Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Sepeninggal Bintang dan Laras, suasana kampus benar-benar geger dan gempar. Beberapa mahasiswi yang merekam adegan mesra Bintang dan Laras segera mempostingnya di grup wa kampus, sosial pribadi mereka bahkan di sosial media universitas.

Banyak komentar berdatangan, rata-rata komentar patah hati dan kecewa. Bertambah lagi daftar mahasiswi yang merana karna pria paling tampan dan paling populer di kampus ternyata sudah memiliki kekasih.

Erin yang tengah mengajar terganggu oleh bisik-bisik mahasiswa dikelasnya.

"Ada apa ini ? Kenapa kalian berisik ?" tanya Erin dengan wajah galak.

"Gak ada buk" ucap mahasiswi nya namun Erin tidak mudah dibohongi.

"Beri tahu semuanya atau ujian bab 5 diadakan sekarang juga" ancam Erin yang membuat semuanya ketakutan.

"Itu buk...itu, ada kabar bahwa ketua BEM sudah memiliki kekasih" ucap salah satu mahasiswi.

"APA ?" Erin kaget bukan main.

"Dari mana kamu dapat informasi itu ? Jangan asal nyebar gosip ya" cecarnya resah, Erin tahu jika Bintang sudah putus dari Salsa.

"Bukan gosip buk, ne ada videonya" jawab mahasiswi yang lain sambil menyodorkan handphonenya. Erin segera menghampiri dan menarik kasar handphone muridnya.

Mata Erin melotot saat melihat video Bintang sedang memeluk dan mencium mesra seorang gadis. Ia pun mengamati secara seksama dan yakin jika pria divideo memang Bintang. Hati Erin hancur bukan main. Ia menggeram kesal dan marah. Erin segera keluar dari kelas dan menelpon Bintang. Namun setelah 5x menelpon, panggilannya tetap tak dijawab pria itu membuat ia meradang kecewa.

"Brengs*k" maki Erin emosi, wajahnya memerah menahan amarah. Erin segera mengirim chat pada Bintang.

"Temui ibuk dijurusan sekarang" chat terkirim namun masih ceklis abu-abu tanda pesan belum dibaca membuat Erin ketar ketir.

Ia baru saja 6 bulan mengajar di universitas tersebut dan langsung jatuh hati ketika berkenalan dengan ketua BEM di acara orientasi mahasiswa baru. Dan Erin merasa berjodoh dengan Bintang saat mengetahui jika ia ditunjuk menjadi dosen pembimbing Bintang.

Ia tidak mempermasalahkan perbedaan umur yang jauh mencapai 12 tahun. Bintang 21 dan Erin 33 tahun. Erin sengaja mencari-cari celah untuk selalu bersama dengan menyalahkan skripsi yang dibuat Bintang walau hasil tulisan Bintang selalu bagus sedari awal. Ia berharap pria itu akan berbuat apapun untuk memuluskan acc skripsinya dan Erin bisa menghubungi Bintang kapanpun dengan alasan perbaikan skripsi. Makanya ia selalu menyuruh Bintang melakukan ini itu namun ternyata pria ini tidak semudah itu ditaklukkan.

Erin kembali gelisah, sudah 15 menit berlalu namun chatnya belum ceklis biru. Ia kembali mengirim chat berupa ancaman.

"Jika tidak datang keruanganku dalam 15 menit, skripsi kamu ibuk tolak" chat terkirim dan masih ceklis abu-abu. Erin menunggu dengan was-was sambil terus melihat jam tangannya menghitung detik demi detik berlalu. Ia bagai mengenggam bara api, gelisah tak menentu sedari tadi. Cara apa yang harus ia gunakan agar Bintang menjadi miliknya, sungguh ia sudah tergila-gila.

Sementara Bintang tengah asik menggenjot tubuh indah sang istri di apartemen mereka. Ia tak menghiraukan handphonenya yang tak henti bergetar sedari tadi.

"Mas handphone nya bergetar terus" bisik Laras, ia pun merasa terganggu. Bintang segera mematikan handphone dan melemparnya ke sofa didekat pintu. Mereka kembali asik menikmati indahnya surga dunia. Bintang melumat mesra seluruh tubuh Laras dan mempercepat gerakan nya ditubuh sang istri. Tak lama tubuh keduanya bergetar hebat. Bintang mengulum lembut bibir sang istri.

"Aku sangat mencintaimu Ara" bisik Bintang membuat Laras tersenyum sangat manis.

🌟🌟🌟

Steve sudah seperti orang gila kesana sini mencari Salsa. Gadis itu tidak ada dikosnya, Steve bahkan memaksa memeriksa langsung kamar Salsa dan benar kamarnya kosong. Ia pun mencari kekampus dan bertanya pada mahasiswa yag ditemuinya dan syukurnya banyak yang mengenal Salsa karna gadis itu populer.

Lagi-lagi Steve kecewa karna mendapati Salsa tidak ada dikampus. Ia pun terduduk dan termenung di taman depan fakultas manajemen. Steve sampai meninggalkan kantornya dan meminta Dania mengosongkan semua jadwal nya hari ini.

Beberapa mahasiswi yang melihat Steve menjadi terpana karna ketampanan wajahnya. Mereka berbisik-bisik sambil tersenyum. Steve tidak menggunakan jas, ia memakai kemeja abu-abu dan celana jeans berwarna hitam. Beberapa helai rambutnya jatuh menutupi kening membuat ia semakin gagah.

"Mas dari jurusan mana ?" tanya seorang mahasiswi yang memberanikan diri menyapa Steve. Pria itu menoleh dan gadis tadi hampir saja pingsan, Steve terlihat sangat mempesona dari dekat.

