Aisha Naziya Almahyra telah menjalin hubungan selama tiga tahun dengan kekasihnya yang bernama Ikhbar Shaqr Akhdan. Hubungan mereka sudah sangat jauh.
Hingga suatu hari kedua orang tua mereka mengetahuinya, dan memisahkan mereka dengan memasukan keduanya ke pesantren.
Tiga tahun kemudian, Aisha yang ingin mengikuti pengajian terkejut saat mengetahui yang menjadi ustadnya adalah Ikhbar. Hatinya senang karena dipertemukan lagi dalam keadaan telah hijrah.
Namun, kenyataan pahit harus Aisha terima saat usai pengajian seorang wanita dengan bayi berusia satu tahun menghampiri Ikhbar dan memanggil Abi.
Aisha akhirnya kembali ke rumah, tanpa sempat bertemu Ikhbar. Hingga suatu hari dia dijodohkan dengan seorang anak ustad yang bernama Ghibran Naufal Rizal. Apakah Aisha akan menerima perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
Aisha duduk di sudut kafe dengan gelisah. Dia mau mengatakan yang sejujurnya dengan Ghibran tentang masa lalunya, tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana.
Aisha memainkan jemarinya. Apa akan ada pria yang tulus mencintai dan menerima dia apa adanya.
Lima belas menit menunggu, Aisha melihat Ghibran masuk ke kafe dengan langkah tergesa. Wanita itu tersenyum menyambut kedatangannya.
"Assalamualaikum, Aisha. Maaf jika aku datang telat. Tadi anak-anak mengaji lebih baik dari biasanya," ucap Ghibran dengan wajah penuh penyesalan.
"Waalaikumussalam. Tak apa, Mas. Belum juga satu hari," canda Aisha. Ghibran ikut tertawa mendengar ucapan gadis itu.
"Mas mau makan apa, aku pesankan?" tanya Aisha.
"Biar aku sendiri yang pesankan," jawab Ghibran.
Ghibran memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya. Setelah itu Aisha dan Ghibran saling bertanya tentang kegiatan masing-masing. Setelah pesanan makanan mereka datang dan menyantapnya, barulah Aisha bicara serius.
"Mas, aku senang kamu memilihku sebagai wanita yang akan mendampingi kamu. Tapi, sebelum itu aku ingin mengatakan satu kejujuran," ucap Aisha pelan. Dia menarik napas dalam sebelum memulai ucapan lagi.
"Aku ingin mengatakan sesuatu tentang masa laluku, tentang dosa besar yang pernah aku lakukan. Agar nanti, kamu dan keluarga tidak menyesal karena memilih aku," ujar Aisha lagi.
Ghibran tersenyum menanggapi ucapan Aisha. Dia lalu mulai membuka suara.
"Jika kamu rasa masa lalu itu hanya akan membuat kamu jadi terganggu dan tidak nyaman, jangan kamu katakan. Jika seorang pria melamar wanitanya, itu berarti dia telah siap menerima baik dan buruk wanita itu," ujar Ghibran dengan penuh kelembutan.
"Mas, ini bukan hanya tentang masa lalu. Tapi aib. Aku telah melakukan dosa besar. Aku dulu sedikit bebas, bersama kekasihku sering ...."
"Sudahlah, Aisha. Jangan mengumbar aibmu. Bukankah kita diminta untuk menutupi aib kita atau orang lain. Sudah aku katakan jika aku menerima kamu apa adanya. Dengan semua masa lalumu," jawab Ghibran lagi.
"Tapi Mas harus tahu ini, aku ini sudah tak ...."
Ucapan Aisha kembali di potong Ghibran. Dia langsung menyelanya.
"Sudah, Aisha. Jangan kamu umbar aibmu. Istri nabi, Aisyah pernah berkata pada seorang wanita yang datang padanya dan ingin mengatakan aib dirinya, Aisyah berkata "Wahai wanita-wanita mukminah, jika kalian berbuat salah, janganlah sekali-kali menceritakannya kepada orang lain. Mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah. Manusia seringkali menginginkan membuka aibnya dan tidak menutupinya. Sedangkan Allah bermaksud menutupinya dan tidak membukanya."
Aisha tertunduk mendengar ucapan Ghibran. Jika saja itu bukan aib dan dosa yang besar, tentu dia akan menutupinya. Namun, ini menyangkut hubungannya nanti. Dia takut Ghibran menyesal setelah mereka menikah.
"Aisha, percayalah aku telah menerima kamu dan masa lalumu. Harus berapa kali aku katakan ini. Kamu jangan bersedih dan menangis lagi," ucap Ghibran.
"Aku ini kotor, aku ini penuh dosa. Apa Mas tidak akan malu dan mau menerima aku?" tanya Aisha lagi.
