NovelToon NovelToon
STRANGE MERCHANT

STRANGE MERCHANT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bepergian untuk menjadi kaya / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain / Menjadi Pengusaha / Toko Interdimensi
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Pandu

Menjadi pedagang antar dua dunia? Apakah itu memungkinkan?

Setelah kepergian kakeknya, Sagara mewarisi sebuah rumah mewah tiga lantai yang dikelilingi halaman luas. Awalnya, Sagara berencana menjual rumah itu agar dapat membeli tempat tinggal yang lebih kecil dan memanfaatkan sisa uangnya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, saat seorang calon pembeli datang, Sagara tiba-tiba mengurungkan niatnya. Sebab, dia telah menemukan sesuatu yang mengejutkan di belakang rumah tersebut, sesuatu yang mengubah pandangannya sepenuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Pandu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34 : Professor Elias

Malam itu terasa panjang bagi Sagara. Meskipun insiden dengan Pangeran Ketiga sempat membuat suasana hati para tamu sedikit terganggu, Sagara masih berhasil berbincang dengan beberapa bangsawan yang tertarik dengan bisnis keluarga Morgans. Meskipun rasa takut dan cemas sempat menyelimutinya, ia tetap menjaga ketenangan di hadapan mereka. Beberapa bangsawan bahkan mengajaknya berdiskusi lebih dalam tentang kemungkinan kerja sama di masa depan.

Setelah memastikan dirinya tidak meninggalkan kesan buruk di antara para bangsawan, Sagara memutuskan untuk meninggalkan aula pesta. Langkahnya terdengar tegas ketika ia keluar dari aula dansa yang masih dipenuhi tawa dan alunan musik lembut. Saat mencapai halaman depan, ia menemukan Fransiskus yang sedang berdiri dekat kereta kuda keluarga Morgans, tampak waspada seperti biasanya.

“Fransiskus,” ucap Sagara pelan namun tegas. “Kita pulang.”

Fransiskus tak menjawab, hanya memberikan anggukan tanda hormat. Meski tanpa kata, Fransiskus seakan memahami ada sesuatu yang terjadi di dalam aula dansa. Ekspresi wajah Sagara yang berat cukup memberikan petunjuk bahwa suasana hati tuannya tidak baik. Baik Maho maupun Diego yang berada di dekat sana juga tidak berani bertanya lebih jauh, menyadari ada ketegangan yang menggelayut di udara.

Sagara membuka pintu kereta dan hendak masuk ketika suara yang berat namun lembut memanggilnya dari belakang.

“Tuan Muda!” Suara itu memecah kesunyian, meski terdengar lembut, tapi berhasil membuat Sagara mengurungkan niatnya untuk naik ke dalam kereta. Ia berbalik dengan alis terangkat, sedikit heran siapa yang masih ingin berbicara dengannya di saat-saat seperti ini.

Di hadapan Sagara berdiri seorang pria tua berambut panjang ikal berwarna hitam, dengan janggut putih panjang yang lebat. Ia mengenakan jubah bertudung berwarna putih, sambil memegang tongkat kayu berukir dengan ujung bercahaya samar. Di belakang pria tua itu, lima sosok muda mengenakan jubah serupa, mungkin berusia dua atau tiga tahun lebih tua dari Sagara, atau bahkan sepantaran. Mereka semua berdiri dengan penuh kewaspadaan, seolah melindungi sosok pria tua tersebut.

Sagara mengerutkan kening, mencoba mencari tahu siapa pria di depannya. “Siapa Anda?” tanyanya sopan, namun dengan nada yang jelas penuh kehati-hatian.

Pria tua itu tersenyum hangat, matanya memancarkan cahaya kebijaksanaan. “Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, Tuan Sagara. Nama saya Elias,” jawabnya dengan tenang. “Saya adalah seorang pengajar di Akademi Cahaya.”

Sagara menatap pria itu skeptis. "Akademi Cahaya?" tanyanya, agak bingung dengan arah pembicaraan ini. Ia tahu tentang Akademi Cahaya, sebuah tempat yang dihormati, khusus bagi mereka yang berbakat dalam sihir, dan Sagara sendiri memang bermaksud ingin mendaftar menjadi murid akademi itu. "Ada keperluan apa Anda mencari saya, Tuan Elias?"

Elias tersenyum lebih lebar, dan tatapannya menjadi lebih tajam, seolah menembus jiwa Sagara. “Saya datang untuk menawarkan Anda sesuatu yang mungkin tidak bisa Anda tolak. Saya menawarkan Anda untuk menjadi murid langsung saya di Akademi Cahaya.”

Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Sagara mendadak sangat bingung. Menjadi murid? Akademi Cahaya? Semua itu terdengar seperti mimpi yang tiba-tiba menghampirinya tanpa peringatan. "Mengapa Anda berpikir saya layak untuk tawaran itu?" Sagara bertanya, masih skeptis dengan tawarannya.

Elias memandangnya dengan tatapan yang dalam. "Karena Anda memiliki afinitas sihir yang sangat langka. Dan saya dapat melihat potensi yang luar biasa dalam penguasaan sihir pada diri Anda, Tuan Muda."

Kebingungan Sagara semakin bertambah. Hanya Fransiskus dan dirinya yang mengetahui rahasia tentang afinitas elemen cahayanya. “Bagaimana Anda tahu tentang afinitas sihir saya?” tanyanya penuh curiga.

Senyum di wajah Elias tidak pudar. "Saya punya cara tersendiri untuk mengetahuinya, Tuan Muda. Dan jika Anda bersedia bergabung menjadi murid langsung saya di Akademi Cahaya, Anda dapat mempelajari banyak hal mengenai pemahaman yang lebih mendalam tentang sihir cahaya, bukan hanya sekadar dasar-dasar sihir yang selama ini Anda pelajari sendiri."

