Diandra Anastasya Mulawarman(23th) seorang wanita berparas cantik, mandiri dengan karier yang begitu cemerlang. Siapa sangka disaat detik terakhir kepergian sang ibu, dirinya harus menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang bayi yang diadopsi dari sebuah panti asuhan.
Berbekal secarik surat dan sebuah liontin, ia berusaha keras untuk bisa menemukan keluarga kandungnya. Dan sebuah kenyataan pahit kembali ia terima, ternyata istri kedua Papanya merupakan dalang dibalik kematian sang ibu.
Dengan menyamar menjadi orang yang berbeda, ia bertekad untuk membalas orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya.
" Kau mengambil Papa dari Ibuku. Maka aku akan mengambil tunangan dari putrimu. Raka Syailendra, kau harus jadi milikku."tekadnya dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN RAKA
" Jo,, kita harus segera pergi dari sini. Jangan sampai mereka tiba lebih dulu di mansion. " perintah Diandra.
" Baik, Nona. "
Jonathan mendengus pasrah, sebenarnya ia rindu kebersamaannya dengan Diandra. Entah kenapa kantor tanpa Diandra bagai sayur tanpa garam, hambar dan tidak bersemangat.
Lelaki itu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia melirik wanita yang duduk dibangku belakang. Diandra nampak berpikir sembari memandang ke sisi jalanan.
Diandra cukup cemas sebab jika sampai Yati tahu dia pergi keluar, sudah dipastikan wanita itu akan melaporkannya pada Livia. Lagi pula tidak enak juga harus meminta Bi Lastri berjaga lama supaya Yati tidak masuk ke dalam kamarnya.
Diandra meminta Jonathan untuk beristirahat sebentar di jalanan sepi. Gadis itu menyuruh Jonathan keluar karena dia akan berganti pakaian. Tak sampai sepuluh menit, kini Diandra telah berubah menjadi Asih.
" Ayo Jo. Cepat jalan lagi! "
Jonathan kembali masuk dan mengemudikan mobil menuju kediaman Adijaya. Diandra meminta sang asisten meninggalkannya setelah sampai di depan gang kompleks perumahan elite terdekat.
Gadis itu mampir ke warung sebentar dan membeli obat masuk angin sebelum kembali ke mansion.
" Non Asih darimana? Kenapa saya tidak melihat Non Asih keluar barusan? " tanya salah seorang security yang tanpa sengaja melihatnya.
" Ini Pak. Saya beli obat masuk angin, badan saya masih lemas dan kepala saya terasa pusing. Maaf tadi tidak berpamitan dulu. " Asih menunjukkan obat masuk angin yang tersimpan dibalik sweaternya.
Security itupun mempersilahkan Asih masuk kembali ke mansion.
Asih memperhatikan sekeliling, saat dirasa sepi gadis itu menuju halaman samping yang bertepatan dengan kamarnya.
Sebelum pergi, ia sengaja tidak mengunci jendela tersebut agar bisa ia pakai untuk jalan masuknya saat pulang. Sangat beresiko jika dirinya lewat pintu depan, Yati bisa saja berada di ruang tamu dan malah membukakan pintu untuknya.
Ia mengendap-endap lalu melompat masuk dalam kamarnya. Samar terdengar suara gaduh yang berasal dari depan pintunya.
Yah, Yati dan Bu Lastri tengah berada diluar. Sudah kesekian kali Yati ingin masuk dan melihat keadaan Asih yang sebenarnya.
" Bi, kenapa dari tadi Bi Lastri terus-terusan melarangku untuk masuk ke kamar Non Asih. Aku jadi curiga, apa jangan-jangan Non Asih hanya berpura-pura sakit? Atau dia memang tidak ada dikamar? " cecar Yati yang sudah mulai curiga. Wanita tersebut memaksa masuk, tetapi Bu Lastri langsung menghalanginya.
