Violet Greyson Michael dulu pernah menikah dengan seorang pria bernama Leonardo Elgantara. Karena sebuah masalah Violet memutuskan untuk kabur dari Leo dan pindah ke Jepang, seminggu setelah dirinya kabur ia baru menyadari kalau dirinya hamil anak dari Leo.
Awalnya ia berniat mengugurkan kandungannya karena tidak mungkin mampu membiayai anak itu, tetapi ia terlalu sayang pada anaknya hingga akhirnya membesarkan anak itu sendirian, Vio berhasil menjadi Manajer di perusahaan Entertainment dan merubah hidupnya menjadi lebih baik, Vio tidak mau lagi bertemu dengan Leo apapun yang terjadi.
Tanpa Vio ketahui selama lima tahun Vio hilang Leo masih berusaha mencarinya hingga pada akhirnya Leo pergi ke Jepang untuk menjalankan pekerjaannya, takdir berkata lain mereka kembali di pertemukan di keadaan yang tidak tepat.
Leo sedang asik minum di club' bersama sekumpulan perempuan yang ada di dekatnya, membuat Vio semakin yakin kalau meninggalkan Leo adalah keputusan yang baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbahagialah
Vio memandangi Leo sinis, ia tahu kenapa Leo tiba-tiba masuk ke ruangannya. Pasti Leo menguping pembicaraannya dengan Morata barusan, dengan gaya dingin dan wajah datarnya Leo berjalan menghampiri Vio.
Ia sesekali melirik sinis Morata, ia justru marah bukan karena Morata balas dendam. Tapi ia marah sekarang karena Morata dekat-dekat dengan Vio, "Aku akan memberimu kesempatan," Gumam Leo pelan masih dengan gaya angkuhnya seakan ingin memperlihatkan pada Vio kalau ia sudah berubah.
Vio memandangi Leo menunggu apa yang sebenarnya ingin Leo katakan.
"Maksudmu?" Tanya Morata kebingungan.
"Aku akan membiarkan mu hidup, tetapi dengan satu syarat. Aku melakukan ini bukan karena sudah memaafkan mu, tapi karena kau barusan sudah mendonorkan darahmu untuk Vio," Lanjut Leo yang masih enggan menatap Morata.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Morata.
"Berhenti ganggu hidupku, dan menjauh lah sampai aku tidak dapat melihat wajahmu. Karena jika sampai aku kembali melihatmu, mungkin saja aku nanti akan membunuhmu," Tegas Leo.
Morata tidak langsung menjawabnya, melainkan malah memandangi Vio cukup lama. Ia sudah tahu dari awal jika mungkin ini adalah kesempatan terakhir dirinya dapat melihat wanita yang ia cintai, Morata menghela nafas.
"Baiklah, tapi aku minta jangan pernah sedikitpun kau sakiti Vio. Jika itu terjadi maka dimana pun kau berada pasti akan ku bunuh," Morata mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
Leo tertawa kecil, "Yang melukai Vio barusan itu ulah mu, mengapa aku yang kau ancam sekarang," Leo berkacak pinggang menghadap ke arah Morata, ia tidak terima dengan ucapan Morata barusan.
"Aku tahu aku salah, tapi tolong jaga dia," Morata kembali memandangi Vio yang kini tatapan Vio juga sedang menatapnya.
Leo yang melihat keduanya saling tatap langsung menghalangi Morata, "Cukup! Tapi bagaimana pun aku harus berterimakasih padamu, karena kau sudah menjaga bahkan membantu membesarkan Alex."
"Tidak masalah."
Setelah pembicaraan itu Morata benar-benar pergi dari sana, Morata ingin kembali menjalani hidup barunya dengan pergi ke Itali, mungkin di sana nanti ia dapat suasa baru.
Morata kini sadar kalau balas dendam tidak harus di balas dengan kekerasan juga, Vio mengajarkan banyak hal tentang hidup selama ini.
Sementara kembali pada Leo ia masih menunggu Vio di rumah sakit dengan sabar, Leo sesekali mengelus rambut Vio dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Setelah ini kita harap semuanya benar-benar selesai," Gumam Leo.
"Kau ingin lakukan apa setelah ini?" Tanya Vio.
"Kita pindah ke Singapura kamu mau?" Leo menaikkan satu alis kanannya.
"Lalu setelah pindah kau mau bagaimana?"
"Aku akan benar-benar melepas tahta ku sebagai ketua pada Willy dan tidak akan ikut campur sedikitpun lagi dengan kerjaan gelap ku itu, Willy bilang ia punya sodara yang tinggal di Singapura, sodaranya Willy punya perusahaan yang cukup besar di sana, Willy bersedia memasukkan ku untuk kerja di sana," Jelas Leo dengan tangan yang terus menggenggam Vio.
Vio berpikir sejenak sambil mengerutkan keningnya.
