Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Mas Nathan?!" Gumam gadis itu dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Rengganis dan Nathan terdiam. Dilihatnya di sana, sesosok gadis cantik berkulit putih nampak berdiri di depan pintu sambil menatap tajam ke arah mereka.
Ya, itu Kinan. Wanita yang hendak berangkat bekerja itu nampak diam. Ia terkejut melihat sang kakak yang berdiri di sana bersama seorang pria yang cukup ia kenal. Itu kan Nathan? Pria yang bisa dibilang ia idolakan. Pria yang beberapa menit lalu sempat ia kirimi sebuah foto vulgar. Kenapa ia bisa bersama Rengganis? Pikir Kinan dengan sejuta tanya di benaknya.
Rengganis membuka mulutnya. Kinan menatap penuh selidik ke arah kedua anak manusia itu. Sedangkan Nathan, pria itu nampak cuek. Ia menatap remeh penampilan Kinanti yang terlihat sopan dengan pakaian serba panjang itu. Sangat jauh berbeda dengan foto yang ia terima beberapa menit lalu.
"Mbak..." Ucap Kinan. Rengganis tersenyum.
"Kamu udah mau berangkat, Dek?" Tanya Rengganis.
Kinan tak menjawab. Ia hanya mengangguk sembari mengarahkan pandangannya pada Nathan yang terlihat mengangkat satu sudut bibirnya. Sebuah senyuman angkuh terbentuk dari bibirnya.
Menyadari sang adik yang sejak tadi memperhatikan Nathan, Rengganis pun buru buru memperkenalkan pria itu pada Kinanti. Ia tak mau sang adik salah paham.
"Em, Dek, kenalin. Ini Tuan Nathan, cucunya Oma Sasmita, majikannya kakak!" Ucap Rengganis. "Tuan, kenalin, ini Kinanti, adik saya!"
Nathan diam lagi. Kedua anak manusia yang pernah menghabiskan malam bersama di room karaoke itu nampak saling pandang. Senyuman angkuh tak lepas Nathan tampilkan. Sedangkan Kinan, kini ia mulai terlihat tidak suka.
Ketiga anak manusia itu masih asyik dengan pemikiran mereka, hingga tiba tiba..
Tin...tin....
Suara klakson mobil terdengar. Sebuah mobil tak kalah mewah berhenti tepat di samping kendaraan yang Nathan dan Rengganis tumpangi tadi.
Itu mobil jemputannya Kinan. Mobil milik seseorang yang katanya adalah sahabat baiknya.
"Emm... jemputan aku udah dateng, Mbak!" Ucap gadis itu.
Rengganis tak menjawab. Ia hanya menatap mobil yang lagi lagi tertutup rapat itu.
"Ya udah, aku duluan ya, Mbak!" Kinan meraih punggung tangan Rengganis kemudian menciumnya sebagai tanda bakti.
"Assalamualaikum!"
"Wa Alaikum Salam!"
Kinan pergi setelah sempat melirik sekilas ke arah Nathan dan Rengganis. Ada mimik wajah tak suka yang tergambar di sana. Gadis itu kemudian masuk ke dalam mobil jemputannya dan berlalu pergi dari tempat itu bersama 'sahabatnya'.
Seperginya Kinan.
"Adik lo jam segini mau kemana?" Tanya Nathan.
"Kerja, Tuan!" Ucap Rengganis sembari masuk ke dalam rumahnya di ikuti Nathan di belakangnya.
"Jam segini? Kerja apa?" Tanyanya.
"Minimarket. Buka dua puluh empat jam!" Jawab Rengganis santai. Karena memang seperti itulah yang ia tahu tentang adiknya.
Nathan diam. Rengganis mempersilahkan Nathan untuk duduk di sebuah sofa sederhana di sana.
"Dan lu percaya sama adek lo? Maksud gue, lu percaya aja gitu kalau dia kerja di minimarket?" Tanya Nathan seolah ingin sedikit saja memberi kode pada Rengganis bahwa selama ini ia dibohongi.
Rengganis diam sejenak.
"Kenapa harus nggak percaya?" Tanya gadis itu.
Nathan diam lagi.
"Ya, nggak apa apa," ucapnya.
Ah, sepertinya ini sudah masuk ke masalah keluarga. Ini bukan ranahnya. Lagipula, jika Nathan memberitahu gadis itu, sepertinya ia juga tidak akan percaya. Biarkan saja lah!
"Sepertinya Ibuk sudah tidur, Tuan. Mau saya bangunkan?" Tanya Rengganis.
Nathan diam sejenak, kemudian mengangkat satu sudut bibirnya mendengar ucapan perempuan cantik itu.
Nathan menggelengkan kepalanya. "Nggak usah!" Ucapnya. Lagipun untuk apa Rengganis membangunkan Bu Yuni. Mau. Ngapain. Orang Nathan memang sengaja kok pengen mampir. Ia masih malas pulang. Rasanya masih ingin berduaan dengan Rengganis.
🤔🤔🤔
Laki laki itu melepaskan jaketnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang itu.
"Tuan tunggu di sini sebentar, ya. Saya buatkan kan minum dulu," ucap Rengganis yang kemudian bergegas bangkit dari posisi duduknya. Ia berjalan menuju dapur rumah itu, lalu menyalakan kompor untuk membuatkan kopi untuk Nathan.
Wanita itu tiba tiba terdiam. Ucapan Nathan tadi rupanya berhasil mengusik ketenangan hatinya.
Ya, sejak beberapa hari terakhir Rengganis memang mulai menyimpan prasangka buruk pada adiknya. Mulai dari saat ia melihat gadis mirip Kinan keluar dari penginapan, ponsel Kinan yang mahal, panggilan masuk dan pesan dari Mommy, dan sebagainya. Sekarang ditambah lagi dengan Nathan yang sepertinya meragukan kebenaran pekerjaan Kinan.
Ah, kenapa ia jadi tidak tenang begini!
Semangat thour upnya💪💪
Ayoo semangattt upnya thour 💪💪
Semangat thour 💪💪