"Aku tidak kuliah, apa kau mengenal mahasiswi yang bernama Salsabila ?" tanya Steve penuh harap. Gadis itu terkejut mendengar nama Salsa, seketika ia jealous dan memasang wajah jutek.

"Kenapa Salsa selalu dikelilingi pria tampan sech" batinnya kesal mengingat Salsa pernah berpacaran dengan ketua BEM dan sekarang pria tampan ini terlihat putus asa mencarinya.

"Tidak lihat mas, aku satu kelas dengannya tapi dari pagi ia tidak masuk" ucap gadis itu yang menambah kegelisahan Steve.

Sementara mahasiswi lain mulai berdatangan dan mengerumuni Steve. Mereka terang-terangan meminta nomor handphone pria itu membuat Steve mendesah malas. Sifat casanovanya hilang sejak ia menyentuh Salsa dan tak berminat menggoda gadis-gadis muda yang sedang kecentilan mendekatinya.

Uci yang kebetulan melewati taman heran melihat teman-temannya berkumpul. Ia pun kaget saat melihat pria yang ia tahu bernama Steve tengah berada dikampusnya. Uci langsung ketakutan, ia takut pekerjaannya sebagai kupu-kupu malam terbongkar. Ia hendak kabur namun suara temannya membuat Uci tak berkutik.

"Uci, sini donk. Loe sahabatnya Salsa kan ?" ucap mahasiswi tadi yang membuat mata Steve berbinar dan berharap sahabat Salsa bisa memberinya kabar tentang keberadaan sang pujaan. Uci pun berbalik badan dan menunduk takut.

"Sini Ci jangan jauh-jauh. Mas ini lagi nyariin Salsa, bantuin donk kasihan nech" ucap teman Uci yang membuatnya tak ada pilihan selain melangkah mendekat. Steve pun kaget bukan kepalang saat melihat wajah Uci. Ia mengusap wajahnya berulang kali dan berharap ia salah lihat.

"Ma...maaf tuan saya juga tidak tahu Salsa ada dimana" ucap Uci dengan wajah menunduk.

"Maaf adek-adek yang cantik, boleh tidak mas bicara dengan sahabat Salsa berdua saja ?" ucap Steve dengan wajah memohon yang parahnya terlihat makin tampan dimata mereka.

"Baik mas ganteng, tapi bagi dulu nomor handphonenya" ucap salah satu mahasiswi yang getol ingin mendekati Steve.

"Jangan ganjen, udah sana" usir Uci dengan nada tinggi, ia kesal pada teman-temannya yang kegatelan. Mereka pun berlalu dengan wajah cemberut.

"Ada apa tuan ?" ucap Uci dengan wajah serius, ia sangat penasaran apa hubungan pria ini dengan Salsa.

"Kau sahabat Salsa ?" tanya Steve dengan wajah yang dingin. Ia heran bagaimana Salsa bisa bersahabat dengan wanita malam.

"Ya tuan dan apa hubungannya anda dengan Salsa ?"

"Apa kau tahu dimana Salsa ?" tanya Steve tanpa menjawab ucapan Uci. Uci pun mengerutkan keningnya, ia mengambil handphonenya dan menekan nomor Salsa namun tak tersambung. Uci mengulanginya berkali-kali namun tetap tidak ada jawaban, nomor Salsa tidak aktif.

"Aku tidak tahu ia ada dimana, dari pagi Salsa tidak ikut kuliah dan aku tidak melihatnya disekitar kampus bahkan nomornya tidak aktif" ucap Uci yang membuat Steve kecewa.

"Maaf tuan apa anda hadir di private party yang di adakan di puncak beberapa waktu lalu ?" tanya Uci hati-hati, karna sejak dari party itu sikap Salsa jauh berubah. Steve pun tercekat mendengar pertanyaan Uci.

"Ya, tapi bagaimana kau tahu ? Apa kau yang membawa Salsa kesana ?"

"Ya, aku menyesal tuan" ucap Uci pelan, air matanya mengalir begitu saja. Uci merasa bersalah pada Salsa.

"Apa maksudmu ?"

"Sejak pulang dari pesta itu Salsa berubah murung dan selalu menangis setiap hari. Ia bahkan mengurung dirinya berminggu-minggu lamanya. Apa tuan tahu apa yang terjadi dipesta itu tuan ? Salsa tak pernah mau cerita, ia selalu menangis jika aku bertanya apa yang menimpanya malam itu" Uci kembali menangis terisak-isak. Steve pun kaget dan hatinya merasa perih, ia juga merasa sangat bersalah. Semua nya terjadi karna keegoisannya, bahkan malam itu Salsa sudah meminta pulang namun Steve tak mendengar. Tadi malam ia juga memaksa Salsa melayaninya hingga gadis itu pingsan dibawah kungkungannya.

Hati Steve semakin pedih, ia mengutuki keegoisan nya. Setetes air mata Steve jatuh membasahi pipi namun ia segera menghapusnya.

"Terimakasih, tolong beri aku kabar jika kau mengetahui keberadaan Salsa. Aku mohon" ucap Steve putus asa sambil memberikan kartu namanya. Ia segera beranjak menuju mobil dan menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil. Steve kembali mengutuki kebodohannya, tanpa terasa air matanya kembali mengalir. Ia pun menangis menyesali sikapnya pada Salsa. Ia tidak menyangka gadis itu begitu terpukul dan menderita.

"Maaf sayang, maafkan aku" ucap Steve dengan hati yang makin pilu.

"Dimana dirimu sayangku ?"

...****************...