"Ya, aku menerima kamu apa adanya. Aku tahu semua masa lalumu. Sebelum aku melamarmu, aku telah mencari tahu semua tentang kamu. Walau aku tidak tahu, siapa pria yang tidak bertanggung jawab itu. Dan aku juga tidak ingin tahu siapa dia."
"Aisha, seorang muslim dan muslimah itu wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Dia tak boleh menyebarkan aib tersebut kepada siapapun, termasuk kepada suami atau keluarganya sendiri. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Kamu pasti pernah memdengar itu," ucap Ghibran lagi.
"Bagaimana dengan keluarga kamu, Mas. Terutama kedua orang tua, Mas. Apakah mereka mau menerima menantu seperti aku ini?" tanya Aisha.
Dia lega saat Ghibran mengadakan jika pria itu telah mengetahui masa lalunya. Namun, masih saja dia takut jika kedua orang tua Ghibran tidak akan bisa menerima semua ini.
"Itu menjadi urusanku, Aisha. Yang akan berumah tangga, aku. Yang akan menjalani kehidupan ini, aku. Memang ridho Allah tergantung ridho kedua orang tua, jadi aku akan tetap meminta restu."
Aisha tidak bisa lagi membendung air matanya. Trauma terhadap pria mulai hilang mendengar ucapan Ghibran. Apakah ini buah dari kesabaran dirinya selama ini. Apakah Allah mendengar doanya? Banyak pertanyaan ada dalam pikiran wanita itu.
"Aisha, Sebagai manusia kita semua memiliki masa lalu, kita memiliki beberapa kenangan baik atau buruk. Namun, yang terbaik yang bisa dilakukan adalah melepaskan masa lalu, berpegang teguh pada masa kini dan memiliki rencana yang baik untuk masa depan kita. Tidak ada gunanya mengingat kekecewaan kita, kegagalan kita dan luka di masa lalu karena itu tidak akan membuat kita maju dalam hidup kita. Jadi, lebih baik menerima kenyataan dan melupakan masa-masa sulit itu. Dengan melepaskan kenangan menyakitkan, kita membuka pintu menuju masa depan," nasihat Ghibran.
"Terima kasih, Mas."
"Apa kamu menerima pinanganku?" tanya Ghibran.
Aisha menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Untuk apa dia berpikir terlalu lama lagi, jika dihadapannya saat ini ada pria yang mau menerima dirinya apa adanya.
Melihat reaksi Aisha, Ghibran tersenyum semringah. Akhirnya dia bisa mempersunting wanita pujaannya. Setelah bicara tentang lamaran resmi yang akan dia lakukan, mereka akhirnya berpamitan pulang. Karena Aisha membawa motor, Ghibran mengikuti dari belakang hingga dia sampai di halaman rumah.
"Aisha, maaf aku tidak bisa mampir karena masih ada pekerjaan. Sampaikan saja salamku untuk ibu," ucap Ghibran.
"Baik, Mas. Hati-hati. Sampaikan juga salamku untuk kedua orang tua Mas," jawab Aisha.
"Nanti aku sampaikan." Setelah mengucapkan itu, Ghibran melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan halaman rumah Aisha.
Gadis itu masuk ke kamar. Dan langsung sujud syukur atas semua yang terjadi. Dia tidak pernah membayangkan, akan ada seorang pria yang melamarnya.
"Ya Allah, sampai hari ini aku selalu bersyukur, Allah masih memberiku hidup. Jantungku masih berdetak, hatiku masih merasa. Akalku masih berpikir. Jika ada kata yang bisa aku tulis hari ini untuk sang Pencipta. Maaf atas segala dosa dan maksiat yang pernah aku lakukan di muka bumi-Mu. Terima kasih atas kesempatan dan kenikmatan hidup yang masih engkau berikan untukku. Aku yang penuh dosa ini masih di beri kenikmatan yang tiada tara."
Air mata Aisha kembali jatuh membasahi pipinya. Dia janji akan melupakan dan mengikhlaskan semuanya.
"Lupakan apa yang menyakitimu di masa lalu, tapi jangan pernah lupakan apa yang diajarkannya padamu. Lupakan masa lalumu, maafkan dirimu dan mulai lagi. Jangan biarkan masa lalumu membunuh masa depanmu. Lupakan masa lalu dan mari kita buat masa depan kita. Melupakan masa lalu bukan berarti harus melupakan masa lalu sepenuhnya, itu berarti belajar dari masa lalu dan melupakan hal-hal yang mengganggu dan membuat stres."
...----------------...
biar mm nur mati kutu dapetin hana🤣🤣🤣
ampun dah mak baru ngeh ini😍
kenapa harus di diposisikan begini,seakan harus menerima karna masa lalu tapiiiii😔
Allahumma Baarik🤲