"Kau yakin ingin melepas semuanya begitu saja?" Tanya Vio, ia yakin ini bukan hal yang mudah untuk Leo.
"Apapun akan ku lakukan untuk keluarga kecil kita."
Vio tersenyum kecil.
"Tapi, jika ada sesuatu hal yang mendesak Willy akan tetap siap membantu kita kedepannya."
"Bagus kalau begitu," Vio senang mendengar ucapan Leo.
Akhirnya keluarga kecil damai yang selalu ia impikan akan segera menjadi kenyataan.
"Aku akan ikut apapun yang kau inginkan, jangan merasa terpaksa dengan hal itu," Vio mengelus rahang Leo.
"Aku tidak melakukan ini secara terpaksa, setelah kau sembuh aku berencana mengadakan pesta perpisahan di rumah. Kau setuju?"
Vio menganggukkan kepalanya pelan, setelah itu Leo mengecup bibir kecil Vio sebentar.
_________
Di tempat lain Enma di marahi oleh Willy karena membuat Vio hampir mati dengan meminta Vio untuk mengalihkan penjaga saat Willy akan menyelamatkan Leo.
"Itu satu-satunya cara agar Morata keluar, memangnya ada cara lain selain itu?" Enma tentu tidak terima di salahkan.
"Keras kepala sekali kau ini, bagaimana kalau nanti Tuan Leo tahu akan hal ini?"
"Makannya jangan kasih tahu Tuan Leo akan masalah ini, lagipula Vio sudah baik-baik saja bukan sekarang?"
"Ya sudah, sekarang beritahu yang lainnya kita akan segera kembali ke Amerika dan menyiapkan pesta perpisahan untuk Tuan Leo."
"Tuan Leo benar-benar akan meninggalkan kita?" Nada suara Enma sedikit melemah.
"Iya, itu jalan yang Tuan Leo inginkan. Kita tidak bisa melarangnya," Willy memalingkan wajahnya, ia juga tampak sedih dengan keputusan Leo.
"Baiklah jika itu yang Tuan inginkan," Enma pergi dari sana untuk mengajak yang lainnya pergi kembali ke Amerika secepatnya.
___________
Beberapa hari kemudian Vio dan Leo sudah sampai di Amerika, Vio memeluk Alex karena sangat merindukan Alex. Ia lega kalau Alex baik-baik saja sekarang.
"Apa kau merindukanku Papa mu juga?" Tanya Leo sambil merentangkan tangannya ke arah Alex.
Alex kini memeluk Leo dan juga Vio, semua yang ada di sana ikut bahagia dengan mereka.
Acara untuk perpisahan mereka sudah mulai di siapkan, Willy telah mengurus beberapa berkas yang nanti akan Leo dan Vio butuhkan.
Niko menghampiri Vio yang sedang bersantai di taman belakang sendirian, Niko sedih mendengar Leo dan Vio akan pergi meninggalkan mereka semua.
Niko di persilahkan duduk di samping Vio, "Jangan pernah lupakan aku," Gumam Niko dengan suara bergetar menahan air mata.
Vio menatap Niko lalu tersenyum tipis, "Aku tidak akan pernah melupakan mu, kau adalah orang pertama yang ku kenali secara dekat saat pertama masuk ke rumah ini. Semua kenangan itu tidak mungkin ku lupakan," Balas Vio.
"Bagus kalau begitu, tolong sesekali hubungi aku nanti. Aku boleh main juga ke sana?"
"Tentu saja boleh, nanti rumahku terbuka lebar untukmu. Jangan lupa segera cari pacar juga."
Saat Niko akan membalas ucapan Vio tiba-tiba Kimmy datang ke sana, Kimmy tersenyum menyapa Vio lalu minta izin untuk bicara pada Niko, Vio mengangguk mengizinkan Kimmy bicara.
"Niko sialan, kau bawa pergi kemana komik ku?" Bentak Kimmy sambil menjewer telinga kanan Niko.
"Sakit Kimmy," Rengek Niko sambil berusaha melepaskan tarikan tangan Kimmy di telinganya.
"Jawab dimana komik ku? Aku belum membacanya kau malah sudah menghilangkan komik itu?" Lanjut Kimmy.
"Aku minta maaf, aku lupa menyimpannya dimana."
"Niko Sialan, ku bunuh kau nanti," Teriak Kimmy karena Niko kabur dari sana.
Kimmy kembali tersenyum pada Vio lalu setelah itu ia mengejar Niko yang berusaha kabur, setelah menangkap Niko. Kimmy memaksa Niko untuk mengingat kembali dimana komiknya di simpan, Vio yang melihat itu dari kejauhan hanya tersenyum kecil.
Tidak lama setelah itu Leo datang menghampiri Vio, "Makan siang yuk," ajak Leo.
Vio mengangguk, acara perpisahan mereka akan di lakukan nanti malam.