NovelToon NovelToon
Permintaan Takdir

Permintaan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Elf / Roh Supernatural
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: lulanan astraya

Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.

racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.

tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.

"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc 1. Selamat datang

Matahari sore menyinari jendela kedalam toko barang antik yang dihias dengan cantik dan mewah oleh dedaunan emas palsu dan bunga-bunga peony putih.

Hisa sang pemilik toko duduk dengan tenang di sofa kulit mewah sambil menyesap teh hangat yang dibuatnya dengan penuh ketelatenan, mengigit biskuit manis renyah dengan kenikmatan yang tiada tara nya.

Sinar matahari yang redup sedikit menyinari sosok pemuda itu, rambutnya yang hitam panjang sebahu sedikit memerah karena bias cahaya yang datang.

Telinga lancipnya bergerak, mendengarkan detak jam yang terdengar nyaring di toko kecilnya. Tidak ada yang datang pada waktu ini, sangat sepi hingga debu transparan pun bisa terlihat.

"melihatmu bersantai seperti ikan asin yang di jemur, aku khawatir kau akan jadi orang pertama yang mati kelaparan karena tidak bekerja."

Ejekan itu seketika membuat gerakan anggun Hisa dalam menggigit biskuit favoritnya terhenti. Suasana santai seketika rusak karena ucapan itu.

Hisa berkedip lalu melemparkan setengah biskuitnya dengan keras kesebelah kiri nya dimana ada seekor kucing putih dengan telinga hitam yang segera mengelak menghindari lemparan itu.

Kucing itu melompat-lompat dengan lincahnya sebelum duduk di atas lemari tua sambil menjilat bulunya, sesekali mata birunya memberikan ejekan dan tatapan merendahkan kearah pemiliknya.

"tidak ada pelanggan, itu berarti tidak ada uang, tidak ada uang sama saja tidak ada makanan. Seharusnya kau bersyukur aku masih bisa memberi mu ikan sungai di banding tulang ikan dari tempat sampah caramel sayang," Ujar Hisa dengan cibiran,

Caramel si kucing hanya mendengus kasar tanpa menjawab. Dia dengan anggun berjalan dengan elok seperti model diatas panggung lalu turun dari atas lemari menuju meja kasir sebelum duduk dengan gaya roti.

Hisa melihatnya dengan cibiran sebelum melanjutkan teh sore nya yang tertunda. saat dia akan meminum air teh didalam cangkir, suara bel berbunyi nyaring saat pintu terdorong pelan menampakkan seorang wanita tua dengan wajah kuyu dan mata lelah dibaliknya.

"Selamat datang, produk apa yang diminati tamu ini?" Hisa seketika energik dia meletakkan cangkirnya di atas meja lalu tersenyum sopan tanpa berdiri dari kursinya.

Wanita itu awalnya ragu namun segera mendekati meja kasir dan bertanya dengan nada lirih pada pemuda dihadapannya.

"apakah benar segala pekerjaan apapun dan permintaan apapun bisa kau kabulkan disini?"

Mendengar kata-kata itu Hisa tersenyum semakin lebar, dia menjentikkan jarinya yang seketika sebuah kursi muncul dibelakang wanita itu.

"ya, besar kecil atau mudah sulitnya permintaan mu maka bisa di kabulkan disini asal harga yang dibayarkan sesuai. Duduklah nona dan katakan permintaan apa yang kau inginkan."

Tangannya tidak menganggur dia segera memberikan secangkir air dingin dengan taburan kelopak bunga pada wanita itu.

"air Glester suci dari pegunungan azba, baik untuk kecantikan, menopang kehidupan"

"um, terima kasih untuk air glester suci dari pegunungan azba. Nama ku Blair panggil saja nona Blair." dia duduk dengan pelan, sedikit cahaya keraguan dia tuangkan saat melihat cangkir air itu namun segera menghilang saat merasakan rasa manis pada air yang dia minum.

"jadi?"

Nona blair sedikit tercekat nafasnya mendengar ucapan singkat itu, mengeluh dalam hati karena pemilik toko sungguh tidak toleran terhadap wanita sebelum menjawab dengan sedih.

"Anjingku hilang, aku sangat menyayanginya karena itu adalah memberian ayah ku. Dia sangat penakut dan tidak mungkin pergi jauh jika tidak ditemani oleh ku. Aku masih mendengar suara lonceng kalungnya pada saat dia menghilang mungkin tidak cukup jauh dari rumah ku. Aku ingin kau mencarinya."

Mata Hisa sedikit menutup, telinganya bergerak pelan mendengar ucapan wanita itu.

"Sebagian toko serupa tutup dan hanya toko mu yang menjadi harapan ku, berikan sedikit harapan agar aku bisa tidur nyenyak"

ada sedikit ancaman pada kata-kata nya yang disertai dengan keluhan singkat. Nona Blair mengeluarkan sebuah kotak kecil dan segera membuka nya, didalam kotak terdapat batu giok hijau bulat yang telah di poles, kilaunya memantul dari dalam kotak seperti sebuah karya seni yang diukir oleh pengukir handal.

