NovelToon NovelToon
Mantan Suami Mafia

Mantan Suami Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Cerai / Mengubah Takdir / Roman-Angst Mafia
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: nadia

Violet Greyson Michael dulu pernah menikah dengan seorang pria bernama Leonardo Elgantara. Karena sebuah masalah Violet memutuskan untuk kabur dari Leo dan pindah ke Jepang, seminggu setelah dirinya kabur ia baru menyadari kalau dirinya hamil anak dari Leo.

Awalnya ia berniat mengugurkan kandungannya karena tidak mungkin mampu membiayai anak itu, tetapi ia terlalu sayang pada anaknya hingga akhirnya membesarkan anak itu sendirian, Vio berhasil menjadi Manajer di perusahaan Entertainment dan merubah hidupnya menjadi lebih baik, Vio tidak mau lagi bertemu dengan Leo apapun yang terjadi.

Tanpa Vio ketahui selama lima tahun Vio hilang Leo masih berusaha mencarinya hingga pada akhirnya Leo pergi ke Jepang untuk menjalankan pekerjaannya, takdir berkata lain mereka kembali di pertemukan di keadaan yang tidak tepat.

Leo sedang asik minum di club' bersama sekumpulan perempuan yang ada di dekatnya, membuat Vio semakin yakin kalau meninggalkan Leo adalah keputusan yang baik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah Semuanya Sudah terbalas

Enma menelpon Willy, "Apa semuanya sudah sesuai rencana?" Tanya Enma.

"Iya, jadi tunggulah sampai semuanya beres," Balas Willy.

Enma mematikan ponselnya lalu terus memperhatikan apartemen di sana, orang-orang asing yang tinggal di apartemen di paksa ke luar oleh pasukan Morata.

Di dalam gedung hanya tersisa Leo dan pasukan Morata, tidak lama setelah itu tampak sebuah mobil box hitam datang. Keluar seorang pria berjubah hitam yang di yakini itu adalah Morata yang telah kembali ke Jepang.

Pria itu masuk ke apartemen untuk menemui Leo di dalam, Enma menghubungi orang lain untuk menanyakan apakah tugasnya sudah selesai untuk menghitung berapa orang yang berjaga di luar dan berapa orang penembak jitu yang tersebar di sana.

Orang itu langsung memberikan rinciannya, ia sudah mengetahui berapa orang yang berjaga dan dimana saja para penembak jitu milik Morata berada, ia yakin kalau ia tidak melewatkan satu orang pun.

"Bagus, kini kau lakukan tugas kedua mu," Ucap Enma.

"Baik," Sambungan telpon terputus.

Pria itu segera mengeluarkan sebuah senapan besar yang sudah ia bawa sejak tadi, ia berada cukup jauh dari gedung apartemen yang di huni pasukan Morata, namun jaraknya masih dalam jangkauan padangan dirinya.

Ia memecahkan sebuah kaca di depannya menodongkan senapan ke arah luar, dengan santai ia mulai menembak satu persatu penembak jitu Morata.

Ia melakukan itu tidak sendiri, di bantu teman lainnya yang berada di sudut arah yang berbeda untuk menembaki mereka, karena ada beberapa tempat penembak jitu Morata yang tidak dapat ia jangkau.

Setelah penembak jitu milik Morata di habiskan ia langsung melaporkan semua itu pada Enma, Enma menerima laporan itu dengan senang hati.

"Seperti biasa kau memang hebat," Enma memujinya.

"Baiklah, kita lanjut rencana berikutnya," Enma menatap Vio.

Vio ikut membalas tatapan Enma hingga membuat mereka saling bertatapan untuk beberapa waktu, "Vio, kau bisa lakukan sesuatu untukku?" tanya Enma.

"Katakan! Apapun akan ku lakukan untuk menolong Leo," Vio memegang tangan Enma sekuatnya.

"Baik, dengarkan aku! Kau pergilah kembali ke sana dan minta untuk menemui Morata. Kau alihkan perhatian mereka semua jika bisa sampai Morata benar-benar keluar, atau kalau tidak kau paksa masuk," Jelas Enma.

