Wasiat Cinta Untuk Renei

Pagi ini berjalan seperti biasa, Renei pergi ke kantor dan Clea ke toko miliknya. Hermawan terlihat sudah menunggu Clea di depan toko, entah sejak kapan pria itu berada disana.

"Hai Cle aku bawakan ini untuk mu, kau sudah sarapan?"

"Mas Her? sejak kapan mas disini? aku sudah makan mas" kata Clea cukup terkejut mendapati Hermawan mendatanginya sepagi itu.

"Oh aku hanya mampir saja, ini untuk mu"

"Terimakasih mas lain kali jangan repot ya"

"Sama sekali tidak repot Cle, oh ya besok ada film bagus di bioskop lantai tiga, kau mau nonton bersama ku?"

Di pusat perbelanjaan itu di lantai tiga memang untuk bioskop. Clea senang menonton film baru tapi jika ia ketahuan Renei menonton film bersama pria lain pasti Renei akan menganggapnya selingkuh lagi.

"Maaf mas, ku tidak bisa" kata Clea.

"Kenapa? kau takut pada Renei?"

Clea terdiam,

"Baiklah tidak apa, aku tidak akan memaksa aku pergi dulu kau jangan lupa makan siang ya" kata Hermawan.

Clea mengangguk sembari tersenyum melambaikan tangan pada Hermawan.

Clea hanya bersikap sopan tidak lebih.

****

Seorang wanita cantik tinggi semampai dengan dandanan modis dan berkelas menyambangi perusahaan milik Renei. wanita itu di antara oleh Yudi memasuki ruang kerja pemilik perusahan tidak lain adalah Renei Suprapto.

"Selamat siang Mr. Renei saya Valerie" kata wanita itu dengan senyum khas mirip mendiang Margareth.

Renei terpana melihat wajahnya yang begitu Sama persis dengan mendiang istrinya Margareth.

"Margareth?"

"Maaf? anda bilang apa?" tanya Valerie bingung.

"Ah tidak silahkan duduk" kata Renei.

Renei terus menatap Valerie yang mengingatkannya pada Margareth.

"Baiklah ini dokumen perpanjangan kontrak kerja sama kita, silahkan anda periksa dulu" kata Valerie.

"Tidak perlu aku akan tanda tangani"

Yudi menatap tidak percaya, biasanya Renei adalah yang paling jeli dan teliti. tapi kali ini ia seperti bertekuk lutut di hadapan wanita bernama Valerie itu.

Aku tidak bisa tinggal diam,

Yudi mengendus sesuatu yang tidak beres pada Valerie. ini terlalu kebetulan seperti di sengaja.

Apa mungkin wajah itu hasil operasi plastik agar mirip nyonya Margareth. tapi Valerie tidak mengenal Margareth. lalu apa tujuannya apa benar ini hanya kebetulan semata?

Selesai urusan pekerjaan Renei bahkan mulai ugala-ugalan berani mengajak Valerie makan siang bersama. awalnya Valerie menolak ajakan makan siang itu. ia terlihat jual mahal di hadapan Renei. tapi menurut Yudi itu hanya strategi wanita itu saja buktinya sekarang keduanya berakhir di sudut ruangan sebuah restoran ternama. Sejak tadi Renei selalu memperhatikan Valerie bicara. Yudi yang mengamati dari kejauhan bisa melihat sorot ketertarikan di mata Renei pada Valerie.

Di tempat lain Clea tidak sengaja menjatuh kaan vas yang di pegangnya hingga pecah berantakan di lantai.

"Aduh!" pekik Clea, saat akan membereskan vas itu ibu jarinya tertusuk pecahan vas dan terluka.

Tapi disisi lain Clea merasa hatinya tidak enak. seperti ada sesuatu yang tidak beres.

"Clea! kau tidak apa-apa?" Marisa yang baru saja tiba di toko Clea melihat jemari kakak iparnya berdarah.

"Aku baik-baik saja, kau kemari?" tanya Cle sembari berjalan meraih plester di dalam laci meja kerjanya.

"Aku mampir karena ...."

"Karena pergi dengan Gege?" goda Clea.

"Gege?! jelas tidak aku pergi dengan Robert kami nonton film dan bersenang-senang"

Clea mengangguk, ia tersenyum karena wajah Marisa tidak terlihat ceria. gadis itu sedang berbohong menutupi perasaannya. Marisa ini sebelas dua belas dengan kakaknya Renei sama sama gengsian.