Sagara memandang pria tua di hadapannya dengan lebih waspada. "Lalu bagaimana saya bisa yakin bahwa Anda benar-benar seorang pengajar di Akademi Cahaya? Apakah Anda memiliki bukti?"

Begitu Sagara mengajukan pertanyaan itu, salah satu pengikut Elias, seorang pemuda berwajah serius, melangkah maju dengan raut wajah tidak senang. "Berani sekali kamu meragukan Professor! Beliau adalah salah satu guru besar di Akademi Cahaya, kualifikasi apa yang kamu miliki untuk berbicara—"

Sebelum pemuda itu dapat melanjutkan perkataannya lagi, Elias mengangkat tangannya untuk menghentikannya. Pemuda itu pun menundukkan kepala dengan hormat dan mundur kembali ke tempatnya.

Elias lalu mengangkat telapak tangannya di hadapan Sagara. Sebuah cahaya lembut mulai berkumpul di tangannya, dan seketika api yang terang namun lembut terbentuk dari kumpulan cahaya. Ini adalah demonstrasi sederhana dari penguasaan sihirnya, namun cukup untuk membuat siapa pun yang melihatnya terpesona. Sihir elemen cahaya adalah sesuatu yang sangat langka, dan Elias mampu memanipulasinya dengan mudah.

Mata Sagara melebar sedikit, terkesan meski mencoba untuk tetap tenang. "Anda juga pengguna elemen cahaya?" tanyanya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Elias mengangguk. "Benar, Tuan Sagara. Sama seperti Anda."

Setelah itu, Elias mengeluarkan sebuah plat kayu dari dalam jubahnya. Plat itu berukirkan motif burung dengan detail yang sangat indah. Elias menyerahkan plat tersebut kepada Sagara. "Jika Anda bersedia bergabung dengan Akademi Cahaya, bawalah plat ini saat mendaftar. Dengan ini, Anda akan diterima tanpa harus melalui serangkaian tes dan akan langsung lulus menjadi murid pribadi saya."

Sagara memandang plat itu dengan bingung, namun ia tidak bisa menolak ketertarikan yang mulai tumbuh di dalam dirinya. “Saya… berterima kasih atas tawaran Anda, Tuan Elias,” ucapnya sambil membungkukkan sedikit badannya. "Dan saya juga mohon maaf jika kata-kata saya tadi terdengar tidak sopan."

Elias tersenyum lagi, kali ini lebih lembut. "Tidak apa-apa, lagipula kehati-hatian menunjukkan kebijaksanaan seseorang. Saya akan menantikan kehadiran Anda di akademi. Saya berharap Anda mempertimbangkan tawaran saya dan memutuskannya."

Setelah memberikan plat itu, Elias dan para pengikutnya berbalik dan pergi meninggalkan Sagara. Cahaya bulan yang samar-samar menyinari jalan mereka, memberikan kesan bahwa mereka seperti menghilang ke dalam bayangan malam.

Sagara hanya berdiri di sana, memandangi plat kayu di tangannya. "Akademi Cahaya? Apa ini benar-benar sungguhan?" gumamnya pelan. Tawaran ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, apalagi mengingat tujuannya datang ke pesta malam ini hanyalah untuk mempromosikan bisnis keluarga Morgans.

Namun satu hal yang pasti, malam ini telah membawanya pada banyak kejadian tak terduga—dari masalah dengan Pangeran Ketiga hingga pertemuan misterius dengan Elias. Kini, ia harus memutuskan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Haruskah ia menerima tawaran Elias dan mengejar ketertarikannya terhadap pengetahuan sihir yang lebih mendalam? Atau merasa cukup dengan menjadi murid biasa, sehingga dapat tetap fokus pada urusan bisnis dan tanggung jawabnya mengurus keluarga Morgans? Sagara tentu menyadari bahwa menjadi murid langsung sosok hebat seperti Elias akan mendatangkan keuntungan baginya dalam hal mempelajari sihir, tapi dia juga khawatir akan dirinya yang semakin sibuk dan tidak bisa leluasa dalam mengurusi rencana bisnis keluarganya.

Sosok Elias juga telah meninggalkan kesan yang begitu kuat dalam pikiran Sagara. Dia khawatir dengan terus berada di dekat Elias, rahasianya yang mana seorang penyintas dari dunia lain akan terbongkar olehnya, begitu juga dengan portal cahaya yang menghubungkan kedua dunia.

Dalam kebisuan malam, Sagara menghela napas panjang, lalu melangkah masuk ke dalam kereta. Dengan plat kayu di genggaman tangannya, perjalanan pulang kali ini terasa penuh dengan pikiran yang berat.

1
black_mask
penting ceritane dirampungke thor, ojo kyo le dsik"
Mohakbar
cerita enak di dengar, setiap kalimat mudah di pahami, rekomen baget!
Abu Nipah
Lumayan
yatarasa
...
Kai🍁
harapannya kali ini ceritanya dapat diselesaikan dengan baik dan pembaca terpuaskan.
Violet Ros
Mungkin ini udah lama sejak terakhir kali gue baca novel lu yang necromancer itu. Tapi novel lu masih bagus aja bg, tapi rasa rasanya teksnya pada kepanjangan.
Violet Ros: wkwk iyaa cuman gak konsisten
Kai🍁: iya baru balik nulis lagi, akunmu juga rajin sekali nulis.
total 2 replies
Sato
ceritanya selesain ya, semoga ga ngagantung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!