"Akan ku lakukan."

"Tapi ingatlah jangan sampai terlalu memaksakan dirimu, jika menurutmu kau tidak mampu menjauh saja. Aku akan lakukan rencana lain untuk mengalihkan mereka semua," Lanjut Enma.

"Baik."

Setelah itu Vio keluar dari mobil, keadaan dirinya sudah benar-benar mengkhawatirkan. Vio berlari tanpa memakai alas kaki, kaki mulus dan putihnya mulai berlumuran darah karena tadi sempat terjatuh ke aspal.

Vio kembali mencoba menerobos masuk melewati para pasukan yang berjaga.

"Kau ini sangat keras kepala rupanya, cepat pergi dari sini atau kau memang mau mati saja," Bentak seorang pria bertubuh kekar yang kemungkinan dia adalah ketua pasukan penjaga.

"Tembak saja aku tidak peduli," Tantang Vio.

"Minggir, aku ingin masuk."

"Kau sudah di selamatkan masih saja tidak tahu terimakasih."

"Bagaimana bisa aku tetap diam saja padahal orang yang ku cintai kini dalam bahaya, kalau begitu panggilkan Morata untuk ku," Bentak Vio.

"Tidak, kau mau apa bertemu dengannya?"

"Bukan urusan mu, sekarang cepat panggilkan Morata ke sini," Bentak Vio lagi.

Pria itu malah tidak menggubris ucapan Vio. Vio tiba-tiba dapat sebuah ide, ia dengan cepat merebut sebuah pisau lipat yang ada di saku pria itu.

"Kau," Pria itu tampak kaget karena kecepatan tangan Vio.

"Okey, Morata keluarlah. Kalau kau tidak mau menemui ku lebih baik aku mati di sini," Vio mengarahkan pisau lipat itu ke arah lehernya sambil berteriak kencang.

"Kau Gila? Letakkan pisau itu," Pria itu panik karena Morata sudah bilang kalau Vio harus hidup.

"Kau anggap aku bercanda Morata, oke kalau itu yang memang kamu inginkan," Vio menekankan pisau itu ke lehernya sampai membuatnya terluka, namun goresan pisaunya tidak terlalu dalam.

Itu memang sakit pagi Vio tapi ia tidak peduli, tidak lama setelah itu Morata keluar dan berlari menghampiri Vio, tatapan Morata benar-benar tidak berubah saat melihat gadis yang ia cintai kini berada di depannya.

Vio meneteskan air matanya saat melihat Morata, bagimana bisa pria di depannya ini adalah pria yang sudah membuatnya menderita belakangan ini, pria yang sangat ia percaya justru ia lah dalang semuanya.

Rambut Vio sudah berantakan wajahnya juga sangat kusut, "Vio jangan lakukan itu," Morata bicara dengan panik.

"Lepaskan Leo!" Pinta Vio dengan lirih, ia sudah mulai kembali kehilangan keseimbangannya tubuhnya, ia bahkan terjatuh ke aspal.

Morata sempat ingin membantu Vio untuk bangun, tapi Vio tidak mau Morata mendekat, "Kalau kau mendekat maka aku akan memotong leherku sendiri," Ancam Vio.

"Oke baik," Morata mundur kembali dua langkah dari depan Vio.

"Vio, aku memang tidak akan pernah melukaimu, tapi jangan minta aku untuk membebaskan Leo. Dia adalah targetku, selama beberapa tahun aku menyusun rencana balas dendamku, dan kini semua usaha ku sudah terwujud di depan mata. Mana mungkin aku berhenti sampai di sini saja," Jelas Morata.

"Ganti saja dengan nyawa ku," Pinta Vio.

"Kau gila? Nyawa mu jauh lebih berarti daripada nyawa pria brengsek itu."

"Tapi-" Saat Vio ingin kembali bicara tiba-tiba pria yang tadi di awal mengurungnya datang, pria dengan luka bakar di wajahnya itu bernama Nadeo.

"Morata, jangan hanya karena perasaan mu kau kini menjadi pengecut, dia sama liciknya dengan pria itu," Nadeo datang sambil menodongkan pistol yang ia genggam ke hadapan Vio.