" Sudah Bibi bilang! Non Asih sedang beristirahat dan dia tidak ingin diganggu. Besok saja jika dia sembuh, baru kau bisa menemuinya. " pinta Bu Lastri setengah memaksa.
Yati sudah mulai kehilangan kesabaran, dengan terpaksa ia mendorong Bibinya hingga hampir saja terjatuh.
Bu Lastri terkejut saat wanita itu mulai memutar gagang pintu. Ia mencoba untuk mencegah, tetapi Yati malah memperingatkannya agar jangan mendekat.
" Maafkan Bibi, Nona. Bibi sudah tidak bisa berbuat apa-apa. " Bu Lastri begitu cemas, saat Yati mulai melangkah masuk ke dalam kamar.
Kecurigaan Yati ternyata tidaklah benar, wanita itu terkesiap saat melihat Asih sedang tidur meringkuk sembari merintih kedinginan.
" A-da apa Bi? Maaf, Asih belum bisa membersihkan halaman. Badanku terasa lemas, kepalaku pusing. " ucap Asih lemah.
Bu Lastri yang melihat Asih telah berada dikamarnyapun merasa lega. Untung saja gadis itu telah kembali tepat waktu.
" Tuh kan Yati! Kamu sudah lihat sendiri bukan? Non Asih sedang sakit, harusnya kau tidak menuduhnya yang bukan-bukan! " sarkas Bu Lastri.
Yati mencebik kesal, wanita itupun melenggang keluar dari kamar Asih begitu saja. Bu Lastri dan Asih tersenyum penuh kemenangan, keduanya saling mengacungkan jempol atas kemampuan akting masing-masing.
" Huuhhh...Untung saja. " batin Diandra lega.
***
Sementara di Panti Nirmala, Lilian dan Raka tengah sibuk menerima ucapan selamat dari para tamu yang hadir. Sedangkan Livia, sama seperti sebelumnya, ia membanggakan diri sebagai calon besan keluarga Syailendra.
Namun, berbeda dengan Lilian yang tengah merasakan euforia. Netra Raka justru kesana kemari mencari sosok wanita yang beberapa saat lalu mampu menggelitik hatinya. Ia bahkan beberapa kali tidak fokus saat para tamu menyalaminya.
Lilian bukannya tak menyadari hal tersebut, tetapi wanita itu tidak ingin merusak hari bahagianya sekarang. Ia harap ini merupakan hari pertama dan terakhir Raka bertemu dengan wanita itu.
" Raka, pokoknya nanti aku minta pernikahan kita digelar dengan mewah. Sayang, aku bercita-cita ingin menjadi raja dan ratu semalam bersamamu. Apa kau setuju denganku Raka? " Lilian mencoba mencari perhatian kekasihnya, tetapi pria itu sama sekali tak merespon.
" Raka? "
" Raka! " ungkapnya kesal lantaran sama sekali tak didengarkan.
Raka baru tersadar saat mendengar suara Lilian yang mulai meninggi.
" I,, iya. Maafkan aku. Kau tadi bilang apa? "
Lilian sudah terlanjur kesal, rasanya ia malas untuk membahasnya lagi.
" Ah sudahlah. Lupakan saja. Aku mau pulang sekarang. "
Tak dapat dipungkiri Lilian juga sama seperti wanita pada umumnya yang mudah terbakar cemburu. Butuh perjuangan yang sangat lama untuk mendapatkan Raka. Bahkan dirinya berani mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, meski berkali-kali Raka menolaknya. Netranya berkaca-kaca menahan air mata yang ingin sekali tumpah disana.
Raka merasa tak enak hati, ia merutuki dirinya sendiri yang tak mampu menahan diri. Bagaimanapun hubungannya dengan Lilian sudah cukup lama, apalagi ia juga telah bertunangan dengan wanita itu. Tidak sepantasnya ia memikirkan wanita lain disaat dirinya tinggal selangkah lagi mempersunting Lilian.
