terimakasih dan diberi sejumlah uang untuk mengganti rugi akan tangannya yang terluka. Semuanya bersyukur karena dalam peristiwa ini, tidak ada korban jiwa. Yaa walaupun, ketiga pelaku tersebut terluka.
Dila mengerutkan keningnya akibat rasa sakit di tangannya sudah menghampiri. Bagian yang tergores bahkan tidak terhitung berapa mili darah yang keluar. Lebih dari itu, tidak menutup kemungkinan hatinya gembira sebab berhasil menolong sesama. Dikepala saat ini sudah teringat bahwa kunci motornya telah dipinjam saksi kunci warga yang melihat kronologinya karena masih harus mengurus segalanya di kantor polisi.
Kini hanya tersisa Dila dengan ibu paruh baya yang menjadi korban akibat ketiga pelaku. Langkah Dila mengembalikan bambu di tempatnya dan mengambil tas milik seseorang yang ditolongnya.
"Apakah ibu baik baik saja? Oiya ini tasnya bu, coba diperiksa dulu"ucap Dila yang menghampiri wanita paruh baya tersebut. Terlihat sangat syok dengan kejadian tadi namun tak lama terdengar suara lembut dari beliau.
"Terima kasih ya nak. Dan, siapa nama mu?"ucap ibu tersebut yang sudah menerima tasnya dan telah menetralkan ekspresi syoknya.
"Nama saya Dila Cahyani Asmawati. Panggil Dila/Ila juga boleh Bu"balas Dila yang tersenyum manis dikala tangannya sedang cenat cenut gak tertolong.
"Oh Dila... tapi tanganmu terluka dan wajahmu menjadi pucat"khawatir ibu tersebut yang menangkup wajah Dila. Sejenak Dila tertegun dengan tindakan dirinya.
"Gak apa apa bu, Insyaallah saya baik baik saja. Em..siapa nama ibu dan maaf ibu ini mau kemana kok jalan di daerah sepi begini?"ucap Dila sekilas menatap jalanan di tempatnya berdiri. Ia berpikir jika semisal dirinya tidak ada, entah apa yang terjadi. Dilihat dari medan jalan yang sangat sepi karena memang masih banyak pepohonan besar di sekelilingnya.
"Saya Marshita Sashmita. Saya ingin ke tempatnya Ustadz Alfi"ucap Umi Shita tersenyum. Ia tidak ingin identitasnya terbuka saat ini juga. Tidak ada tujuan apapun, tapi entah mengapa dirinya ingin. Dirinya adalah ibu dari seorang pendakwah muda terkenal yang digadang gadang para gadis mengantri untuk menjadi menantunya.
"Wah, saya juga mau kesana tapi tidak tahu pasti tempatnya karena sejak tadi selalu mengelilingi jalan ini juga sebab internet saya habis. Saya fansnya Ustadz Alfi dan ingin menemui beliau. Mari saya antar sepertinya kaki ibu terkilir dan ibu bisa tunjukkan jalannya"ucap Dila dengan senyum manisnya dan semangat.
"Loh? Memangnya kamu tahu tempatnya dimana bukankah tadi kamu tersesat?"bingung Umi Shita yang seperti masih mencerna ucapan Dila.
"Saya tidak tahu tapi kan ibu pasti tahu tempatnya hehe"kikuk Dila yang membuat Umi Shita tertawa kecil.
"Mm....baiklah ibu akan tunjukan jalannya."sahut Umi Shita yang diangguki oleh Dila. Mereka akhirnya berjalan menuju tempat tujuan.
"Ternyata Dila ini fansnya si Alfi. Udah berhijab, lucu, baik hati, lembut namun tegas trus jago beladiri lagi"batin Umi Shita.
▪️▪️▪️▪️▪️
Saat sampai di tempat timnya Ustadz Alfi, Dila mendudukkan Umi Shita di kursi yang berada di teras bangunan minimalis dan cukup luas disertai pagar hitam di depannya. Setelah didudukkan dengan baik, Dila mulai memijat kaki Umi Shita berusaha menyembuhkan cederanya.
"Adduh nak, saya jadi tidak enak hati"cegah Umi Shita yang terlihat sungkan dengan Dila memijat kakinya. Namun sesaat kemudian terlihat seorang gadis cantik menghampiri mereka memakai gamis berwarna biru muda. Terlihat sangat khawatir dengan wanita yang kakinya dipijat oleh Dila
"Umi, apa yang terjadi? Kenapa dengan Umi?"khawatir gadis itu diduga adalah anak perempuan Umi Shita.
"Gak apa apa Ais. Kaki Umi hanya terkilir aja"jawab Umi Shita meringis ngilu saat Dila mulai mencari titik dimana tempat terkilirnya.
Untuk Dila yang sudah berkali kali mengikuti kejuaraan silat tentu tahu bagaimana caranya menyembuhkan cedera pada anggota tubuh. Selagi dia bisa menyembuhkannya, tentu ia lakukan dengan sebaik mungkin.
Saat Dila berfokus dengan kaki yang terkilir, Umi Shita bercerita dengan panjang kali lebar mengenai apa yang terjadi dengannya. Sesekali Dila menanggapinya dengan tersenyum saat Umi Shita memuji dirinya tadi.