"Cukup! Kau hanya bawahanku, jadi jangan ikut campur dengan masalahku," Bentak Morata menghalangi tubuh Vio.

"Tapi semua rencana kita sudah ada di depan mata kita, kau bisa-bisanya akan terpengaruh dengan wanita licik itu," Lanjut Nadeo.

"Jaga ucapan mu sialan, siapa juga yang terpengaruh olehnya. Kau selama ini juga selalu melakukan sesuatu di luar perintahku, kau membunuh gadis bernama Sakura tanpa aku minta, dan masih banyak lagi hal yang kau lakukan sampai aku harus mengurus semuanya agar kita tidak ketahuan," Bentak Morata emosi.

"Kau lebih baik pergi lagi urus Leo, dia akan jadi urusan ku," Bentak Morata.

"Sialan," Nadeo berbalik arah dan berjalan pergi.

Morata kembali menatap ke arah Vio, Vio kini sedang berusaha berdiri, walaupun dengan susah payah. Vio membulatkan matanya lalu sekuat tenaga berlari melindungi Morata karena ternyata Nadeo yang terbawa emosi malah mau menembak Morata.

Morata kaget saat Vio berlari dan malah melindungi dirinya padahal ia sudah jahat pada Vio, Morata menahan tubuh Vio yang kembali hampir tumbang.

Pasukan yang ada di sana segera mengamankan Nadeo, mereka menembak kepala Nadeo sampai Nadeo tidak sadarkan diri.

Besi peluru panas menancap ke punggung bawah Vio, dengan sisa kesadaran terakhirnya Vio tersenyum menatap Morata.

"Sekarang boleh, aku-aku mi-minta kau bebaskan Leo? De-dengan dia tahu aku-aku mati dia pasti menderita, dengan be-begitu balas dendam mu telah se-selesai. Aku ingin membalas perbuatan jahat yang telah dia lakukan padamu," Ucap Vio terbata-bata.

Darah segar mengalir dari tubuh Vio, Morata memeluk Vio dengan erat, Morata duduk di lantai dengan tubuh yang memeluk tubuh Vio, Vio mulai kehilangan kesadarannya.

Enma melihat kejadian itu langsung menyerang pasukan penjaga Morata untuk membawa Vio pergi dari sana dan segera di selamatkan, di atas Willy datang menaiki helikopter untuk membebaskan Leo.

Pasukan Morata melindungi Morata yang masih menangisi Vio, "Vio bangun Vio, aku mohon tetaplah kuat," Morata menangis tanpa henti, rasa sakit kehilangan yang dulu pernah ia rasakan kini kembali terasa.

Dan ternyata rasanya masih sangat sakit, sekujur tubuhnya lemas dan bergetar, tarikan nafasnya begitu sesak seakan oksigen tidak mampu ia tarik dengan sempurna.

"Tidak-tidak, aku akan menyelamatkan mu," Morata menggendong Vio sekuat tenaga dan membawa Vio masuk ke dalam mobilnya, ia akan membawa Vio ke rumah sakit.

Yang tidak mereka sadari adalah Bom di apartemen akan meledak dalam waktu 5 detik lagi, Leo yang tidak tahu kejadian di bawa langsung kabur setelah menghabisi penjaga di kamar itu di bantu Willy, ia kabur pakai helikopter.

1
Uthie
Ogtu cerita nya...
Uthie
😁😁😁😁😁😁😁😁
Uthie
Wahhh... ada bagusnya juga yaa efek mabuknya Vio 😂👍
Uthie
koq sepi yaa.. padahal menurut ku cerita ini bagus banget.. chemistry nya dapat banget di aku 👍👍👍👍👍
Uthie
Lucu 😁☺️☺️
Uthie
kenapa Aspri nya bukan Laki-laki aja ya 😁😁
Uthie
menarik 👍🤗
Uthie
Coba mampir dulu 👍🙏
raditha astriani
alex bakal punya dede ini
raditha astriani
leo ga nyadarin kah umur anaknya sama perpisahan dia ama vio...
sella surya amanda
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!