Hisa mengambil sarung tangan kain, memakainya di tangan kirinya sebelum mengambil batu bulat itu. Dia meletakkannya didepan matanya dengan gerakan lambat sebelum meletakkan kembali batu itu kekotak asalnya.

"baik, permintaan di terima tunggu besok pagi dan kau akan melihat kembali anjing kesayangan mu nona" Kata nya dengan sopan.

Nona Blair tersenyum lebar penuh arti, entah merasa gembira atau apa namun yang pasti mata nya berbinar terang hingga wajahnya nampak berseri.

"terima kasih Tuan, aku akan menunggu kabar baikmu" dia segera berdiri dan membungkuk tanda terima kasih, setelah itu dia berjalan sangat cepat dan segera keluar dari toko dengan perasaan senang.

Suara merdu bel pintu berdering di telinganya, dia segera membereskan meja kasir, mengelapnya dengan telaten sambil menyenandungkan lagu.

"kau berbau busuk..." suara endusan hidung dan kata yang terdengar jijik mengenai Hisa dengan ringan. Caramel membersihkan ujung hidungnya dengan lidah kembali memberikan kata jijik.

Pemuda tampan itu hanya memutar matanya lalu mencibir.

"dasar kucing sialan!" dia melempar kain lap dengan kesal dan mendengus kearah caramel.

Tidak ingin bertingkah bodoh dihadapan kucingnya, dia kembali kesikap santainya. Mengambil koper kayu tua di atas lemari, meletakkannya kelantai dan segera membuka nya segala barang berantakan segera terlihat dihadapannya, pisau dengan jenis ukuran berbeda, tabung aneh, pen bulu, gulungan kertas hingga segala jenis barang sihir beragam bentuk. Dia merapikannya sesuai kategori yang dia inginkan, seolah mengingat sesuatu yang terlupa dia kembali membuka lemari dan mengambil dua mantel pakaian sebelum memasukkannya ke koper yang segera ia tutup.

Caramel melihatnya terlihat sibuk lalu mendekatinya.

"kau akan membawa ini? Bukankah akan menjadi beban?" dia bertanya dengan nada heran sebab segala jenis barang didalam koper penyimpanan ajaib itu sungguh banyak hingga di luar kapasitas.

Hisa segera menggelengkan kepala, dia menunjuk tas selempang kecil di dalam lemari dan berkata pada caramel dengan nada mengejek.

"bodoh, aku akan membawa yang itu. aku tidak mungkin membawa benda besar seperti ini jika perjalanannya tidak memakan waktu lama, dan juga aku punya cincin ajaib yang bisa menampung barang sebesar apapun mengapa repot-repot...koper ini hanya untuk bergaya kau tahu"

Sudah hidup selama tiga tahun dengan Hisa, caramel merasa dia ikut bodoh bersama tuannya. Dia seharusnya tidak bertanya pertanyaan naif seperti itu jika ujung-jungnya mendapatkan kata-kata ejekan. melihat tuannya yang sangat kaya dalam mengoleksi barang apapun seharusnya benda seperti cincin penyimpanan bukan barang langka bagi pemiliknya.

setelah mengejek caramel, Hisa bangkit dari berjongkok lalu mengambil tas selempang dan menyampirkannya di bahunya. Sebelum pergi dia berkata pada caramel dengan nada yang sangat sombong dan memerintah.

"oh...taruh kembali koper itu di atas lemari, juga berikan botol nomor 3 di rak padanya, dia akan mengambilnya nanti. Aku pergi dulu sampai jumpa~"

Hisa pergi dengan gembira tanpa peduli dengan suara makian dan desisan kucing miliknya yang bergema di dalam toko.

Beberapa menit kemudian setelah dia pergi seseorang berjubah tertutup datang ke toko, caramel segera berhenti bersikap marah. Dia melompat ke meja kasir lalu melompat ke atas rak mengambil botol yang Hisa pesankan padanya.

"totalnya tiga puluh keping perak, agak mahal karena ada tambahan bahan lain" setelah berkata caramel memberikan botol itu pada manusia berjubah di depannya dengan ekornya yang dengan lihai membungkus badan botol.

Manusia berjubah tidak menjawab hanya memberikan uang sesuai intruksi dan segera pergi setelah mengambil apa yang dia inginkan, caramel tidak memperdulikannya dia menguap lebar lalu memasukkan kepingan uang itu dalam toples.

1
Potato Brainless
semangat up Thor, mampir juga di Beyond the Abstract/Determined//Joyful/
Daisy
Empati kuat!
barbiquiu2011
Bahasanya halus banget!
Washi
Jalan ceritanya mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!