" Maafkan aku. Kumohon jangan buru-buru pulang. Lihatlah, Tante Livia sepertinya masih asyik mengobrol dengan para tamu. " Raka mencoba menahan Lilian.
" Tidak. Aku juga bisa pulang sendiri! " gertak Lilian.
Raka membuang nafas kasar, Lilian memang keras kepala. Disaat seperti ini lebih baik ia mengalah dari pada harus berdebat dengan wanita tersebut.
" Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah malam, tidak aman jika wanita pulang sendiri malam-malam. "
Lelaki itu menggandeng tangan Lilian dan mengajaknya untuk berpamitan dengan Mama dan orang tua Lilian.
Livia senang sekali, kebetulan tadinya iapun ingin menghabiskan malam ini dengan Dedy. Mereka akan merayakan keberhasilannya mendapaatkan dua gunung harta yang sudah didepan mata.
" Baiklah, Raka. Tante titip calon istrimu ini. Jaga dia baik-baik. " pesan Livia. Wanita itu bergegas kembali menyapa para tamu tanpa memperhatikan Lilian yang tengah berkaca-kaca.
Raka menuntun gadis itu ke mobilnya dan membawanya pulang ke kediaman Adijaya. Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling terdiam dalam seribu bahasa.
Dalam hati Lilian berkecamuk perasaan cemas sekaligus takut jika Raka akan meninggalkannya demi wanita itu. Dirinya tidak mungkin rela melepaskan Raka untuk siapapun, ia harus mengikat Raka agar jangan sampai berpaling darinya.
" Berhenti! "
Raka segera menghentikan laju mobilnya.
Tiba-tiba wanita itu menarik dan menciumnya dengan penuh hasrat. Sesaat keduanya bercumbu, tetapi Raka segera menarik diri ketika Lilian menuntun tangannya menuju bagian pahanya yang terbuka. Lelaki itu mendorong Lilian cukup keras hingga Lilian tersentak kaget.
" Kenapa? Kenapa kau menolakku? Apa aku kurang menarik untukmu! Kita sudah hampir menikah Raka. Tidak ada salahnya jika kita berbuat lebih! " ungkap Lilian tersulut emosi.
Raka melirik tajam wanita yang ada disampingnya. Sepertinya Lilian berhasil membangkitkan macan yang sedang tidur.
Raka memang lelaki yang ramah dan pengertian, tetapi dirinya juga bisa bersikap dingin dan tegas terhadap orang yang tak sejalan dengannya. Seketika nyali Lilian menciut mendapat tatapan seperti itu.
" Bukankah aku sudah mengatakan prinsipku padamu! Harusnya sebagai wanita kau bisa menjaga diri dan kehormatanmu sendiri! " tegas Raka.
Bulu kuduk Lilian merinding seketika, ia tak pernah melihat Raka semarah ini sebelumnya.
" Ma-afkan aku. "
Ingin rasanya ia menumpahkan airmatanya. Raka hanya membisu sepanjang perjalanan. Bahkan saat tiba dikediaman Adijaya lelaki itu sama sekali tak menegur Lilian.
Wanita itu keluar dan berlari menuju ke dalam mansion, rasanya ia ingin sekali meluapkan airmatanya yang tertahan sedari tadi.
Dirinya memang tahu dan bahkan sangat tahu. Keluarga Raka sangat menghormati seorang wanita, apalagi Mama Raka merupakan seorang aktivis sosial yang membela hak dan pemberdayaan perempuan.
Nyonya Delia selalu berpesan pada putranya agar tidak sampai mempermainkan apalagi melecehkan seorang wanita. Iapun tidak ingin jika putranya terjerumus ke dalam **** bebas yang begitu marak sekarang ini.
Lilian merasa bodoh, tidak seharusnya ia berbuat seperti barusan. Raka sangat menghormati wanita yang bisa menjaga diri dan kehormatannya sendiri.
Bersambung...