Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Ghani
Bab. 11
Gadis itu masih memijat mulutnya yang terasa ngilu akibat tekanan dari tangan Ghani yang sangat kuat tadi. Bahkan di sisi pipinya, terlihat jelas warna merah di sana. Bukan karena rona malu, tetapi bekas jemari Ghani. Tentu, Ghani juga bisa melihat itu.
"Nggak semudah itu," ucap Ghani yang kali ini lebih rendah, meskipun tetap datar.
"Ya udah, sama. Gue juga punya alasan nerima ini semua. Daripada gue dicoret dari KK, ya mending turutin aja maunya mereka," ungkap Rinda. Tersirat nada sedih di setiap katanya.
Memang, sang ibu pernah mengutarakan hal itu agar Rinda mau menuruti kemauan mereka. Karena mereka merasa tidak enak kalau sampai menolak permintaan teman ayah Aga. Takutnya jika nanti akan berimbas pada pekerjaan ayah Aga.
"Kita tinggal di rumah sendiri setelah nikah," ujar Ghani dengan nada datar dan tatapannya mengarah ke arah taman kecil yang berada di depannya saat ini.
Sementara mereka duduk di sofa yang ada di teras. Tentu, saling duduk di ujung sofa.
"Nggak mau!" tolak Rinda dengan sangat tegas. Gadis itu menatap ke arah Ghani dengan tatapan horor.
Seketika, di kepalanya muncul beberapa kemungkinan yang sangat dihindari oleh Rinda. Bukan dihindari. Tetapi memang tidak ada di dalam wacana gadis itu.
"Jangan bilang kalau lo mau tetap tinggal di sini?" tebak Ghani dengan alis yang terangkat.
"Apa salahnya. Orang ini rumah orang tua gue. Nggak ada salahnya. Lagian, belum tentu kita nikah, Kak. Itu sangat mustahil. Lo sendiri juga sudah punya pa—"
Lagi dan lagi untuk yang ke dua kalinya Ghani bergerak dengan sangat cepat dan membungkam mulut Rinda.
"Berani lo bocorin masalah ini, gue bikin lo nggak nyaman di sekolah," ancam Ghani dengan tatapan yang tampak begitu menyeramkan. Membuat Rinda terdiam membisu seketika.
Sisa waktu di sekolahnya hanya tingga satu tahun lebih beberapa bulan. Untuk pindah sekolah pun sudah sangat tanggung sekali. Pun begitu dengan alasan apa yang tepat ketika meminta pindah sekolah kepada kedua orang tuanya.
'Tenang, Rind. Untuk sementara turuti saja kemauan si Asiyu ini. Jika sudah menemukan celah, lebih baik segera menyingkir.' batin Rinda menenangkan dirinya sendiri.
"Awas aja kalo lo bocorin ke Mama, gue udah punya cewek. Bakalan nggak tenang hidup lo." ulang Ghani sekali lagi. Tangannya masih dalam keadaan membungkam mulut Rinda.
Rinda memutar bola matanya malas. Telinganya masih sangat normal. Tidak perlu untuk diingatkan ke dua kalinya.
Lalu, sekuat tenaga Rinda menyingkirkan tangan Ghani dari mulutnya.
"Iihhh ... kenapa suka banget bungkam-bungkam mulut, sih!" kesalnya di saat berhasil melepas tangan Ghani dari mulutnya.
Secepat mungkin, Rinda langsung memberi jarak dari pria itu lagi.
"Lo ingat aja deh, Kak. Apa yang gue ucapkan malam ini. Kalaupun sampai kita nikah, gue nggak bakalan urusin hidup lo. Terserah lo mau pacaran sama siapapun nggak bakalan gue permasalahin. Asal kalau udah resmi nanti, lo nggak selingkuh di depan gue secara terang-terang ... eh, salah. Di sini gue yang jadi orang ke tiga dalam hubungan kalian ya?" gumam Rinda setelah mengomel secara menggebu.
Gadis itu terdiam dan tampak sedang berpikir. Mungkin sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk dia utarakan kepada Ghani.
Ghani menatapnya pun sempat bingung dengan sifat adik kelasnya tersebut. Jika di sekolah, dia memang terkenal pandai dalam hal akademik. Namun, ada beberapa sikap cerobohnya yang malah membuat gadis ini tidak jarang berurusan dengan anggota osis.
"Ah, terserah lo deh Kak maunya apa. Yang penting jangan ganggu hidup gue, di sekolah maupun di rumah. Dan gue nggak mau pisah rumah. Kak Ghani tentuin saja, pilih tinggal di sini atau sama Mama Ayumna. Daripada kalau tinggal di rumah sendiri, yang ada balik ke sini sisa kakinya doang. Kan kasihan Ibu nggak ada yang diajak debat, nanti," putus Rinda yang sangat simpel menurut gadis itu.
"Maksudnya?" Ghani mengangkat satu alisnya, meminta penjelasan mengenai kalimat terakhir Rinda.
"Nggak ada maksud," jawab Rinda cepat.
Rinda memang tipe orang yang tidak pernah mempeributkan sesuatu. Gadis itu sangat simpel sebenarnya. Hanya saja orang lain yang memandangnya rumit. Walaupun memang kenyataannya seperti itu jika di mata orang normal.