"Udah Bu. Coba digerakkan kakinya"senang Dila yang berhasil dengan usahanya. Umi Shita yang tadi sempat memejamkan matanya akibat sakit mulai menapakkan kakinya di lantai lalu tersenyum senang.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak ya kak udah nolongin Umi"seru Aisyah lega.
"Iya sama sama"balas Dila agak canggung dengan orang baru.
“Dila, panggil Umi saja. Dan terimakasih telah menyelamatkan saya, entah jika kamu tidak ada bagaimana nasib saya saat ini”tulus Umi Shita membuat Dila tersenyum canggung lagi.
“Ah iya sama sama U_Umi”canggung Dila.
"Oiya kak, perkenalkan aku Aisyah dan kakak siapa?"ucap Aisyah yang mencoba pendekatan dengan Dila.
"Dila"balas Dila seraya menampilkan senyuman manisnya sebab lawan bicaranya menghormatinya dengan baik.
Sedangkan Aisyah, ia tersenyum dan sedikit kagum dengan Dila yang saat ini mulai terbuka untuknya. Dila adalah sosok kakak perempuan yang di idamkannya. Jadi wajar saja Aisyah sangat ingin pendekatan dengan orang yang menyelamatkan uminya. Tapi tatapan Aisyah terpaku di tangan kanan milik Dila berdarah cukup parah.
"Kak tanganmu terluka, biar ku obati yaa tunggu sebentar"seru Aisyah yang berlari mengambil sesuatu.
Saat Aisyah sampai, Dila segera diobati olehnya dengan telaten sampai tangan yang terluka sudah di perban. Sedikit Aisyah berbincang dengan Dila dan membuat Umi Shita tersenyum. Nyatanya Aisyah memang ramah kepada semua orang tapi tidak semudah dibanding keakraban dengan Dila saat ini. Mereka terlihat seperti kakak adik.
Beberapa menit kemudian datanglah bapak yang tadi meminjam motor Dila untuk ke kantor polisi.
"Assalamualaikum."salam bapak tersebut
"Waalaikumussalam"serempak semuanya
Bapak itu memberikan kembali motor yang sempat ia pakai tadi dan Dila menerima kunci tersebut dengan tersenyum lagi untuk menghormati yang lebih tua darinya.
"Terimakasih atas bantuannya ya nak, motornya utuh seperti awal sebelum meminjam"ungkap bapak tersebut.
"Sama sama Pak"balas Dila yang kemudian menerima kunci motornya dari tangan bapak tersebut.
Tiba tiba suara ponsel Dila berbunyi dan ia izin mengangkat telepon lebih dahulu. Aisyah dan Umi Shita tersenyum mengiyakannya. Internetnya memang habis akan tetapi pulsanya masih ada jadi memungkinkan seseorang bisa menghubunginya.
Dayu Calling 🗣
Dayu : Hallo, Assalamualaikum Mbak!
Dila : Waalaikumussalam, kenapa Dek?
Dayu : Ih Mbak mah, aku baru pulang nih dan pintu dikunci. Mbak gak ninggalin ya?
Dila : Ya Allah Mbak lupa Dek, ya sudah tunggu sebentar yaa. Mbak otw kerumah. Lama sedikit gak apa apa kan?
Dayu : Iyaa Mbak, hati hati dijalan
Dila : Okey, Assalamualaikum
Dayu : Waalaikumussalam
"Maaf Umi, Aisyah saya pamit karena sudah ditanyakan oleh adik saya dirumah"Dila merasa tidak enak akan tetapi adiknya di rumah menunggu sejak tadi.
"Iya tidak apa apa. Pulanglah, adikmu pasti sudah lama menunggumu"balas Umi Shita tersenyum lembut.
Aisyah memberengut, sebenarnya ia masih ingin bersama Dila. Namanya juga memiliki kakak laki laki, pasti ada dihati kecilnya ingin kakak perempuan juga. Apalagi kakak perempuan modelan kayak Dila ini sungguh idaman.
"Kalau begitu, Assalamualaikum"pamit Dila.
Ia mencium punggung tangan Umi Shita dan tanpa disadari oleh Dila, pulpennya terjatuh di kursi saat meletakkan ponselnya ke dalam tas tadi. Itupun dilihat oleh Umi Shita lalu di ambillah pulpen itu dengan tersenyum penuh arti. Satu hal yang ada di diri Dila adalah sedikit ceroboh.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"serempak Aisyah dan umi Shita.
“Bukankah indah jika pulpen pembawa jodoh buat putraku yang kaku itu. Aku yakin tidak ada yang bisa menolak pesona Dila tak kecuali si Alfi satu itu”pikir Umi Shita penuh rencana.
"Aisyah ini jagalah pulpennya, Umi mau pergi sebentar, Assalamualaikum"pamit Umi Shita dengan memberikan pulpen itu ke tangan anak perempuannya.
"Waalaikumussalam, tapi Umi Kak Al...."jawab Aisyah bengong dengan mengerjapkan matanya sekali mencerna tindakan uminya ini. Hendak bertanya namun apalah dayanya karena uminya sudah meninggalkannya sendirian
Bersambung....
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/